Bisnis
Kamis, 1 Februari 2024 - 11:27 WIB

Bukan Perang Harga, Kolaborasi Dibutuhkan untuk Perkuat Wisata Soloraya

Bayu Jatmiko Adi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja merapikan tempat tidur di hotel, Solo, Kamis (22/6/2023). Kehadiran Masjid Sheikh Zayed berdampak cukup signifikan pada okupansi beberapa hotel di Solo. Masjid Tersebut menjadi salah satu icon Kota Solo yang mengundang banyak wisatawan untuk menginap di hotel sekitar masjid. (Solopos.com/Joseph Howi Widodo).

Solopos.com, SOLO – Solo sejauh ini dikenal sebagai salah satu tujuan wisata. Solo juga banyak menjadi tujuan MICE. Namun begitu dengan perkembangan zaman dan perkembangan pariwisata di berbagai daerah saat ini, destinasi maupun sektor perhotelan dan restoran perlu untuk memperkuat kolaborasi.

General Manager Lorin Solo Hotel, D’wangsa Solo Hotel, dan Syariah Hotel Solo, Heri Haryosa, mengatakan tahun 2023 bisa dibilang sebagai tahun baik untuk dunia pariwisata. Bahkan dia mengatakan secara pertumbuhan, selama 2023, Lorin Group Solo mencatatkan hasil yang lebih baik dibandingkan 2022.

Advertisement

“Kalau ditanya bagaimana dengan tahun ini, tentu kami optimistis. Kenapa optimistis? Ya karena pemerintah saja optimistis, maka kita juga harus tetap optimistis. Tinggal bagaimana mencari peluang pasar yang ada,” kata dia, Selasa (30/1/2024).

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan di sektor perhotelan maupun pariwisata secara umum tersebut, menurutnya ke depan pola kolabirasi perlu terus ditingkatkan. Menurutnya jangan pernah ada kompetisi antar hotel jika bisa berkolaborasi.

Advertisement

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan di sektor perhotelan maupun pariwisata secara umum tersebut, menurutnya ke depan pola kolabirasi perlu terus ditingkatkan. Menurutnya jangan pernah ada kompetisi antar hotel jika bisa berkolaborasi.

Menurutnya kompetisi antar hotel akan berpotensi dengan munculnya perang harga dan saling mematikan harga. Jika hal itu terjadi maka yang akan terjadi berikutnya adalah berkurangnya kualitas produk karena harga yang sudah tidak bagus.

“Kalau kualitas sudah menurun, ujungnya pelanggan yang akan kecewa. Kalau pelanggan kecewa di Solo, mereka akan lari ke daerah lain,” kata dia.

Advertisement

“Kami kolaborasi. Tamu kami antar ke sana [hotel lain untuk meeting]. Akhirnya mereka [tamu] senang karena diakomodir,” kata dia.

Bukan hanya dengan hotel, kerja sama juga bisa dilakukan dengan rumah makan atau lainnya dengan membuat paket bersama.

Sebelumnya Ketua PHRI Solo, Joko Sutrisno juga menyampaikan perlunya kolaborasi di dunia pariwisata termasuk perhotelan dalam menghadapi perkembangan pariwisata ke depan.

Advertisement

Menurutnya perkembangan wisata saat ini cukup pesat. Sebab biasanya kunjungan wisata akan berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat. Semakin tingki tingkat perekonomian, kesadaran berwisata juga akan meningkat.

“Namun yang perlu kita sadari, bahwa benar-benar kita harus kolaborasi. Kalau ada destinasi baru, biasanya berpikir bahwa itu ada pesaing, kemudian was-was, takut jatuh. Ternyata tidak, dengan adanya hotel baru, destinasi baru itu justru akan menambah okupansi atau tingkat kunjungan,” kata dia.

Dia pun menceritakan mengenai destinasi wisata Waduk Cengklik Park di Kabupaten Boyolali yang dikelolanya, secara keuntungan ikut terdongkrak dengan adanya Masjid Sheikh Zayed di Kota Solo.

Advertisement

“Ada Masjid Sheikh Zayed, wisata saya Waduk Cengklik Park itu justru omzetnya naik 30%. Ini luar biasa,” kata dia.

Dia juga menceritakan pengalamannya membuat paket bersama dengan destinasi wisata lain yang mendapat respons baik dari masyarakat. Artinya kolaborasi tersebut diperlukan, dan tidak memandang destinasi lain sebagai pesaing yang akan menjatuhkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif