SOLOPOS.COM - Penyelenggaraan Bengawan Solo Travel Mart (BTM) 2023 diwarnai dengan kegiatan table top yang mempertemukan para buyer dan seller, Kamis (7/9/2023). (Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO – Bengawan Solo Travel Mart (BTM) 2023 disebut akan menjadi booster untuk mengenalkan kembali potensi Solo kepada masyarakat luas. Diketahui, kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah buyer dari berbagai daerah di Indonesia.

Total ada 50 buyer berasal dari Kepulauan Riau, Batam, Pekanbaru, Pontianak, Lampung, Bali, Bukittinggi, Bandung, Jakarta, Sidoarjo, Banyuwangi, Surabaya, Tangerang, Gunung Pati, Rembang, Kuningan, Tegal, Semarang, Yogyakarta dan sebagainya. Total ada 60 seller dari Solo yang terdiri dari beberapa instansi antara lain travel agent, obyek wisata, restoran, pusat oleh-oleh, bank, hotel, dan kalangan UMKM.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Salah satu buyer, Fajar Aji Kusuma dari Penama Tour Jepara, mengatakan potensi wisata di Solo cukup bagus. Dia mengaku hampir seminggu sekali, bahkan kadang dua kali, mendatangkan wisatawan ke Solo. “Bulan ini sudah satu kali. Tapi September rencana ada empat kali,” kata dia, Kamis (7/9/2023).

Menurutnya, Solo dapat menjadi destinasi alternatif selain Yogyakarta. Dia menilai untuk saat ini Yogyakarta kecenderungannya sudah sangat ramai. Dengan begitu dia memilih Solo sebagai alternatifnya saat ini.

“Disamping objek yang mulai banyak, kemudian akses mudah dan belum begitu ramai. Pada weekend saya kira lebih enak di Solo. Memang mungkin ke depannya dengan wali kota saat ini, bisa bikin objek wisata baru lagi,” kata dia.

Menurut Ketua Pelaksana BTM 2023, Henry Saimin, para buyer yang datang adalah semua perwakilan Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) yang ada di daerah-daerah di Indonesia. “Mereka merupakan pelaku travel agent di daerah penyangga ekonomi. Ada dari Kalimantan, Jakarta, Bandung, Banyuwangi, Lombok, Bali dan sebagainya. Mereka juga para buyer yang sudah sering mendatangkan tamu ke Solo,” jelas dia, Kamis (7/9/2023).

Dia mengatakan, sudah menjadi ketentuan untuk BTM tahun ini bahwa peserta yang ingin bergabung diutamakan yang sudah pernah mendatangkan tamu ke Solo. Dengan begitu diharapkan para buyer akan mengetahui informasi-informasi atau destinasi-destinasi baru yang ada di Solo untuk kemudian mendatangkan tamu lagi ke Solo.

Disebutkan pada BTM tahun ini, tema yang diangkat adalah Solo Sekarang. Diharapkan ke depan juga akan tercipta paket-paket baru. Dimana 17 titik prioritas pembangunan Kota Solo yang sudah siap dikunjungi, dipadukan dengan fasilitas pendukung lainnya serta destinasi daerah lain.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Solo, Abdullah Soewarno, menilai kegiatan BTM sangat bermanfaat untuk pariwisata Sota Solo dan perhotelan. “Sebab kita ada media untuk jualan hotel di Solo yang difasilitasi Asita dan PHRI. Namun kita harus mendatangkan buyer yang baik, yang tangguh dan bonafide dari luar kota Solo, kota besar, yang banyak terkait kegiatan di Solo,” jelas dia.

Namun begitu dia mengatakan untuk mempromosikan dan memasarkan pariwisata di Solo ini perlu kerja sama semua pihak dan harus berkesinambungan. “BTM ini hanya suatu booster untuk mengingatkan berbagai hal yang ada di Solo kepada para buyer. Baik hotel maupun stakeholder kepariwisataan di Solo, memiliki kegiatan masing-masing untuk menjual potensi yang ada. Tidak bisa kita berharap hanya dengan satu kali BTM terus tidak ada kegiatan lain,” kata dia. Dia juga mengatakan pengenalan terhadap suatu destinasi tidak bisa mendadak. Butuh waktu dan upaya yang berkelanjutan.

Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo, Gembong Hadi Wibowo, mengatakan dengan acara ini dan dengan banyaknya buyer yang datang, tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan kerja sama antardaerah yang lebih luas lagi. Dia menjelaskan untuk saat ini kerja sama antardaerah khususnya untuk Soloraya sudah berjalan.

Bahkan Kota Solo juga telah menjalin kerja sama dengan daerah-daerah seperti Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bandung dan Bali.
Bentuk kerja sama antar daerah yang dilakukan di antaranya dengan saling tukar informasi dan harapannya bisa saling mempromosikan atau tukar-menukar wisatawan. Selain itu jika memungkinkan juga dilakukan pameran dan kegiatan lain semacam BTM.

“Untuk para buyer hari ini juga ada beberapa yang dari kota yang sudah ada kerja sama dengan kami, tapi ada juga yang belum. Ke depan tidak menutup kemungkinan akan kerja sama dengan mereka [daerah yang belum],” kata dia.

Sementara terkait dengan target dan tujuan dilakukannya BTM, menurutnya setidaknya akan ada transaksi di dalamnya, antara buyer dan seller. Baik di lokasi acara atau di luar acara. “Tapi yang pasti setiap kali penyelenggaraan BTM pasti ada transaksi,” kata dia.

Sedangkan jika dilihat dari jumlah kunjungan wisata, akan sulit membedakan wisatawan tersebut datang dari tindak lanjut event BTM atau bukan. Di sisi lain, dia juga mengatakan kegiatan promosi seperti BTM, dampaknya tidak bisa dilihat serta merta. Bisa jadi dampaknya akan terjadi dua atau tiga tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya