SOLOPOS.COM - Ilustrasi penggilingan gabah. (Bisnis)

Solopos.com, BOYOLALI–Kenaikan harga beras beberapa waktu terakhir ternyata tak serta-merta mendatangkan keuntungan berlebih bagi para pemilik usaha penggilingan padi tradisional di kawasan Soloraya. Sebagian dari mereka justru terseok-seok karena harga gabah tinggi dan barangnya susah dicari.

Mereka juga bersaing dengan pengusaha-pengusaha bermodal besar. Pemilik usaha penggilingan padi di Kopen, Teras, Boyolali, Iskak Junaedi, mengatakan sejak awal Agustus 2023, usahanya berat untuk beroperasi karena harga gabah tinggi dan susah dicari. Menurutnya, harga gabah di tingkat petani sudah mencapai Rp7.000 per kilogram.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Jika diproses menjadi beras, harga normalnya menjadi dua kali lipat yaitu Rp14.000 per kilogram. Namun, ia masih menjual beras dengan harga Rp13.000 per kilogram untuk mengikuti harga pasar yang berarti meminimalkan keuntungannya.

“Dulu seminggu bisa produksi tiap hari, total empat ton. Sekarang kadang seminggu sekali, dua kali, bahkan pernah enggak produksi. Seminggu juga hanya jadi lima kuintal,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (8/9/2023), di Boyolali. Iskak menceritakan hanya memproduksi beras berdasarkan pesanan pelanggan.

Iskak menuturkan harga normal gabah yang ia beli maksimal Rp5.000 per kilogram. Bahkan, saat panen raya bisa Rp3.500 per kilogram. Ia menambahkan biasanya harga gabah tinggi pada Desember menjelang masa tanam padi. Namun, pada 2023 ini pada September sudah melambung.

gabah bulog banyumas
Ilustrasi gabah. (Freepik.com)

Iskak menjelaskan tetap mencari gabah dari petani Juwiring dan Karanganom Klaten. Alasannya, gabah di sana lebih murah tetapi kualitasnya lebih bagus. Tapi saat ini dia makin sulit mencari gabah di sana karena bersaing dengan pengusaha-pengusaha besar. “Pengusaha besar dari Sragen bahkan Cirebon turun langsung cari gabah. Otomatis harganya juga bersaing dengan mereka [pengusaha besar],” kata dia.

Ia menilai harga gabah tahun ini menjadi yang terparah tingginya. Walaupun Iskak mengaku gonjang-ganjing stabilitas harga gabah telah ia rasakan sejak 2020, akan tetapi pada 2023 kenaikannya dirasa sangat tinggi.

Panen Padi Menipis

Sebelumnya, Ketua Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Jawa Tengah, Tulus Budiyono, mengatakan harga gabah di tingkat petani terus naik sejak Agustus. Ia menjelaskan para pengusaha penggilingan padi terus mencari bahan baku dengan harapan agar penggilingan tetap berjalan.

“Saat ini harga naik pertama karena kemarau yang berkepanjangan, kedua panen sudah menipis, ketiga penggilingan padi terus berusaha untuk ada kegiatan sehingga mencari bahan baku dengan persaingan yang ada di sawah, sehingga sangat kompetitif,” kata dia.

Tulus mengatakan beras telah menabrak harga eceran tertinggi (HET) yang dulunya Rp12.800 per kilogram kini menjadi lebih dari Rp13.000 per kilogram. Ia mengatakan petani tetap untung dengan harga tinggi karena harga pembelian pemerintah yang dulu Rp5.600 per kilogram sekarang Rp7.300 per kilogram.

Di Kabupaten Wonogiri, sejumlah pelaku usaha penggilingan gabah juga merugi dengan kenaikan harga gabah dan beras saat ini. Penyebabnya stok gabah di tingkat petani langka dan kualitas gabah hasil produksi di Wonogiri menurun.

Pengusaha penggilingan dan produsen beras di Selogiri, Wonogiri, Widodo, mengatakan harga gabah di tingkat petani mencapai Rp6.300/kg dari yang semula sekitar Rp5.500/kg—Rp5.800/kg. Meski harga gabah naik, persediaan gabah di tingkat petani di Wonogiri sudah menipis lantaran masa panen sudah lewat beberapa pekan lalu.

penggilingan gabah wonogiri
Pekerja penggilingan gabah di Jaten, Selogiri, Wonogiri, menggiling gabah, Rabu (6/9/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Widodo tidak bisa membeli gabah dan memproduksi beras. Widodo menyebut kalaupun gabah tersedia kualitasnya tidak optimal. Satu kilogram (kg) gabah yang sedianya bisa menjadi 7 ons beras, dengan kualitas rendah hanya bisa jadi 5 ons beras.

“Masalahnya, harga beras yang kami jual naiknya enggak signifikan. Selisih biaya produksi dan harga jual beras, kalau dihitung-hitung enggak terlalu untung. Beda kalau keadaan normal. Ibaratnya, kalau normal kami bisa dapat Rp10 juta, sekarang kami hanya dapat Rp3 juta. Jadi kalau dihitung-hitung, malah rugi,” kata Widodo saat dijumpai Solopos.com di Selogiri, Wonogiri, Rabu (6/9/2023).

Pengusaha penggilingan padi lain di Nambangan, Selogiri, Muhtadi, menyampaikan sudah beberapa hari terakhir ini malah sama sekali tidak menggilingkan gabah. Gabah di tingkat petani di Selogiri dan sekitarnya sudah sangat langka. “Sekarang menggiling padi kalau ada petani yang ke sini buat konsumsi sendiri. Jadi hanya bayar jasa penggilingan, satu karung beras bayarnya Rp7.000,” kata dia.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Wonogiri, Dwi Sartono, mengatakan harga gabah basah di Wonogiri lebih dari Rp6.000/kg. Harga senilai itu karena produksi gabah dan beras secara umum baik di Wonogiri maupun di daerah lain menurun akibat serangan hama dan kekurangan air.

“Misalnya di Klaten, banyak petani yang hasil panennya berkurang karena hama tikus. Sedangkan di Wonogiri banyak yang panennya tidak optimal karena kekurangan air. Di sini banyak pertanian padi tanah hujan. Kemaraunya terjadi lebih awal,” kata Dwi.

Sementara itu di Kabupaten Sragen, dari 200 penggilingan padi skala menengah ke bawah, lebih dari 50% di antaranya gulung tikar karena kalah bersaing dengan perusahaan besar mengingat gabah terbatas dan harga melangit.

Panen gabah
Ilustrasi panen gabah. (Istimewa/ Provinsi Aceh).

Wakil Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sragen, Widyastuti, saat ditemui wartawan di sela-sela pertemuan para pengusaha beras di Sragen, Minggu (3/9/2023) malam, menyampaikan keberadaan pabrik-pabrik beras besar memengaruhi kelangsungan operasional penggilingan padi kecil karena kapasitas produksi mereka bisa tembus 1.000 ton.

“Sementara stok gabah terbatas dan harganya naik terus. Harga gabah kering panen (GKP) sekarang tembus Rp7.500/kg untuk panen pakai combine harvester dan Rp7.200/kg untuk panen pakai thresser. Harga GKP itu rekor tertinggi dalam sejarah perberasan di Indonesia. Dengan harga tinggi itu petani di Sragen tidak bisa menikmati karena belum ada yang panen saat ini,” ujar Wiwid, sapaan akrabnya.

Ia menambahkan pengusaha beras lain yang bertahan harus mencari gabah tidak hanya di Sragen tetapi sampai Ngawi dan Sukoharjo. Saat Sragen panen raya, bakul beras dari Indramayu, Jawa Barat dan Jawa Timur masuk semua. Sehingga, dalam sebulan gabah di Sragen habis diserbu pengusaha itu.

Wiwid meminta pabrik-pabrik besar itu bisa bekerja sama dengan penggilingan padi kecil. Dia menerangkan kerja sama itu berupa adanya pembatasan pembelian GKP untuk perusahaan besar, selebihnya bisa beli bahan beras PK atau beras grosir. Dengan pola kerja sama seperti itu, harap dia, pengusaha penggilingan padi kecil itu bisa jalan dan sama-sama hidup.

Pengusaha penggilingan padi asal Kecamatan Jenar, Daryanti, menyampaikan usahanya seperti hidup segan mati pun tak mau.  Alat produksi tersedia, bahkan sudah modern karena pakai listrik, tetapi sulit mencari gabah. Ia tak bisa meliburkan pekerja karena kasihan. “Kalau nekat ya sama saja bunuh diri” ujarnya.

Modal dan Gudang Terbatas

Pengusaha penggilingan padi asal Kecamatan Masaran, Rosyid Ridho, mengatakan yang berani bersaing maka merekalah yang bisa bertahan. “Kalau perusahaan besar punya modal, punya tempat, dan manajemennya bagus. Sementara penggilingan kecil modal terbatas, gudang terbatas. Penggilingan padi kecil bisa punya gudang 100 ton saja sudah hebat,” katanya.



penggilingan gabah klaten
Pekerja menjemur gabah di salah satu usaha penggilingan padi di Kecamatan Ceper, Klaten, Rabu (1/2/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Di Kabupaten Sukoharjo, usaha penggilingan padi menikmati keuntungan dengan kenaikan harga gabah maupun beras. Pemilik penggilingan Sri Dewi di Plumbon, Mojolaban, Sukoharjo, Ngatno, mengatakan beberapa waktu terakhir kenaikan ongkos penggilingan gabah menjadi beras turut naik harga. Ngatno juga mengatakan permintaan penggilingan cukup stabil meski sedikit berkurang.

“Kalau di Jawa Timur mepet di sini harga gilingnya bagus di Sukoharjo Rp6.200/kilogram di Jawa Timur hanya Rp5.700/kilogram bisa selisih 5-6 kilogram. Harga beras pada Agustus kemarin masih Rp11.000/kilogram untuk medium sekarang Rp12.600/kilogram, beras premium Rp13.200/kilogram,” ungkap Ngatno, Kamis (7/9/2023).

Ngatno membeberkan penggilingannya tersebut setiap harinya menerima pasokan gabah 60 ton-120 ton per hari. Beras-beras yang digilingnya mayoritas dikirim ke Cipinang dan Bandung.

Secara terpisah, Ketua Umum Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar), Syaiful Bahari, mengatakan memprediksi harga beras justru akan terus naik hingga akhir tahun ini. Kenaikan harga beras juga dipicu oleh tingginya harga gabah di petani. Dia menuturkan produktivitas yang menurun telah mengkerek harga gabah kering panen (GKP) hingga di angka Rp6.500 – Rp7.000 per kilogram.

Harga gabah tersebut telah melampaui harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.6/2023 sebesar Rp5.000 per kilogram. “Di Jawa saja, saat ini hanya menghasilkan GKP rata-rata 3 ton per hektare” ujar Syaiful saat dihubungi Bisnis Indonesia, dikutip Senin (21/8/2023).

Bahan pangan Jateng india stop ekspor beras harga beras klaten
Ilustrasi beras. (Freepik.com).

Syaiful mengatakan banyak usaha penggilingan padi rakyat skala kecil tutup, imbas harga gabah yang terlampau tinggi. Pasalnya, mereka tidak sanggup untuk membeli gabah yang terlalu mahal. Hanya usaha penggilingan skala besar yang masih bertahan karena memiliki modal besar.

“Faktor ini menjadi penyebab berkurangnya suplai beras ke pasar,” tuturnya. Selain harga beras yang diperkirakan terus melambung, Syaiful menyebut hal terburuk yang mungkin terjadi di akhir tahun adalah kelangkaan beras.

Dia pun menilai pemerintah terlambat dalam mengantisipasi risiko krisis beras di tahun ini. Padahal, pemerintah seharusnya sudah mengambil ancang-ancang menghadapi krisis beras sejak beberapa tahun lalu saat produksi beras mulai mengalami penurunan dan sumber impor masih terbuka lebar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya