Bisnis
Senin, 3 Juli 2023 - 19:50 WIB

Ekonom hingga Pegiat Literasi Bicara Soal Masa Depan Bisnis Buku

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Jendela Toko Buku, di Kabupaten Klaten pada Sabtu (17/6/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO – Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bhimo Rizky Samudro, menyebut pergeseran perilaku generasi saat ini berpengaruh pada pola bisnis toko buku.

Ia menguraikan ada beberapa nama toko buku besar yang berada di hati masyarakat. Misalnya Togamas dan Gunung Agung. Ia menilainya redupnya toko buku offline ada dua kemungkinan besar.

Advertisement

“Apakah benar bangkrut atau dia [toko buku] justru menggeser cara untuk mengambil segmen pasar. Kita bisa bedakan jadi toko buku tersebut secara eksistensi bisnis memang dia bangkrut. Tapi ada juga toko buku yang berusaha untuk survive di tengah pergeseran mindset generasi sekarang,” ujar Bhimo saat dihubungi Solopos.com pada Senin (3/7/2023).

Ia menguraikan generasi saat ini lebih menyikapi membaca dari platform digital. Toko buku yang melirik perubahan perilaku ini, menurut Bhimo bisa mengalihkan pola bisnis buku. Yaitu dengan menjual buku secara fisik dan promosi secara online. Ada juga yang menggunakan platform online sebagai media membaca. Poin plus dari pola bisnis ini adalah toko buku tersebut mengikuti pasar. Sementara itu sisi negatif yaitu budaya membaca yang semakin tergerus.

“Membaca itu membaca buku. Sementara yang online cuma sepotong, bahkan sekarang ada istilahnya menggunakan ChatGPT, yang kita bisa mengakses beberapa artikel dikumpulkan,  disusun, ini sarat plagiasi. Jadi bagi saya pun di sisi akademik, saya lebih nyaman mahasiswa baca buku fisik,” tambah Bhimo.

Advertisement

Sementara itu, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Solo, Slamet Subiyantoro, menjelaskan di tengah transformasi digital eksistensi toko buku offline masih diperlukan. Slamet menjelaskan budaya baca sangat berkaitan dengan kebijakan pemerintah, sekolah, masyarakat, media sosial.

“Contoh-contoh terbaik semua unsur pimpinan, mulai orang tua atau keluarga, tokoh masyarakat, pejabat, dan seterusnya. Pembudayaan harus terus menurut sebagai bagian dari kehidupan,” papar Bhimo.

Banyak penjual buku yang mulai berjualan secara online. Ia menilai proses evolusi budaya seperti halnya bisnis buku tentu perubahan adalah hal biasa.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif