SOLOPOS.COM - Para narasumber Webinar Series “Outlook 2024: Prospek Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Politik": Peneliti Fintech Center UNS dan Crowe Indonesia, Fadli Septianto (kanan bawah); Periset/pegiat politik, Zulfan Lindan (tengah bawah); Komisaris Independen PT Sritex, Tbk., Liem Konstantinus (kanan atas); dan Senior Vice President Keuangan dan Pendanaan Investasi PT Pupuk Indonesia. Acara yang dipandu CEO Solopos Media Group, Arif Budisusilo, disiarkan di Youtube Espos Indonesia, Selasa (21/11/2023).(Tangkapan Layar)

Solopos.com, SOLO — Tahun politik disebut tidak akan berdampak buruk pada perekonomian, asalkan optimisme masyarakat tetap terjaga. Selain itu penyelenggaraan pemilu harus berjalan aman dan lancar.

Peneliti Fintech Center UNS dan Crowe Indonesia, Fadli Septianto, mengatakan 2024 bisa jadi menjadi tahun penuh tantangan bagi perekonomian. Bukan hanya Indonesia, namun termasuk perekonomian negara-negara lain di dunia. Hal itu berkaitan dengan kondisi global, terlebih dengan adanya beberapa konflik yang terjadi. Baik konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia maupun konflik antara Israel dan Palestina.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Namun di Indonesia, 2024 nanti juga bersamaan dengan masuknya tahun politik. Kondisi tersebut bisa jadi akan menambah tantangan, tapi bisa juga memberikan dampak baik jika pelaksanaannya bisa berjalan baik.

“Mungkin kita akan merasakan pesta demokrasi. Meskipun kalau melihat dari kondisi global juga banyak tantangan. Namun demikian tantangan berat itu dijawab juga oleh pemerintah kita dengan regulasi-regulasi yang sejauh ini cukup mumpuni,” kata dia dalam Webinar Series dengan tema Outlook 2024: Prospek Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Politik, yang disiarkan di Youtube Espos Indonesia, Selasa (21/11/2023).

Jika proses pelaksanaan pemilu dapat berjalan lancar dan damai, kemungkinan besar target pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi 5,2% bisa tercapai. Mengenai target tersebut, menurutnya tahun politik juga bisa saja memberikan kontribusi.

Mengingat sejauh ini perekonomian Indonesia banyak disokong dari private consumption. Dimana pada tahun politik ini, private consumption diharapkan juga akan tumbuh positif. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah mengenai optimisme masyarakat yang harus terjaga baik.

Sementara jika melihat data yang ada, sambung Fadli, GDP (Gross Domestic Product) Growth 2022 sudah mencapai 5,3%, yang juga dilanjutkan dengan data-data pertumbuhan ekonomi yang cukup positif pada kuartal pertama, kedua dan mungkin ketiga ini.

“Di 2023, menurut proyeksi dari IMF dan World Bank, itu ada di sekitar 5%. Kemudian di 2024 kurang lebih sekitar 5%. Hal yang paling mendukung pertumbuhan perekonomian paling besar adalah dari private consumption meskipun kalau dilihat dari sisi ekspor, di kuartal pertama dan kedua itu memang mengalami penurunan di 2023,” jelas dia.

Dia juga menyampaikan, berdasarkan data yang ada, secara historis pelaksanaan pemilu bisa berdampak positif pada peningkatan private consumption. Jika dilihat dari pemilu 2004, 2009, 2014 dan 2019, hanya di tahun 2019 saja yang tidak memberikan dampak pada pertumbuhan GDP. Sebab saat itu juga bersamaan dengan pandemi Covid-19. Artinya ketika tidak ada persoalan, pelaksanaan pemilu akan memicu tumbuhnya private consumption.

“Jadi memang kuncinya, kalau secara domestik, pasangan calon [presiden dan wakilnya] yang akan terpilih nanti, harus tetap menjaga optimisme di tengah masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang ekspansif dan progresif,” kata dia.

Berpotensi Menghangat

Periset/pegiat politik, Zulfan Lindan, mengatakan perlu upaya untuk menjaga agar tensi politik di dalam negeri selama tahun politik berlangsung. Menurutnya jika tensi politik dibiarkan terus berkembang, akan memberikan dampak tidak baik untuk semua bidang, termasuk ekonomi.

Di sisi lain menurutnya, tensi politik pada pemilu tahun ini berpotensi menghangat. Terlebih jika, dari jauh-jauh hari sudah berkembang opini bahwa akan terjadi kecurangan dan lainnya.

“Ini yang menurut saya bahaya. Kalau ini meluas, kita tahu pengaruh media sosial, ini akan sangat mengganggu. Sektor ekonomi kita pasti akan sangat rugi. Apalagi industri yang sangat terkait dengan buruh. Ketika buruh terpengaruh oleh salah satu kontestan politik, pasti akan terjadi juga konflik, baik secara internal, dengan pemilik perusahaan bahkan dengan kelompok eksternal lainnya. Ini yang menurut saya perlu di antisipasi bersama,” jelas dia.

Sementara itu dari pelaku usaha berharap pelaksanaan pemilu tahun ini bisa berjalan damai dan lancar. Seperti yang disampaikan Komisaris Independen PT Sritex, Tbk., Liem Konstantinus, dalam acara itu.

“Sebagai pelaku bisnis tetap mengharapkan supaya pemilu tetap berjalan secara demokratis, tapi kondisi keamanan tetap terjaga. Kemudian bisnis tidak terganggu dan berjalan baik,” kata dia. Dia pun optimistis hal itu akan terjadi.

Mengenai dampak dari pelaksanaan pemilu, meski tidak banyak, dia menyebut cukup memberi dampak. Permintaan terhadap produk tekstil sedikit meningkat karena ada euforia pemilu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya