Bisnis
Selasa, 17 Januari 2023 - 16:39 WIB

Perluas Pasar Domestik Jadi Strategi Eksportir Mebel Soloraya Tetap Survive

R Bony Eko Wicaksono  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi produk mebel. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Eksportir mebel dan kerajinan di Soloraya melakukan diversifikasi dengan fokus memperbesar pasar dalam negeri imbas adanya peningkatan inflasi di negara tujuan ekspor. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan permintaan ekspor pada produk mebel dan kerajinan akibat kenaikan harga barang.

Ketua Komisariat Daerah (Komda) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Soloraya, Yanti Rukmana, mengatakan diversifikasi pasar dalam negeri menjadi strategi paling solutif agar bisa survive atau bertahan di tengah krisis global. Menurutnya, potensi pasar dalam negeri cukup tinggi.

Advertisement

“Kita melakukan diversifikasi market dalam negeri sejak pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Apalagi sekarang kan pemerintah melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) gencar mendorong penggunaan produk dalam negeri,” kata dia, saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (17/1/2023).

Beberapa perusahaan mebel luar negeri saat ini mulai masuk ke Tanah Air. Hal itu menjadi salah satu indikator bahwa pasar mebel di dalam negeri cukup menjanjikan jika digarap secara serius. Karena itu, industri mebel di Soloraya mulai fokus memperbesar pasar domestik sembari menunggu inflasi di negara tujuan ekspor turun.

Hal ini disokong pemerintah yang membangun factory sharing maupun pelatihan bagi pelaku industri mebel. Pada 2022, pemerintah membangun factory sharing di Gemolong, Sragen, yang mewadahi para pengusaha mebel dalam eksosistem industri mebel. “Untuk industri mebel bisa bertahan sudah bagus. Inflasi naik juga baru beberapa bulan terakhir,” ujar dia.

Advertisement

Menurut Yanti, perang Rusia-Ukraina mengakibatkan inflasi tinggi di negara tujuan ekspor. Otomatis daya beli pasar turun secara perlahan-lahan. Padahal, tujuan ekspor mebel dan kerajinan terbesar di Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE). Kemudian, disusul beberapa negara di Asia.

Inflasi di negara tujuan ekspor bisa mengganggu daya beli dan penurunan permintaan. Risiko penurunan permintaan harus diantisipasi dengan melakukan diversifikasi pasar ekspor. “Sepanjang 2022, drop [pasar ekspor mebel dan kerajinan] sekali ya. Mungkin kapasitasnya hanya tinggal 20 persen. Belum lagi mahalnya biaya pengiriman barang ekspor yang naik berkali-kali lipat,” kata Yanti.

Soal peluang ekspor industri mebel dan kerajinan pada 2023, Yanti menyampaikan pengurus Asmindo Soloraya bakal memantau perkembangan ekspor produk Indonesia selama semester I. Saat ini, ia belum dapat memperkirakan kepastian peluang ekspor mebel dan kerajinan pada 2023.

Advertisement

Sementara itu, seorang perajin rotan di sentra industri kerajinan rotan Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Suparji, menyampaikan mayoritas order kerajinan rotan berasal dari luar negeri seperti Belanda, Italia dan Jerman. Biasanya, setiap buyer memesan kerajinan rotan dalam jumlah besar. Mereka merupakan pelanggan karena telah berulang kali memesan produk kerajinan rotan.

Saat masa pandemi Covid-19, banyak produk kerajinan rotan ngendon di gudang akibat kelangkaan kontainer kosong. “Biaya pengiriman produk ke luar negeri masih mahal. Tapi, perajin rotan tetap survive dengan memperluas pasar dalam negeri,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif