SOLOPOS.COM - Bank Indonesia (BI) meluncurkan white paper, yang mencakup desain pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah digital.(Ilustrasi/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diprediksi mempertahankan suku bunga acuan di level enam persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG)  BI pada 20-21 Desember 2023.

“Kami melihat suku bunga acuannya sudah peak [mencapai puncak] di enam persen,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (19/12/2023) seperti dilansir Antara.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap resilien meski menghadapi ketidakpastian global di 2023 dan indikasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada 2024.

Bank Mandiri memperkirakan pada 2024, BI akan melakukan pemangkasan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada semester kedua 2024 sehingga menjadi 5,50 persen.

Peluang penurunan suku bunga acuan BI tersebut diperkirakan sejalan dengan penurunan suku bunga acuan AS.

Arah kebijakan suku bunga tersebut akan memengaruhi volatilitas dan aliran modal asing ke Indonesia dan emerging market lainnya. Suku bunga yang rendah menjadi stimulus untuk aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Andry menuturkan hampir semua perkiraan mengindikasikan pada 2024 akan terjadi pemangkasan suku bunga acuan AS.

“Kalau The Fed kemarin sudah kelihatan clear guidance-nya akan ada pemangkasan sebesar 75 basis di 2024 dan berlanjut terus di 2025,” ujarnya.

Penurunan suku bunga acuan global akan membawa keuntungan bagi emerging market termasuk Indonesia.

Menurut Andry, dengan arah suku bunga yang relatif mulai melandai, akan ada potensi biaya pinjaman akan turun, fixed income akan mengalami dampak positif dan permintaan kredit yang lebih tinggi.

“Kalau arah suku bunganya relatif turun ya potensi demand for loan [permintaan pinjaman] untuk di sektor perbankan, maka permintaan pinjaman akan mulai pulih relatif lebih cepat di semester kedua 2024,” ujarnya.

Sebelumnya, Bank Sentral AS atau The Fed mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan pada 5,25 persen hingga 5,50 persen setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Desember 2023.

FOMC AS memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 basis poin (bps) pada 2024.

Ketidakpastian Global

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) berencana mempertahankan suku bunga acuan (BI-7 Days Reverse Repo Rate/BI7DDR) pada 2024, karena kondisi global masih bergejolak dan ketidakpastian masih tinggi.

Adapun saat ini bunga acuan bank sentral berada di level 6 persen, setelah dinaikkan pada Oktober 2023 untuk menjaga rupiah yang sempat mengalami tekanan.

“Suku bunga akan kami pertahankan dan respons lebih lanjut sesuai dinamika ekonomi global dan domestik,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023) seperti dilansir Antara.

Perry menuturkan, saat ini dunia masih terus bergejolak, dengan adanya perang Rusia dan Ukraina, perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, serta konflik Israel di Palestina.

Fragmentasi geopolitik tersebut, kata dia lagi, berdampak pada fragmentasi geoekonomi, akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025.

Selain itu, ketidakpastian juga masih tinggi dengan lima karakteristik, yakni pertumbuhan yang lebih lambat dan berlainan, disinflasi secara bertahap, suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama, dolar AS yang kuat, serta fenomena uang tunai adalah raja (cash is the king).

Dia menjelaskan, kebijakan untuk menahan suku bunga acuan merupakan bagian dari keputusan untuk mengarahkan kebijakan moneter yang akan tetap mendukung stabilitas.

Sementara empat kebijakan BI yang lain, yaitu makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta pengembangan UMKM dan ekonomi syariah akan diarahkan mendukung pertumbuhan.

Selain suku bunga, Perry mengungkapkan kebijakan moneter lainnya yang akan diarahkan untuk memperkuat stabilitas, yaitu mengarahkan inflasi tetap terkendali ke rentang 1,5 persen hingga 3,5 persen pada 2024 dan 2025.

“Sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) akan terus kami perkuat melalui 46 kantor wilayah BI di seluruh Indonesia,” katanya menambahkan.

Tak hanya itu, kata dia lagi, stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mitigasi gejolak global dan pengendalian inflasi harga impor akan terus dilakukan melalui intervensi secara spot maupun forward looking, sesuai kebutuhan. Cadangan devisa turut akan dijaga.



Strategi operasi moneter yang mendukung pasar pun akan didorong untuk efektivitas transmisi kebijakan, pendalaman pasar uang, dan pengelolaan aliran portofolio asing melalui penerbitan serta mendorong pasar sekunder Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SukBI).

Pengelolaan lalu lintas devisa juga akan diteruskan sesuai kaidah internasional serta instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) yang diwajibkan Peraturan Pemerintah (PP) 36/2023 akan diperluas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya