SOLOPOS.COM - Sepatu bekas bermerek diimpor dari Thailand atau Singapura dan masuk ke Batam untuk selanjutnya dijual ke penjaja sepatu bekas impor dan dibeli masyarakat. (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO — Penjualan sepatu bekas impor laris manis di pasaran, mereka biasanya membeli sepatu bekas dari penadah di Batam. Pembelian minimal dalam jumlah satu karung berisi 100 pasang sepatu bekas bermerek.

Merek-merek sepatu yang mereka jual antara lain Nike, New Balance, Adidas, Converse, Vans, dan sepatu impor lainnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pembelian satu karung sepatu mulai dari harga Rp13 juta – Rp 20 juta. Setelah itu sepatu-sepatu bekas tersebut dijual dengan kisaran harga Rp190.000 sampai Rp450.000.

Salah satu penjual sepatu bekas impor di Solo, Leila Mega, mengatakan thrift sepatu impor akan tetap berjalan dan laris manis meskipun bisnis thrift dianggap Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) bisa mematikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.

“Aturan pemerintah mau melarang thrift ini seperti apa, asalkan masih ada permintaan dan Batam masih membuka pengiriman impor barang luar negeri ya akan tetap berjalan,” ujar Leila yang ditemui Solopos.com saat acara Surakarta Sneakers Day di De Tjolomadoe, Sabtu (4/3/2023).

Toko thrift milik Leila bernama Still Good Thrift yang dijalankan bersama kakaknya.

Leila juga mengatakan pesaing utama usahanya adalah usaha sepatu lokal karena kisaran harga yang sama.

Namun, menurutnya peminat sepatu bekas impor tetap ada karena banyak yang mencari sepatu bermerek dan tidak keberatan dengan kondisi bekas dari produk yang mereka beli.

“Walaupun bekas, keaslian produk itu yang mereka cari. Banyak juga pelanggan kami yang kolektor sepatu merk tertentu jadi ada keluaran tertentu yang mereka cari dan hanya bisa membeli sepatu bekas,” tambahnya.

Leila mengaku pengiriman sepatu bekas tersebut sering kali bercampur dengan sepatu palsu dari merek-merek luar  negeri. Biasanya produk-produk palsu tersebut mereka berikan ke tetangga.

Kebanyakan pelanggan Leila adalah anak-anak muda baik perempuan dan laki-laki berusia 17 tahun ke atas. Dia mengatakan para pelanggan ingin mencari cara bisa tetap gaul dan memiliki outfit bagus dengan harga murah.

Hal yang sama diakui oleh Andre, pemilik toko thrift sepatu MRCL.ID. Usaha yang dijalaninya sejak tahun 2018 itu bermula saat dia menjual sepatu-sepatu merek tertentu dari teman-temannya.

“Saya dan teman-teman memang senang mengkoleksi sepatu bermerk, dan dari itu saya mulai berjualan sekaligus memiliki koleksi sendiri, kemudian cari link di Facebook dan akhirnya dapat link impor dari Thailand,” papar Andre.

Andre mengaku karena dapat dari tangan pertama, dia lebih bebas memilih produk yang dia beli. Pembelian minimal untuk satu kali pengiriman dari Thailand sebanyak 100 pasang sepatu.

Merek sepatu yang dijual di toko Andre antara lain Vans dan Converse karena dia sendiri menyukai kedua merek tersebut. Kebanyakan peminat produk-produk sepatu bekas yang dijual lagi oleh Andre juga anak muda berusia 17 tahun ke atas.

Menurut Andre, sepatu merek lokal kalah dibandingkan merek luar negeri karena kualitas dan tampilan yang berbeda.

Namun karena tidak semua orang memiliki uang yang cukup untuk memberi sepatu impor dalam kondisi baru, sepatu bekas masih jadi cara mereka untuk tetap tampil modis.

Andre juga berpendapat pasar sepatu bekas adalah kolektor sepatu fanatik yang menyukai beberapa merek tertentu, sehingga permintaannya akan selalu ada dan bisnis sepatu bekas impor bakal tetap lari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya