SOLOPOS.COM - Wisatawan terlihat di di Keraton Kasunanan Surakarta, Jumat (15/9/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pelaku usaha pariwisata mulai percaya diri menjual pariwisata Solo sebagai single destination tourism. Menyusul banyaknya pembangunan infrastruktur dan pengembangan destinasi wisata di tengah kota.

Ketua terpilih Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DPC Solo, Mirza Ananda, mengatakan Solo sudah memiliki cukup kesiapan untuk menjadi destinasi wisata tunggal.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Kalau sebelum pandemi Covid-19 kami pelaku wisata belum berani menjual wisata Solo sebagai destinasi tunggal, dulu kami harus menjualnya bundling dengan Jogja atau Candi Borobudur, sekarang udah pede [percaya diri] lah, apalagi karena tabungan lokasi wisata di Solo bertambah akibat pembangunan prioritas ya,” ujar Mirza saat ditemui Solopos.com di kantor Batari Tour and Travel, Kamis (14/9/2023).

Namun, dia mencatat Solo belum bisa menyasar mass market wisata. Hal ini terlihat dari beberapa lokasi wisata di Solo masih dibanderol dengan biaya premium untuk pasar menengah ke atas. Menurut Mirza, dibandingkan dengan Jogja, wisata di Solo terasa lebih mahal.

Meski begitu, premium market juga menguntungkan bagi Solo asalkan packaging tepat sehingga mampu menarik repeat order para wisatawan tersebut.

Mirza juga mengapresiasi keunggulan wisata Solo yang menyediakan hampir semua aspek, meliputi budaya, tradisi, religi, dan kuliner.

Menurutnya, pembangunan prioritas di Solo tidak mengubah pola wisata Kota Bengawan, tetapi malah menambah jangkauan pengembangan pariwisata yang ada.

Itu sebabnya, Mirza mengingatkan semua pihak di Solo harus turut serta bekerja sama membangun ekosistem pariwisata yang apik sehingga wisatawan semakin betah.

“Ibaratnya Mas Wali mengajak lari dengan semua pembangunan ini, tetapi infrastruktur terlebih dari SDM masih belum ikut lari, ya malah kewalahan,” tambah Mirza.

Kesiapan SDM di Solo

Mirza melihat kesiapan SDM di Solo menjadi aspek pembeda pariwisata Solo dengan Jogja. Pembangunan pariwisata perlu diimbangi peningkatan kemampuan hospitality dan pengetahuan budaya seluruh stakeholder pariwisata.

Peningkatan kemampuan juga harus sampai pada lapisan bawah, antara lain sopir bus pariwisata, tukang parkir, dan masih banyak lagi.

Selain itu, ketersediaan restoran luas dengan harga terjangkau masih sedikit di Solo. Menurutnya, pilihan yang ada hanyalah restoran premium atau kuliner pinggir jalan yang kurang representatif.

Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Gembong Hadi Wibowo, mengatakan Solo memang sudah lumayan siap menjadi destinasi wisata tunggal.

Dia melihat hal ini dapat meningkatkan lamanya wisatawan berada di Solo sehingga length of stay Solo meningkat.

“Namun ada isu baru, yaitu mengatasi crowd wisatawan di dalam kota, dan ini memang harus diselesaikan bersama karena kalau dari kami sendiri mengatasi ini, tentunya kewalahan. Namun kami rasa meningkatkan public transportation di Solo lewat salah satunya BST yang sudah mencakup beberapa sudut kota itu lebih baik ya,” papar Gembong saat dihubungi Solopos.com, Jumat (15/9/2023).

Selanjutnya, Gembong juga mengakui restoran luas dengan harga terjangkau di Solo memang masih kurang banyak. Menurutnya, hal ini juga dikarenakan informasi mengenai ketersediaan pusat kuliner di Solo belum banyak tersebar.

Ke depan, Gembong berharap media sosial menjadi sarana utama penyebaran pariwisata Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya