SOLOPOS.COM - Suasana talk show kesehatan bertajuk Bersahabat dengan asma sebagai peringatan ulang tahun ke-7 RS UNS Solo, di depan Kantor Bank Jateng Solo, pada Minggu (20/8/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo bekerja sama dengan Bank Jateng Solo menggelar beragam kegiatan bagi para pengunjung car free day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu (20/8/2023).

Acara dalam rangka menyemarakkan ulang tahun ke-17 RS UNS tersebut dimulai dengan senam asma kemudian dilanjutkan dengan bincang-bincang kesehatan bertajuk Bersahabat dengan Asma.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Selain itu, pengunjung juga bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis dan memeriksa tensi dan gula darah secara gratis di booth-booth yang disediakan dalam RS UNS Expo.

Bincang-bincang dan expo tersebut menyedot perhatian pengunjung CFD yang antusias untuk mengikuti kegiatan.

Dokter Spesialis Paru RS UNS, Prof. Dr. Reviono., dr., Sp.P(K), menjelaskan asma merupakan penyakit saluran pernapasan dengan gejala utamanya yaitu sesak napas. Hal ini terjadi karena radang yang cukup lama dan kronik di saluran napas tersebut.

Ia menjelaskan senam asma penting bagi para pengidap asma maupun tidak. Seperti yang dilakukan para pengunjung CFD sebelum acara talk show ini. Senam asma tersebut berperan untuk kontrol asma.

“Agar fungsi paru optimal dan efisien bernapas. Tidak menggerakkan otot terlalu berlebihan. Salah satunya juga mampu mengendalikan serangan asma agar tidak berat,” papar Reviono.

Ia juga menguraikan senam asma merupakan salah satu bentuk olahraga rekreasi. Titik tangkap dalam senam asma tersebut, lanjut Reviono, adalah kebugaran.

Ada beberapa faktor pencetus asma di samping faktor genetik. Sebagai dokter, ia berperan untuk mengontrol asma agar tidak kambuh. Ketika mampu mengontrolnya dengan baik, serangan asma tersebut tidak akan terjadi terlalu sering.

Lebih lanjut, Dokter Spesialis Paru RS UNS, Dr. Hendrastutik A., dr., Sp.P(K)., M.Kes, menguraikan lebih lanjut faktor pencetus asma di samping faktor genetik.

Misalnya polusi udara yang tengah menjadi topik pembicaraan di media sosial. Ia menjelaskan memang faktor genetik menjadi faktor urama perkembangan asma. Biasanya ada beberapa sanak keluarga yang mengidap penyakit asma sebelumnya.

“Atau manifestasi alergi lainnya, misalnya pilek alergi, gatal alergi, dan batuk alergi. Faktor genetik menjadi faktor yang sangat berperan. Tetapi ada juga saat ini sudah banyak diulas juga, faktor lainnya yang bisa menyebabkan asma,” kata dia.

Misalnya ketika bekerja di pabrik tekstil ataupun pabrik kayu, dengan adanya paparan di tempat kerja. Ketika ada orang yang sama sekali tidak mempunyai riwayat penyakit asma, tapi kemudian mampu muncul gejala.

Gejala-gejala asma tersebut, lanjut Hendrastutik, misalnya batuk, nyeri dada, saat menarik napas teras berat yang terjadi pada malam hingga dini hari.

Paparan organik dari produk bunga-bunga juga mampu menjadi pencetus asma. Selain itu paparan anorganik seperti, pertambangan, polusi udara, dan asap kendaraan juga perlu diwaspadai.

Untuk menghindari kambuhnya asma tersebut, bisa dilakukan dengan senam, asma, dan sebisanya mungkin menghindari paparan faktor pencetus asma.

Ia juga menjelaskan perlu ada konsultasi lebih lanjut kepada dokter spesialis bagi orang yang tidak bisa menghindari faktor pencetus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya