SOLOPOS.COM - Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Alpha Febela Priyatmono (kiri) dan tim IT FPKBL, Arif Budiman Effendi, saat ditemui di Laweyan, Solo, Jumat (16/6/2023). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO  — Era digital tentu membawa perubahan di sektor bisnis. Berbagai aktivitas bisnis kini mau tidak mau juga harus menghadapi metamorfosis digital. Mulai promosi, penjualan hingga manajemen secara umum. Bahkan bisnis yang lekat dengan budaya, seperti batik di Solo, juga bergerak menjadi bisnis yang selalu tanggap di zaman digital ini.

Melalui program Kampung Digital Laweyan yang diluncurkan IndiHome, Internet cepat milik Telkom Indonesia, Kampung Batik Laweyan didorong untuk memiliki kemampuan dalam melalukan manajemen usaha dan promosi produk melalui sarana digital.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Seperti diketahui, Kampung Batik Laweyan di Kelurahan Laweyan merupakan kawasan home industri batik yang telah berjalan turun-temurun. Dalam perjalanannya bisnis batik di Laweyan tentu sempat mengalami fase jatuh bangun. Hingga akhirnya, sampai saat ini Kampung Batik Laweyan berkomitmen untuk terus bangkit dengan segala tantangan yang ada.

Diakui Alpha Febela Priyatmono, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), kampung batik tersebut berada di wilayah yang luasannya terbatas.

“Namun kami harus berpikir, dengan keterbatasan lahan ini kami tetap bisa beraktivitas. Akhirnya kami punya satu konsep, ibarat komputer, daerah ini adalah mesinnya. Namun printer ada di mana saja. Ide, gagasan, dan produksi pokok tetap ada di Laweyan. Namun pemasaran bisa dimana saja,” kata dia, saat ditemui di Laweyan, Jumat (16/6/2023). Tak hanya itu, saat ini Kampung Batik Laweyan juga terus dikembangkan dengan konsep wisata.

Namun untuk mendukung hal tersebut, Kampung Batik Laweyan juga harus selalu siap menghadapi perubahan zaman yang ada. Termasuk dengan munculnya era digital saat ini. Untuk itu Kampung Batik Laweyan terus membuka diri dalam menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan kawasan tersebut.

“Mau tidak mau harus bersentuhan dengan digital. Pada 2016, oleh Telkom sebenarnya kami sudah di-branding sebagai kampung digital. Tapi ya masih naik turun [hasilnya]. Kemudian diulangi lagi di 2022 sebagai kampung digital berbasis budaya,” kata dia.

Melalui program tersebut, para pelaku usaha di kawasan tersebut diberikan pelatihan. Di antaranya mengenai pembukuan dan digital marketing. Alpha berharap hal itu sedikit banyak bisa mendorong para pelaku usaha di Laweyan melek digital dan mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bisnisnya.

Meskipun diakuinya hal itu tidak semudah membalik tangan. Sebab pola pikir di masyarakat yang masih beragam serta kemampuan yang juga beragam. Namun setidaknya program tersebut kembali mengingatkan para pelaku usaha batik, bahwa era digital sudah datang dan kita harus dihadapi.

Sementara itu dari tim IT FPKBL, Arif Budiman Effendi, menambahkan pelatihan pengelolaan keuangan dan digital marketing yang digelar IndiHome berlangsung dari Oktober 2022 sampai akhir Maret 2023. Salah satu yang ditekankan dalam digital marketing adalah pemanfaatan media sosial.

Menurutnya, dari pelatihan yang digelar, hal baru yang bisa dijalankan adalah keaktifan dalam menyampaikan mengenai kegiatan yang ada di Kampung Batik Laweyan kepada masyarakat luas melalui media sosial. Bentuknya bisa dari video atau foto atau lainnya. Informasi yang disampaikan pun bisa dimulai dengan informasi sesederhana mungkin misalnya tentang aktivitas produksi, aktivitas menerima kunjungan, menerima pelanggan, produk terbaru dan sebagainya.

“Tidak perlu harus dengan kualitas pengambilan video yang bagus, tapi bisa dimulai dengan sebisanya. Paling tidak itu akan membuat orang tahu tentang usahanya, tentang Kampung Batik Laweyan. Harapannya bisa membuat orang penasaran dan akhirnya akan datang,” kata dia.

Sementara mengenai hasil dari oelatihan tersebut, menurutnya sampai saat ini masih dalam proses. “Kalau hasil yang signifikan ini masih berproses, sebab pelatihan juga baru selesai akhir Maret kemarin. Untuk skill tentunya juga masih perlu proses lagi. Namun setidaknya semangat untuk hijrah ke digitalisasi itu ada,” lanjut dia.

Sementara mengenai pembukuan atau manajemen keuangan, menurutnya juga sangat penting. Terlebih dengan pola digital, diharapkan pembukuan dapat dilakukan lebih rapi lagi. Sebab pembukuan tersebut juga akan mendukung terwujudnya bisnis yang sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya