Bisnis
Minggu, 2 April 2023 - 22:21 WIB

Dilarang, Jasa Tukar Uang Baru di Pinggir Jalan Masih Eksis karena Dibutuhkan

Gigih Windar Pratama  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan uang baru seusai menukarkannya. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Solopos/Nicolous Irawan).

Solopos.com, SOLO — Penyedia tukar uang baru di pinggir jalan nekat berjualan tak gentar menawarkan jasanya meskipun ada imbauan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah kepada masyarakat untuk tak menukar uang di layanan ilegal tersebut.

Mengingat, keuntungannya terbilang lumayan dengan margin hampir 10% dari jumlah uang yang ditukarkan. Solopos.com mewawancarai sejumlah penyedia jasa tukar uang pecahan di Solo, Kamis (30/3/2023).

Advertisement

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, salah satu penyedia jasa yang enggan disebutkan namanya, R, 49 mengaku menukar uang pecahan dengan jumlah yang besar kepada salah seorang pegawai bank di Semarang. Waktunya yakni minimal tiga bulan sebelum Ramadan.

R mengaku untuk bisa mendapatkan pecahan dengan nominal yang besar, harus ada bekerja sama dengan pegawai perbankan di salah satu cabang. Mereka mengambil uang di Semarang karena margin yang ditawarkan lebih kecil dan stoknya juga cukup banyak.

Advertisement

R mengaku untuk bisa mendapatkan pecahan dengan nominal yang besar, harus ada bekerja sama dengan pegawai perbankan di salah satu cabang. Mereka mengambil uang di Semarang karena margin yang ditawarkan lebih kecil dan stoknya juga cukup banyak.

Tahun ini ia mengeluarkan modal awal Rp150 juta dalam bentuk beragam uang pecahan mulai dari Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000 dan Rp2.000.

“Jadi saya itu tangan pertama, nanti saya mengurus ke bank dan sudah ada pembicaraan dulu dengan salah satu pegawainya, kebetulan sudah lama kenalnya. Nanti, saya mencairkan Rp150 juta dengan minta ke beberapa pecahan uang baru, kalau sudah saya memberikan imbalan atau fee dua persen, jadi sekitar Rp3 juta,” jelas R.

Advertisement

“Saya jualnya dengan margin sekitar tiga sampai lima persen. Yang minta ke saya macam-macam, ada yang nanti dijual lagi di jalan-jalan, ada yang memang untuk dibagikan sendiri saat Lebaran. Biasanya, kalau sudah mendekati Lebaran, uang baru semakin mahal, kalau untuk dijual lagi, saya ambil margin 25 persen,” kisahnya.

Solopos.com kemudian mewawancarai salah satu Deputy Branch Manager bank pemerintahan di Semarang, berinisial S, yang biasanya membantu R menukar uang pecahan. Menurut S, praktik ini jamak ditemui di beberapa perbankan.

“Sudah sejak awal 2015 menerima jasa ini, fee yang dipatok itu sebenarnya juga dibagi kepada atasan dan bawahan saya. Karena mencairkan uang di bank itu perlu persetujuan dari Branch Manager (BM) dan nanti diteruskan ke pusat, apalagi kalau bentuknya pecahan, karena bisa memicu inflasi,” jelas S.

Advertisement

S hanya menerima penukaran uang dalam bentuk pecahan kecil maksimal 30 hari sebelum Lebaran untuk menghindari kecurigaan. Selain itu, ia menetapkan nominal Rp25 juta untuk sekali penukaran.

“Kalau niatnya mau dijual lagi minimal menukarnya Rp25 juta dan maksimal Rp250 juta untuk satu kali penukaran. Biasanya memang makan waktu sekitar tiga sampai lima hari prosesnya. Maksimal di atas 30 hari sebelum Lebaran,” tambahnya.

Berjualan di Gladak

Salah pengguna jasa R yakni Yunus. Yunus biasanya menukarkan uang baru di sekitar Gladak, saat malam hari. Ia mengaku mendapatkan uang dari R sejak awal puasa.

Advertisement

Yunus kemudian menukarkan uangnya kepada masyarakat dengan margin sebesar 10 persen. Selama ini, yang menjadi favorit warga Solo yakni pecahan Rp10.000 dan Rp2.000. Ia biasanya “kulakan” uang pecahan kepada R setiap sepekan sekali.

“Yang pecahan Rp10.000 dan Rp2.000 itu paling cepat habis, jadi biasanya saya pesan ke R kalau mau menambah stok. Nanti saya jualnya sekitar 10 persen, jadi misalkan ambil Rp500.000 saya jualnya Rp550.000, mendekati Lebaran biasanya marginnya sekitar 50 persen,” jelasnya.

Yunus yang sudah menjual jasa tukar uang baru sejak 2018 ini mengaku keuntungan yang didapatnya cukup beragam. Namun, mendekati Lebaran, ia bisa mendapatkan keuntungan hingga jutaan rupiah.

“Kalau sekarang masih awal-awal paling untungnya Rp50.000 sampai Rp100.000, tapi kalau sudah mau Lebaran apalagi masuk H-7 itu bisa untung sampai Rp4 juta sehari. Karena marginnya besar, permintannya banyak dan stok uang baru juga sudah menipis,” jelasnya.

Sementara, penyedia jasa penukaran uang di Solo lainnya juga mengaku mendapatkan uang pecahan untuk dijual kembali dari beberapa pedagang yang membeli dari bank.

Rata-rata menyediakan uang antara Rp5 juta hingga Rp10 juta per tiga hari. Dari jumlah uang yang ditukarkan tersebut, pecahan Rp1.000 dan Rp5.000 menjadi favorit. Para penyedia jasa penukaran uang mengaku pecahan Rp1.000 sudah mulai sulit didapatkan.

Bayu merupaka salah satu penyedia jasa penukaran uang yang juga aktif di Solo. Bayu bersama rekannya membuka lapak di sekitar Benteng Vastenburg.

Ia mengaku, mendapatkan uang pecahan tersebut dari salah satu pedagang uang pecahan yang ada di Solo. Bayu membayar margin sebesar lima hingga sepuluh persen dari nominal yang diambilnya.

“Saya ambilnya waktu itu Rp10 juta, terus kami bayar tambahan Rp500.000 jadi totalnya Rp10.500.000. Kalau ada permintaan khusus misal pecahan Rp5.000 diperbanyak ada tambahan ongkosnya sekitar Rp20.000, semakin mendekati lebaran biaya tambahannya semakin besar bisa sampai 10 persen,” kisah Bayu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif