SOLOPOS.COM - Driver Ojol. (Freepik).

Solopos.com, SOLO —  Keinginan para driver ojek online (Ojol) mencari pekerjaan lain atau pindah pekerjaan atau kembali ingin menjadi pegawai kantoran tak hanya dirasakan pengemudi Ojol Jakarta seperti yang disampaikan peneliti dari Doctrine UK- LSE London.

Salah satunya disampaikan pengemudi Gojek Solo, Wahyu Yoga Septian. Sepinya orderan sejak Desember 2022 membuatnya kelimpungan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Pendapatan dari bekerja sebagai driver sejak Desember 2022 diakui Wahyu mulai menurun. Penurunan ini semakin dialami olehnya sejak memasuki 2023.

“Tahun 2022 saya bisa mengumpulkan Rp7 juta dalam 1 bulan, tapi Januari 2023 kemarin saya Cuma dapat Rp2-3 juta. Karena sepinya orderan bahkan saya turun kelas dan akhirnya tidak mendapat insentif lagi, sementara tahun 2022 masih dapat,” papar Wahyu saat ditemui Solopos.com, Kamis (23/2/2023).

Wahyu mengakui saat ini paling banyak dia hanya bisa mendapatkan 10 orderan dalam sehari. Membuatnya mulai mendaftar pekerjaan selain driver.

Wahyu merupakan mitra lama Gojek sejak tahun 2017. Dia sempat banting setir dari driver menjadi kurir pengantaran paket SiCepat.

Pekerjaan itu dilakukannya selama tiga tahun sampai menjabat kepala operasional. Namun pada 2022 dia kembali menjadi driver Gojek.

“Kerja di bidang kurir paket lebih tidak manusiawi jam kerjanya, tidak ada waktu untuk keluarga. Pernah kerja dari jam 9, baru selesai jam 2 malam,” ujar Wahyu.

Tahun 2022, Wahyu merasa menjadi driver Gojek bisa memberinya waktu luang lebih banyak. Namun memasuki 2023, kondisi mulai sepi kembali.

Wahyu juga mengakui karena posisi driver adalah mitra, kesejahteraan driver kurang diperhatikan Gojek terutama dalam jaminan perlindungan kerja.

“Dari Gojek memang ada pilihan asuransi baik itu BPJS Ketenagakerjaan ataupun asuransi swasta, dipotong dari pendapatan untuk membayar 2 program, tapi saya memilih mendaftar mandiri dan bayar sendiri saja,” papar Wahyu.

Wahyu menjelaskan penyebabnya tidak mengambil pilihan asuransi dari Gojek karena pengalaman kawannya yang kesulitan mendapatkan ganti rugi akibat kecelakaan kerja.

Keinginan berhenti mengemudi dan bekerja kantoran juga diakui oleh driver Gojek lainnya di Solo, Sutapa. Namun pria itu mengakui tantangan yang dialaminya adalah usia yang tidak lagi muda.

“Karena saya sudah tua maka pilihan pekerjaan semakin terbatas sementara masih menghidupi 2 anak saya, jadinya ya driver satu-satunya jalan,” ujar Sutapa.

Sebelum menjadi driver, Sutapa sempat bekerja sebagai guru. Kemudian bekerja di pabrik mebel, dan di bidang periklanan. Akhirnya di tahun 2017 dia menjadi driver Ojol sampai sekarang.

Awal mendaftar sebagai driver, kondisi orderan masih menguntungkan Sutapa.

Setiap harinya dia hanya cukup bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore dan sudah mencapai poin targetnya. Selain itu, setiap hari Sutapa bisa mengumpulkan Rp200.000 sampai Rp 300.000.

“Sebelum Covid-19 tiba-tiba banyak sekali ojol [ojek online] menjamur, persaingan mencari penumpang pun semakin ramai. Kemudian orderan sangat sepi di saat Covid-19 dan sampai sekarang aplikasi saya nyalakan dari pagi sampai sore hanya dapat 1-2 orderan,” papar Sutapa.

Sutapa mengakui, selama enam tahun menjadi driver Ojol , keluhannya hanya ditanggapi secara normatif oleh Gojek. Keluhan biasanya dia sampaikan lewat aplikasi ataupun email maupun sambungan telepon, tetapi jawaban yang diterima Sutapa dirasa seperti disampaikan oleh mesin.

Pembagian order di Gojek semakin tidak jelas, papar Sutapa. Hal itu juga yang membuatnya merasa cemas karena menggantungkan pendapatan dengan orderan yang masuk melalui algoritma aplikasi yang asing baginya.

“Dulu saran dari Gojek agar orderan ramai adalah mengganti titik tunggu, menyalakan aplikasi dari pagi, dan berada di lokasi yang bukan rute biasa. Semua itu sudah saya lakukan tapi orderan saya masih sepi, membuat saya cemas karena apakah pendapatan Cuma bisa dari duduk menunggu orderan masuk?”

Selain pendapatan yang turun, Sutapa juga mengakui pengeluarannya naik karena pekerjaan sebagai driver mengharuskannya selalu online dan mengisi bensin, sementara biaya trip untuk orderan GoFood jarak pendek turun dari sebelumnya Rp8.000 menjadi Rp7.200.

Sutapa juga mengakui dia membayar asuransinya sendiri.

Jaminan Kesehatan

Menanggapi banyaknya driver Ojol yang ingin pindah pekerjaan, Head of Indonesia Regions Gojek, Gede Manggala, mengaku pihaknya memang tak bisa menghentikan hal tersebut.



“Kami tidak memaksa, dan memang sama-sama tahu orderan tidak seramai sebelum pandemi Covid-19. Tentu saja ada yang pendapatannya tidak sebanyak sebelum pandemi. Di sisi lain kami juga berharap mendapatkan driver yang high quality terhadap service ataupun keamanan,” papar Gede saat ditemui Solopos.com di Pura Mangkunegaran selepas acara launching Go Transit kerja sama GoTo dengan PT KCI, Kamis (23/2/2023) .

Gede mengatakan proteksi atau jaminan kesehatan maupun tenaga kerja juga diberikan kepada para driver dengan menggandeng BPJS.

Selama ini, kata Gede, secara umum proteksi menjadi bagian dari program swadaya yang diberikan Gojek kepada driver.

Program itu juga meliputi pengurangan pengeluaran seperti kerja sama dengan bengkel tertentu untuk perbaikan kendaraan para mitra, dan menggandeng beberapa warteg berupa program makan siang untuk para driver.

Namun Gede mengakui program makan siang tidak berlaku di Solo dan hanya di Jabodetabek saja. “Untuk para mitra di Solo, kami bekerja sama menggandeng BTN memberikan program KPR bagi mereka,” tambah Gede.

Saat ini, perusahaan ekosistem digital berbasis teknologi yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk  menggandeng PT KCI Solo-Jogja untuk ekspansi fitur GoTransit di Kota Solo.

Gede berharap ekspansi tersebut bisa menjadi salah satu peluang baru kembali tumbuhnya jasa Gojek sehingga berdampak pada kesejahteraan driver Ojol di Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya