SOLOPOS.COM - Kuliner mi ayam di Mie Ayam Pak Saimo, yang terletak di Jl. Dr. Sutomo, Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, pada Jumat (20/1/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SUKOHARJO — Mi Ayam Pak Saimo yang kini berdiri di tepi Jl. Dr. Sutomo, Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, dirintis sejak 1992. Pada awal merintis usaha itu, satu porsi mi ayam ini hanya dijual seharga Rp250/porsi.

Anak Saimo, Edy Eksanto, menceritakan perjuangan ayahnya dalam merintis usaha tersebut yang berawal dari berjualanan keliling memakai gerobak. Pria 30 tahun ini menguraikan bahwa awalnya harga satu porsi mi ayam racikan ayahnya ini hanya Rp250/porsi. Seiring berjalannya waktu, satu porsi mi ayam itu kini dijual seharga Rp9.000.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Pelanggan Mi Ayam Pak Saimo tak hanya dari Sukoharjo, tetapi juga dari daerah sekitar seperti Solo, Karanganyar dan Wonogiri. Edy mengakui banyak pelanggan yang meminta untuk membuka cabang di daerah Solo sehingga mereka tidak harus jauh-jauh datang ke Sukoharjo untuk menikmati kelezatan kuliner ini.

Rencana tersebut memang dipertimbangkan, namun untuk pegawai sendiri, ayahnya tidak bisa mempercayakan kepada sembarangan orang. Saat ini bahkan hanya saudara dari keluarga besar mereka yang dipekerjakan untuk membantu berjualan di kedai.

Salah satu pelanggan, Selvi, menguraikan bahwa selain murah, tekstur mi ayam yang kenyal menjadi salah satu alasan ia menggemari mi ayam ini. “Disediakan refill buat minum teh juga di meja, enak,” terang Selvi.

Warungnya mudah ditemukan di tepi jalan menjadi bukti bila mi ayam merupakan salah satu santapan favorit banyak orang, tidak terkecuali masyarakat Solo dan sekitarnya. Salah satu pilihan mi ayam di Sukoharjo, jatuh kepada Mi Ayam Pak Saimo yang telah eksis sejak 30 tahun yang lalu.

Meski sempat pindah lokasi, kedai yang menawarkan mi ayam dengan tipikal rasa manis khas Wonogiri masih tetap jadi jujukan, tidak hanya bagi masyarakat Sukoharjo, tetapi juga warga Solo dan sekitarnya. Para pelanggan setia rela menempuh jarak lebih jauh untuk menuntaskan rasa kangen terhadap kelezatan Mi Ayam Pak Saimo.

Dalam sehari paling tidak ia bisa menjual lebih dari 300 porsi, belum lagi topping kepala ayam, hati ampela, ceker ayam, dan sayap ayam. Untuk ceker ayam harganya cukup Rp1.500/potong, kemudian pelengkap lain dijual dengan harga Rp6.000/porsi.

Sebelum pindah di lokasi saat ini, yaitu Jl. Dr. Sutomo, Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, kedai mi ayam tersebut bertempat di dekat Rumah Dinas Bupati Sukoharjo, beberapa tahun setelah berjualan keliling.

Di tempat baru, saat ini telah berjalan tiga tahun hingga sekarang. Meski pindah, pelanggan tetap Mi Ayam Pak Saimo ini rela menempuh jalan lebih jauh.

Dulunya kedai milik ayahnya ini buka dari 12.00 WIB hingga malam, sedangkan di tempat yang baru mulai buka pukul 07.00 WIB hingga 13.30 WIB. Kedai miliknya paling ramai dikunjungi pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB.

Semua kuliner yang ditawarkan di kedai ini dibuat sendiri oleh Pak Saimo dan keluarganya, kecuali kerupuk pelengkap yang dipasok oleh agen. “Mi dibuat sendiri, sehari bisa menggunakan 20 kilogram tepung gandum, satu kilogram tepung itu bisa jadi 10-15 porsi. Ayam buat topping juga dipotong sendiri, jadi ayam dari peternak disembelih sendiri kemudian dimasak, jadi tidak beli dipasar,” terang Edy, saat ditemui Solopos.com pada Jumat (20/1/2023).

Tanpa pengawet, adonan mi hanya dibuat dari tepung gandum, telur ayam, telur bebek, dan air. Ayahnya masih membuat adonan sendiri, sebagai tangan pertama hingga sekarang. Edy menguraikan bahwa setiap hari pukul 12.00 WIB, ayahnya sudah mulai membuat adonan.

Sementara itu, untuk pilihan ayam, Edy mengaku bahwa ayahnya memiliki kriteria sendiri dalam memilih ayam dari peternak yaitu yang bobotnya lebih dari dua kilogram tiap ekor, sehingga ketika dicincang, tidak akan hancur.

Meskipun jauh dari pusat kota Sukoharjo, mi ayam milik ayahnya ini selalu ramai pengunjung. Edy menguraikan bahwa tips sebagai pedagang kuliner adalah dengan menjaga rasa, sehingga konsumen yakin dan mengetahui bahwa cita rasa masakan dari dulu, sama sekali tidak berubah.

Edy menjelaskan bahwa perbedaan mi milik ayahnya dengan yang lain berdasarkan komentar pelanggan, adalah tekstur mi yang lebih kenyal serta bumbu mi yang cenderung manis gurih yang berasal dari kuah ayam.

Lebaran menjadi momen paling ramai kedai milik ayahnya. Keramaian pengunjung itu berlangsung hingga sepuluh hari setelah Lebaran. Itu sebabnya, ia harus menambah stok mi menjadi 30 kilogram setiap hari.

Ayahnya saat ini berusia 52 tahun, sedangkan pria asli Sukoharjo ini merintis sejak ia berusia 22 tahun. Menjalani usaha kuliner selama 30 tahun, awalnya membuka usaha bersama istrinya.

“Jatuh bangun jadi pedagang, tentu ada masanya sepi, ada masanya ramai, namanya wirasusaha, tergantung pasar. Waktu Pandemi Covid-19 lalu sempat tutup selama sebulan, tentu omzet berkurang,” terang Edy menceritakan perjalanan ayahnya. Ia menguraikan saat ini mi ayam milik ayahnya bisa dipesan melalui Shopeefood dan Go-Food, kadang ia menerima cerita driver karena jaraknya yang jauh dengan pelanggan yang memesan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya