Solopos.com, SOLO — Wakil Walikota atau Wawali Solo, Teguh Prakosa menyebut di masyarakat ada pergeseran perilaku soal belanja makanan yang berpengaruh pada naiknya inflasi daerah di Kota Solo.
Masyarakat cenderung memilih bahan makanan yang sudah diolah dibanding bahan makanan mentah.
Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom
Di sisi lain, banyak juga warga luar Solo yang sengaja datang ke Kota Bengawan hanya untuk menikmati beragam kuliner.
Begitu pula, warga Kota Solo yang juga memilih menghabiskan uang demi menyantap makanan tradisional di restoran atau warung makan.
“Ada perubahan perilaku masyarakat yang tadinya membeli bahan makanan mentah. Sekarang, membeli bahan makanan yang sudah matang. Dan pembelinya itu dari luar Solo,” kata dia, saat acara diskusi ilmiah di Hotel Sunan Solo, Kamis (16/3/2023).
Teguh mencontohkan warga Surabaya yang datang ke Solo hanya untuk menyantap sate kambing muda atau makanan tradisional lainnya.
Setelah rampung, mereka kembali pulang ke Surabaya melewati jalan tol. Pembangunan jalan tol memudahkan aksesibilitas daerah yang berimplikasi pada laju inflasi yang tinggi.
“Perubahan perilaku [warga Solo] suka jajan makanan ini berpengaruh terhadap inflasi. Makanya, inflasi di Solo kerap naik,” ujar dia.
Soal UMKM naik kelas, Teguh menyampaikan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo terus memfasilitasi pengembangan UMKM. Pemerintah telah membagikan gerobak untuk para pedagang kaki lima (PKL).
Guna mempercepat akselerasi produk, pemerintah membantu pelaku UMKM agar bisa masuk e-katalog atau katalog elektronik yang dikelola Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (LKPP).
“Kami dorong agar pelaku UMKM memanfaatkan e-katalog agar produknya bisa dibeli lembaga atau organisasi perangkat daerah (OPD),” papar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, laju inflasi di Kota Solo pada Februari tercatat sebesar 0,48 persen.
Dibanding Januari, laju inflasi pada Februari lebih tinggi yang tercermin dalam kenaikan angka indeks harga konsumen.
Inflasi pada Januari sebesar 0,32 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas pangan yang berandil menyumbang inflasi.
Komoditas beras masih menduduki peringkat satu sebagai penyumbang terbesar inflasi dengan andil sebesar 0,12 persen.
Kemudian, disusul bawang putih dan bawang merah dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,03 persen.
“Kenaikan harga beras hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Beras masih menjadi penyumbang terbesar inflasi selama beberapa bulan terakhir,” kata Kepala BPS Solo, Totok Tavirijanto.