SOLOPOS.COM - Ilustrasi bisnis thrifting. (Dok Solopos).

Solopos.com, SOLO — Langkah pemerintah melarang juga perlu disertai upaya pemerintah memberikan kelonggaran aturan dan keringanan biaya impor produk yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pakaian jadi atau garmen dalam negeri.

Hal itu disampaikan Dosen Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS), Nurul Istiqomah, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (31/3/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Sehingga harga produk di dalam negeri menjadi lebih murah dan bisa bersaing dengan produk luar,” papar Nurul.

Dia juga menambahkan bagi pengusaha dalam negeri juga perlu melakukan pemasaran digital agar terjadi ekskalasi penjualan dan berhasil menggaet pasar lokal.

Menurutnya, pasar lokal menjadi sasaran empuk fesyen muslim atau bisnis pakaian jadi lainnya, terutama untuk segmen perempuan.

Hal ini karena di era media sosial perempuan lebih cepat membeli pakaian baru dibandingkan dengan laki-laki untuk kebutuhan konten media sosial mereka.

Nurul mengatakan masyarakat terutama perempuan akan mencari pakaian baru dengan harga yang miring untuk kebutuhan konten media sosial.

Menurut Nurul, langkah pemerintah yang melarang impor pakaian bekas juga tentunya atas desakan pengusaha besar. Di sisi lain, produk pakaian pengusaha besar terlalu mahal untuk level masyarakat bawah.

Karena produk lokal yang mulai mahal itulah marak pasar thrift dan juga produk-produk impor pakaian baru dari China yang dijual di bawah Rp100.000.

“Fesyen itu masuk produk perishable, mode cepat sekali berganti. Kebutuhan pasar kita bisa dengan cepat dikejar oleh pelaku industri fesyen dari luar sehingga malah lebih laku impor,” tambahnya.

Sementara itu, kepala toko Shafira Solo, Araka Nusantara, mengatakan penjualan produk-produk Shafira tidak terdampak oleh masuknya pakaian jadi dari China atau impor lainnya.

Kepada Solopos.com, Araka mengatakan produk-produknya menyasar segmen pasar tersendiri.

“Customer kami loyal, dan kami sering mengeluarkan item terbatas sehingga produk kami yang dicari oleh pelanggan untuk dikoleksi,” ujar Araka saat dihubungi Solopos.com, Jumat (31/3/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya