SOLOPOS.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI fokus mendorong hibank guna memperkuat fundamental untuk menjadi Digital First SME Bank di Indonesia. (Istimewa/BNI)

Solopos.com, SOLO — Penyaluran kredit Bank BNI terus mengalami akselerasi pada kuartal III. Kredit pada kuartal III tumbuh 3,2% dari posisi Juni atau quarter on quarter (qoq), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,6% qoq.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini dalam konferensi pers paparan kinerja BNI kuartal III 2023 yang diakses Solopos.com, melalui Zoon Meeting, Selasa (31/10/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Akselerasi kredit ini dilakukan dengan tetap mengedepankan asas kehati-hatian ketika sumber pertumbuhan kredit datang dari segmen berisiko rendah yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, dan kredit konsumer, serta dua perusahaan anak yaitu hibank dan BNI Finance.

Sejalan dengan strategi akselerasi kredit di segmen berisiko rendah tersebut, kualitas kredit terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio non perfoming loan (NPL) dan loan at risk (LaR).

Rasio NPL per September 2023 tercatat berada di level 2,3%. Angka tersebut jauh membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,0%.

Sementara itu, rasio LaR, yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 14,4%, membaik dibandingkan September tahun 2022 yang sebesar 19,3%.

“Meskipun indikator kualitas aset menunjukkan perbaikan yang kuat, kami terus mengimbanginya dengan penyediaan pencadangan pada level yang cukup untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian di masa mendatang,” kata dia.

Rasio pembentukan beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) terhadap total kredit atau credit cost hingga September 2023 sebesar 1,4%, menurun 60 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk pada periode yang sama tahun lalu sebesar 2,0%.

Novita menjelaska CKPN yang dibentuk sangat memadai untuk mengaver kebutuhan penambahan pencadangan bagi debitur–debitur yang masih dalam perhatian khusus.

Kecukupan pencadangan ini tergambar dari rasio pencadangan untuk NPL dan LaR pada posisi September 2023, yang berada di level memadai masing–masing sebesar 324,5% dan 51,1%.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga September 2023 mencapai 9,1% yoy lebih tinggi dari pertumbuhan kredit karena BNI menekankan pentingnya membangun likuiditas yang kuat di saat terjadi kenaikan risiko ekonomi global akhir-akhir ini.

Sementara itu, net interest margin dapat dijaga sesuai dengan target perseroan didukung oleh kemampuan BNI untuk menyeimbangkan komposisi aset dan liabilitas secara efisien.

“Kami melihat bahwa kinerja top line yang baik ini merupakan dampak dari upaya berkelanjutan yang kami lakukan melalui implementasi program transformasi. Kami optimistis untuk dapat terus mempertahankan momentum pertumbuhan bisnis dan mencapai target bisnis tahun ini,” jelas Novita.

Imbas Suku Bunga Acuan 6%

Di sisi lain, Bank BNI berupaya memperkuat biaya bunga dana atau cost of fund imbas kenaikan suku bunga acuan  Bank Indonesia (BI) menjadi 6 persen pada Oktober 2023.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini dalam konferensi pers paparan kinerja BNI kuartal III 2023 yang diakses Solopos.com, melalui Zoon Meeting, Selasa (31/10/2023).

Novita menilai langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6% dapat dipahami sebagai langkah preventif untuk memperkuat stabilitas rupiah dalam menghadapi volatilitas perekonomian global.

Sebagai langkah antisipasi, lanjut Novita, pihaknya di sektor perbankan juga melakukan sejumlah upaya untuk memperkuat cost of fund secara efisien.

Di tengah kondisi tersebut, Novita mengaku biaya bunga dana hingga kuartal III 2023 masih berkisar 2%. Angka tersebut secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang berada di atas 3%.

“Hal ini didukung solusi digital yang semakin membaik sehingga kami mampu meningkatkan CASA yang berbasis transaksi dari nasabah dan ini kami lakukan secara berkelanjutan,” ujar Widya.

Lebih lanjut, Widya menguraikan dari sisi likuiditas BNI dapat terjaga dengan sehat untuk memenuhi kebutuhan ekspansi kredit. Sementara itu, dari sisi suku bunga kredit, BNI akan melakukan penyesuaian dengan beberapa pertimbangan.

“Kemudian dari sisi suku bunga kredit adjustment [penyesuaian] memang akan dilakukan. Tapi dapat kami pastikan hal ini akan dijalankan secara selektif dengan memperhatikan kondisi dari masing-masing nasabah, loyalitas nasabah yang tercermin dari volume transaksi di BNI serta memperhatikan kondisi pasar,” tambah dia.

Widya mengaku, BNI juga proaktif membantu pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan kredit dan ekonomi. Pihaknya juga masih optimistis mendapatkan net interest margin sesuai target pada tingkat margin yang optimal bagi shareholder.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya