SOLOPOS.COM - Ilustrasi kopi arabica. (Dok. Solopos)

Solopos.com, JAKARTA–Pemerintah dinilai masih gembar-gembor menggalakkan ekspor kopi ke mancanegara.

Namun, dukungan untuk produktivitas petani masih terbatas.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (Aeki) Moelyono Soesilo mengatakan, saat ini produktivitas kopi Indonesia 10-12 juta karung per tahun atau mencapai 774.600 ton.

Menurut dia, dengan produktivitas seperti itu, peluang ekspor Indonesia masih stagnan.

“Pemerintah sendiri ingin menggalakkan ekspor kopi, tapi kita pengusaha nanya kopinya dari mana. Pemerintah gembar-gembor ekspor tapi tidak diurusi petani. Misalnya pupuk tidak disediakan, karena pupuk hanya untuk pertanian pangan. Ini jadi kendala. Kita disuruh gemuk, tapi gak dikasih makan,” ujar Moelyono kepada Bisnis, Kamis (12/5/2022).

Baca Juga: Peningkatan Ekspor Kopi Bisa Dimulai Dari Penanganan Masalah di Petani

Menurut dia, pada tahun ini memang ekspor kopi meningkat secara data. Tetapi, sebetulnya ekspornya relatif sama.

“Kalau meningkat sih engga, tapi ekspor tertunda saja. Kontrak-kontrak yang karena barangnya pada 2021 udah terlanjur di kontainer dan kapal, baru dikirim sekarang [2022],” ungkapnya tanpa merinci lebih lanjut.

Namun, menilik data Badan Pusat Statistik, ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah dalam kode HS 09 pada periode Januari-Desember 2021 menurun 7,09% dari segi volume menjadi 570.540 ton dari tahun sebelumnya 614.140 ton.

Meski masyarakat tengah gandrung kopi, Moelyono mengatakan, hal itu kadang berbeda dengan realitas perdagangan global.

Baca Juga: Jos! Kopi Excelsa Asal Jombang Mulai Diekspor ke Malaysia

Menurut dia, harga kopi saat ini US$2.020-US$20.80 per ton atau tidak banyak kenaikan.

“Ini juga membuat petani kopi kurang termotivasi menjaga kebunnya. Sekarang juga kita jadi turun peringkat jadi nomor tiga kan,” ucapnya.

Diketahui, saat ini Indonesia terancam kehilangan devisa negara dari komoditas sawit lantaran larangan ekspor CPO oleh pemerintah sejak 28 April. Padahal ekspor komoditas ini berkontribusi sebesar Rp112,82 triliun bagi perekonomian Indonesia sepanjang kuartal I/2022.

Sayangnya, belum ada komoditas komoditas perkebunan lain yang berpeluang dapat menggantikan sawit sebagai komoditas ekspor utama Indonesia.

Baca Juga: Buka 26 Outlet Sekaligus dalam Sepekan, Kopi Kenangan Raih Rekor Muri

Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Muhammad Faisal mengatakan sejatinya Indonesia mempunyai komoditi perkebunan lain selain sawit. Sebut saja karet, kopi, kakao, dan kopra.

Tetapi, kata dia, saat ini produktivitasnya amat rendah. “Alokasi pendanaan, terutama APBN sehingga perhatian pada komoditas pada selain sawit itu rendah. Jadi itu membuat, dari sisi produktivitas di luar sawit jadi rendah,” kepada Bisnis, Kamis (12/5/2022).

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Ambisi Indonesia Pacu Ekspor Kopi, Pengusaha: Produksi Stagnan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya