Bisnis
Senin, 22 Agustus 2022 - 19:16 WIB

Ekspedisi UMKM 2022: Kisah Perjuangan Pengrajin Batik Girilayu Karanganyar

Nimatul Faizah  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sekretaris Paguyuban Pengrajin Batik Giriarum di Girilayu, Matesih, Karanganyar menunjukkan batik produksi pengrajin batik tulis, Senin (22/8/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, KARANGANYAR  — Sejak 2015 para pengrajin batik tulis di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar bersatu membentuk paguyuban Giriarum.

Anggotanya adalah pengrajin batik tulis dari 12 kelompok yang ada di Desa Girilayu. Masing-masing kelompok berisi 10 hingga 25 orang dengan total 198 anggota dan didominasi ibu-ibu.

Advertisement

Sekretaris Paguyuban Batik Giriarum, Maryati, 40, mengungkapkan pada awalnya tujuh kelompok yang bergabung dalam paguyuban.

“Kemudian pada 2019 kelompok bertambah jadi 12 kelompok dari lima dusun yang ada di sini,” ungkap Maryati saat berbincang dengan tim Ekspedisi UMKM 2022 di Rumah Batik Giriarum, Senin (22/8/2022).

Ia memerinci 12 kelompok tersebut adalah kelompok Batik Sido Mukti, Batik Vokasi, Batik Tresno Dharma, Batik Wahyu Sari, Batik Truntum Kuncoro, Batik Mekar Sari, Batik Mekar Jaya, Batik Wahyu Asih, Batik Giri Wastra Pura, Kube Kirani, Kube Sekar, dan Batik Putra Kembar.

Advertisement

Baca Juga: Perjalanan Dimulai, Ini Rute yang akan Ditempuh Tim Ekspedisi UMKM 2022

Ia mengatakan tiap-tiap kelompok memiliki tugasnya sendiri seperti membuat pola, membatik, pewarnaan, tim jahit, tim gosok, dan tim packing.

“Awalnya kami memang buruh pengrajin batik juragan-juragan yang ada di Solo. Itu turun temurun dari nenek kami, ibu kami, sampai ke kami jadi pengrajin batik,” terang dia.

Ia mengatakan pembentukan Paguyuban Giriarum bercita-cita untuk membuat Girilayu memiliki batik sendiri sehingga naik kelas, dari buruh pengrajin menjadi produsen batik.

Advertisement

Untuk modal awal, Maryati mengungkapkan para anggota kelompok melaksanakan iuran untuk membeli alat-alat dan bahan untuk membatik. Selain itu, Maryati mengatakan 25 pengrajin batik juga mengikuti pelatihan pembuatan batik sejak awal hingga akhir dari Balai Pelatihan Koperasi (Balatkop) UKM Jawa Tengah pada 2015 – 2016.

Baca Juga: Ekspedisi UMKM 2022: Menggali Inspirasi dari 12 UKM Tangguh di Jateng

Dalam pelatihan tersebut, ia dan paguyubannya mencoba untuk mempraktikkan secara langsung. Kemudian, paguyubannya mendapatkan modal untuk alat produksi batik dari Bank Indonesia (BI) sekaligus gedung rumah batik Giriarum untuk showroom.

“Hasil karya 12 kelompok kami tampilkan di sini agar mudah proses pemasarannya. Orang bisa milih sendiri mana yang dia suka. Kami juga dilatih untuk pembuatan produk turunan agar tidak pakem,” kata dia.

Advertisement

Selain pemberian modal, Maryati mengatakan ada pula pelatihan keuangan. Paguyubannya juga diajari mengelola uang seperti memisahkan uang bahan, biaya produksi, dan keuntungan.

Ia mengatakan BI juga mengajarkan untuk menyisihkan uang keuntungan untuk ditabung agar tidak kerepotan saat membutuhkan modal.

“BI juga mengajak ke pameran-pameran sehingga bisa dibeli buyer. Kemudian pelatihan pembuatan warna indigusol,” kata dia.

Baca Juga: Selain Tengkleng, 20.000 Porsi Sambal Menanti di Festival Kuliner Solo

Advertisement

Media Sosial dan Market Place

Ia mengungkapkan dalam sebulan, pengrajin Batik Giriarum mampu membuat 10 lembar kain batik tulis karena pembuatan batik tulis membutuhkan lebih lama dibanding batik printing. Untuk pemasaran, kata dia, dilakukan lewat media sosial dan market place dibantu BUM Desa Giri Makmur hingga langsung mengarah ke pengguna akhir lewat anggota.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan walaupun sudah memiliki paguyuban, pengrajin batik Giriarum masih tetap menjadi buruh pengrajin batik perusahaan-perusahaan di Solo.

“Kami masih membuka kerja sama dengan pengusaha-pengusaha Solo tapi juga sendiri. Pas senggang dari pesenan di Solo, kami buat ini,” kata dia.

Ia mengatakan kendala yang dihadapi adalah pemasaran yang belum maksimal. Namun, ia dibantu BUM Desa Giri Makmur untuk pemasaran karena paguyubannya fokus di pemasaran. Hal tersebut sebagai wujud kolaborasi desa dan paguyuban.

Baca Juga: Ini Alasan Solo Jadi Salah Satu Sasaran Program Relawan Bakti BUMN

Sementara itu, ketua BUM Desa Giri Makmur, Nanang, 27, mengatakan pekerjaan rumah utamanya adalah penguatan produksi. Hal tersebut, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Advertisement

Nanang mengatakan pasar biasanya membutuhkan barang yang banyak dengan waktu yang cepat. Namun, ia mengatakan produksi batik tulis tidak bisa cepat.

Lebih lanjut, sembari menguatkan produksi, dia juga mencoba untuk melakukan pemasaran secara digital yang dilatih BI seperti pelatihan marketing melalui google, market place, dan lain-lain.

Paguyuban Batik Giriarum merupakan UMKM binaan BI. Ekspedisi UMKM 2022 yang digelar Solopos Media Group didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Telkom Indonesia, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Semen Gresik, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Shabat Warna Gemilang, dan Sun Star Motor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif