SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar baju bekas alias thrifting. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Gempuran thrifting yang kian masif dianggap membuat industri tekstil kian lesu, salah satunya ditandai dengan lesunya pasar domestik jelang Ramadan 2023 ini.

Direktur Utama (Dirut) PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto, mengatakan pasar domestik tekstil lokal menjelang Ramadan 2023 ini tidak naik seperti tahun-tahun sebelumnya.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Hal itu menurutnya disebabkan banyak hal, salah satunya yakni menjamurnya fenomena awul-awulan atau thrifting yang kian masif.

Menurut Iwan, mudahnya mengakali regulasi Indonesia dimanfaatkan pengimpor produk fesyen bekas untuk memasukkan barang ke Indonesia dan menciptakan gempuran thrifting yang kemudian berdampak nyata pada pelaku fesyen lokal.

Dilansir dari kanal YouTube Espos Indonesia yang tayang, Sabtu (11/3/2023) lalu, Iwan mengatakan permainan nakal biasanya dimulai dengan mengakali harmonized system code (HS Code).

HS Code merupakan daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan.

Permainan inilah yang menjadi celah maraknya thrifting di Indonesia, termasuk di Soloraya.

“Produsen rumahan kalah dengan penjaja fesyen impor bekas itu, kondisinya terjadi karena penjualan produk-produk itu di negaranya sulit dan mencari market, kebetulan Indonesia empuk dan longgar karena mudah diakali dan regulasi kurang kuat,” papar Iwan.

Iwan mengaku kondisi yang terjadi sudah sangat parah karena semua pelaku tekstil di Soloraya semakin kesulitan menyaingi fenomena awul-awul.

Dia menambahkan pasar lokal adalah faktor penolong industri tekstil saat ekspor terdampak.

Kini setelah munculnya thrift, daya beli masyarakat terserap ke pasar thrift sehingga membuat uang hilang dari peredaran di masyarakat dan masuk ke impor produk bekas. Hal ini juga sering disebut sebagai capital flight.

Iwan mengatakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) fesyen dengan skala produksi rumahan adalah yang paling terdampak dengan munculnya pasar impor bekas yang semakin menjamur di Soloraya.

Neraca komoditas adalah regulasi yang diharapkan Iwan bisa terlaksana dengan baik di Indonesia. Neraca komoditi berupa pengaturan dan pengendalian barang-barang yang masuk dan keluar di Indonesia.

“Industri tekstil berkaitan langsung dengan 19 kementerian, artinya hampir semua stakeholder itu berkesinambungan dengan tekstil. Kalau regulasi yang mengatur masuk dan keluarnya barang ke Indonesia tidak terkendali, industri ini bisa payah,” ujarnya.

Selain menerapkan aturan neraca komoditi, Iwan juga berharap pemerintah bisa menghentikan impor barang bekas yang mendorong thrift.

Dia mengatakan secara etika industri tekstil, produk fesyen bekas dilarang diimpor karena termasuk sampah.

Selanjutnya, regulasi jangka panjang seperti membangun Badan Sandang perlu dilakukan pemerintah, menurut Iwan.

Badan Sandang ini menurutnya bisa menghasilkan pengusaha tekstil baru yang bisa tetap mendorong industri dalam negeri untuk terus tumbuh.

Iwan mengatakan market share tekstil Indonesia di dunia hanya 1,7% sementara prospeknya bagus, pasarnya besar, dan industri Indonesia juga tidak kalah untuk bersaing dengan hasil tekstil negara lain.

Hal inilah yang menurutnya bisa tetap menumbuhkan industri tekstil untuk mendorong roda perekonomian masyarakat.

Pemilik toko thrifting sepatu MRCL.ID, Andre, tidak sepakat  jika bisnis thrifting dianggap mengganggu industri lokal.

“Pasarnya sudah berbeda, menurut saya industri lokal dan thrifting tetap bisa berdampingan dan tidak saling mematikan usaha satu sama lainnya,” paparnya saat ditemui Solopos.com saat acara Surakarta Sneakers Day di De Tjolomadoe Sabtu (4/3/2023).

Andre yang juga bagian dari panitia Surakarta Sneakers Day mengatakan acara tersebut diselenggarakan bersamaan dengan Indie Clothing Carnival.

Hal itu menjadi contoh bahwa pasar fesyen impor bekas dengan industri lokal bisa berjalan beriringan.



Bahkan, Andre mengaku antusiasme pengunjung Surakarta Sneakers Day masih lebih tinggi dibandingkan Indie Clothing Carnival pada awal Maret ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya