SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Rentenir masih menjadi pedang bermata dua bagi para pedagang pasar di Soloraya.

Kehadiran rentenir membuat mereka berutang dengan kalkulasi bunga yang cukup tinggi, tetapi juga masih menjadi andalan untuk mendapatkan modal tambahan.

Promosi Fokus Transformasi, Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5%

Bagi pedagang pasar, rentenir bisa menjadi solusi ketika pemasukan mereka tidak cukup untuk modal.

Kebutuhan akan modal tambahan yang cepat, ditambah dengan faktor kedekatan membuat rentenir masih banyak menjadi tujuan pedagang untuk mendapat modal tambahan.

Solopos.com mencoba melihat lebih dekat pada Kamis (9/2/2023) bagaimana pedagang masih cukup bergantung dengan adanya rentenir.

Pedagang di Pasar Kota Boyolali, Endang, bercerita bagaimana rentenir bisa menjadi penyelamat saat kebutuhan membeli barang dagangan terbatas. Baginya, rentenir bisa menyediakan dana di saat yang dia butuhkan secara cepat dan tepat waktu.

“Barang dagangan itu kan kadang datang dari tengkulak harganya naik turun, kadang kita sudah siap modal katakanlah Rp5 juta buat beli sayur untuk dagangan, tetapi kemudian kami dikasih tahu bahwa harga barangnya dari tengkulak sekitar Rp6 juta totalnya. Sedangkan kami dikasih tahunya malam atau pagi harinya, pas enggak ada tabungan buat modal ya solusinya kami pinjam ke rentenir yang di pasar,” kisah Endang, Kamis.

Kehadiran rentenir memang menyediakan kemudahan dalam memperoleh utang, meskipun bagi Endang bunga yang diberikan juga cukup tinggi.

“Misalkan pinjam sekitar Rp2,5 juta pas pagi pukul 04.30 WIB, tergantung janjinya kapan dikembalikan, biasanya siang atau menjelang sore hari. Mengembalikannya bisa sampai Rp3 juta, kalau dihitung bunganya bisa sampai 20 persen per hari,” tambahnya.

Cerita mengenai rentenir ini juga dialami oleh Wiyono, pedagang di Pasar Nusukan ini mengaku cukup sering meminjam di rentenir, apalagi saat ada kebutuhan modal yang harus ia penuhi secara mendadak.

Meskipun, ia juga pernah meminjam ke rentenir ketika membutuhkan dana untuk kebutuhan pribadi.

“Lumayan sering pinjam ke rentenir, apalagi kalau dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, kami butuh modal cepat buat nambah beli dagangan dari tengkulak, pinjamnya variatif kadang ya Rp800.000 paling besar sekitar Rp2,5 juta. Pas pandemi pernah ada kebutuhan pribadi buat modal pulang ke Wonogiri saya pinjam Rp1,5 juta,” ucap Wiyono.

Wiyono mengaku bunga yang diberikan oleh para rentenir cukup besar, per harinya ia harus membayar bungan 20-30 persen dari pinjaman. Angka ini bisa bertambah apabila ada keterlambatan dalam melakukan pembayaran.

“Kalau bunganya ya memang cukup tinggi, tetapi kan memang kami dapatnya cukup cepat jadi enggak masalah asalkan bayar tepat waktu,” ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyebut sekitar lima juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih mengakses permodalan melalui rentenir.

Ia kemudian merinci bahwa lebih dari 45 juta UMKM belum memadai pembiayaanya. Sekitar 18 juta di antaranya belum sama sekali mendapat pembiayaan.

Oleh sebab itu, ia menegaskan sudah seharusnya Bank BRI menjadi motor penggerak dan berada di garis terdepan dalam mempercepat inklusi keuangan.

Mulyani menyampaikannya dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023 dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity, di Jakarta, Kamis (26/2/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya