SOLOPOS.COM - Ilustrasi gula pasir.(Freepik).

Solopos.com, SOLO — Produksi tebu di wilayah Sragen diperkirakan turun lantaran biaya pokok produksi yang melonjak hingga curah hujan yang tinggi. Penurunan produksi tebu di perkebunan diprediksi hingga 30 persen.

Ketua DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sragen, Parwanto, Selasa (16/5/2023), mengatakan wilayah Sragen menjadi sentra perkebunan tebu di Soloraya. Jumlah petani tebu di Sragen lebih dari 5.000 petani yang tersebar di sejumlah daerah.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Selama ini, produksi tebu di Sragen juga diandalkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula di Soloraya dan Jawa Tengah. Namun, produksi tebu pada tahun ini diperkirakan merosot sekitar 30 persen.

“Produksi tebu diperkirakan turun 20 persen-30 persen. Termasuk di Sragen juga turun. Ini persoalan yang dihadapi para petani tebu,” kata Parwanto, Selasa.

Menurut Parwanto, produksi tebu turun disebabkan biaya pokok produksi yang melonjak cukup signifikan akibat kenaikan harga pupuk dan bahan bakar minyak (BBM).

Selain itu, perubahan iklim juga menjadi penyebab utama penurunan produksi. Pertumbuhan tanaman tebu tak bisa optimal sehingga mengurangi produksi tebu.

“Produksi tebu pada tahun ini cenderung menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tanaman tebu pendek dan kecil sehingga produksi tebu tak seperti tahun lalu. Hal ini juga terjadi di setiap daerah. Jadi merata secara nasional,” ujar Parwanto.

Soal usulan harga pokok penjualan atau HPP gula di tingkat petani, Parwanto menjelaskan pengurus APTRI mengusulkan HPP gula di tingkat petani senilai Rp15.014 per kilogram.

Berdasarkan perhitungan pengurus APTRI, biaya pokok produksi (BPP) gula petani mencapai Rp13.649 per kilogram.

Dia meminta pemerintah segera menetapkan HPP gula di tingkat petani sebagai acuan utama dalam proses produksi tebu.

“Usulan HPP gula dari pengurus APTRI pusat senilai Rp15.000 per kilogram. Harga gula diusulkan naik agar produktivitas tebu secara nasional juga meningkat,” papar dia.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Bank Indonesia (BI), harga gula pasir kualitas premium di Jawa Tengah per 16 Mei dibanderol Rp14.600 per kilogram.

Sedangkan, harga gula pasir lokal senilai Rp14.250 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya