SOLOPOS.COM - Gedung Bank Indonesia. (Istimewa/BI.go.id)

Solopos.com, SOLO  — Kebahagiaan jelas tersirat pada raut wajah, Tuti, 55, warga Nusukan, Banjarsari Solo. Dia mengaku baru saja mencairkan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai Rp10 juta.

Dia bercerita sejak pandemi Covid-19 melanda sekitar 2,5 tahun lalu, omzet warung kelontong miliknya semakin merosot. Padahal rumahnya berada di jalan besar yang sebenarnya strategis untuk menjalankan usaha warung kelontong.

Promosi Telkom Dukung Pemulihan 82,1 Hektare Lahan Kritis melalui Reboisasi

“Dulu warung kelontong saya laris, pemasukan hingga jutaan rupiah per hari tapi pas pandemi Covid-19, pemasukan saya menurun drastis,” ujarnya.

Untunglah, pandemi Covid-19 kian mereda. Demikian juga dengan perekonomian warga termasuk mereka yang memiliki usaha kecil seperti warung kelontong milik Tuti. Dia mengaku kini punya secercah harapan warungnya akan kembali ramai dan laris seperti sebelum masa Pandemi Covid-19.

“Rumah saya ini dekat dengan Masjid Raya Sheikh Zayed yang baru dibangun. Kalau pas akhir pekan atau liburan tak sedikit wisatawan masjid yang mampir ke toko saya. Makanya saya pinjam kredit di bank untuk mengembangkan warung saya, biar tampak komplet dagangannya,” jelas Tuti kepada Solopos belum lama ini.

Seperti diketahui PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI merupakan salah satu bank BUMN yang sangat concern atau peduli dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Di tengah pemulihan ekonomi dan gejolak ekonomi dunia, BRI mengklaim berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit di sektor UMKM. Pada kuartal I-2023, BRI mencatat penyaluran kredit segmen UMKM mencapai Rp989,6 triliun, sehingga porsi kredit UMKM BRI telah mencapai 83,86%. Nilai tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp903,3 triliun.

Adapun total kredit BRI hingga kuartal I-2023 telah mencapai Rp1.180,1 triliun, naik dari total portofolio kredit BRI pada kurun waktu yang sama tahun lalu mencapai Rp1.075,9 triliun. Untuk rinciannya, pertumbuhan kredit BRI disokong oleh segmen mikro dengan pertumbuhan mencapai 11,18% yoy.Pertumbuhan di segmen UMKM diikuti dengan pertumbuhan laba secara konsolidasian (BRI Group) sebesar 27,37% year on year (yoy) menjadi Rp15,56 triliun.Adapun asset BRI Group tumbuh 10,46% yoy menjadi Rp1.822,97 triliun.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan kinerja positif BRI tidak terlepas dari pertumbuhan penyaluran kredit UMKM. Dalam penyaluran kredit UMKM, perseroan mengedepankan pemberdayaan yang secara langsung membantu dan mendorong peningkatan kapabilitas pelaku usaha tersebut.

Untuk itu, BRI pun terus memacu porsi kredit UMKM. Kredit segmen UMKM BRI porsinya telah mencapai 83,86% dari total kredit BRI atau setara dengan Rp989,64 triliun. Targetnya mencapai 85% pada 2024.“Kami optimistis kinerja BRI akan lebih baik di tahun 2023 ini dengan kredit yang diproyeksikan akan tumbuh di level 10%-12%. Pertumbuhan itu terutama didorong olehsegmen UMKM,” kata Amam dalam keterangan tertulisnya.

Intermediasi

Kondisi perekonomian global yang dipenuhi dengan ketidakpastian setelah dihantam pandemi Covid-19 ditambah situasi geopolitik yang tak menentu di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina, memang dikhawatirkan akan memberikan dampak rambatan terhadap ekonomi Tanah Air. Hal ini membuat Bank Indonesia (BI) terus memperbarui stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK), BI memiliki mandat dalam menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam hal ini, BI menetapkan dan melaksanakan kebijakan makroprudensial salah satunya dengan upaya mendorong fungsi intermediasi yang seimbang, berkualitas, dan berkelanjutan.

BI terus memperkuat fungsi intermediasi dengan memperbarui respons bauran kebijakan, salah satunya memberlakukan peningkatan insentif kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit/pembiayaan hijau sejak 1 April 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, BI secara konsisten menempuh kebijakan makroprudensial yang cenderung longgar dan dilakukan dalam bauran kebijakan yang optimal bersama kebijakan moneter yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi.

“Dalam kaitan ini kebijakan makroprudensial longgar kami arahkan untuk terus mendorong kredit dan pembiayaan perbankan bagi dunia usaha dan saat ini kami tingkatkan melalui pemberian insentif likuiditas kepada bank-bank yang berkontribusi tinggi dalam penyaluran kredit kepada sektor prioritas termasuk UMKM, inklusif dan hijau,” ujar Perry belum lama.

Dalam kebijakan ini, disebutkan bahwa, BI meningkatkan besaran total insentif makroprudensial yang dapat diterima bank, dari sebelumnya paling besar 200 bps menjadi paling besar 280 bps. Total insentif tersebut terdiri dari insentif atas kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas paling tinggi sebesar 1,5%, insentif atas penyaluran KUR dan kredit UMKM meningkat dua kali lipat menjadi paling tinggi sebesar 1%, dan insentif atas penyaluran kredit/pembiayaan hijau paling tinggi sebesar 0,3%.

Kemudian, realokasi penerima insentif makroprudensial kepada kelompok subsektor Penopang Pemulihan (Slow Starter) dengan threshold pertumbuhan kredit/pembiayaan tetap rendah, yaitu sebesar minimal 1%.

Lalu, menaikkan threshold pertumbuhan kredit/pembiayaan untuk kelompok Penggerak Pertumbuhan (Growth Driver) dan kelompok Berdaya Tahan (Resilience) dari semula 1% menjadi masing-masing 3% dan 5%.

Deputi Gubernur BI, Juda Agung menyebutkan, BI selalu konsisten di dalam menerapkan bauran kebijakan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan mengimplemetasikan kebijakan makroprudensial yang tetap diarahkan kepada pro-growth.

Menurunnya, konsistensi kebijakan itu juga didukung inovasi ditengah siklus keuangan yang masih mengalami pemulihan. BI berinovasi dengan kebijakan makroprudensial untuk dapat mendorong sektor-sektor yang mendukung pemulihan ekonomi dengan juga mendukung sektor-sektor yang terkena scaring effect, serta sektor inklusi dan hijau.

Dengan adanya pembaruan bauran kebijakan dalam mendorong sektor prioritas untuk segera pulih pasca pandemi Covid-19, di mana standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan tetap longgar, diharapkan kredit perbankan di sektor tersebut akan terus tumbuh dan berlanjut untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional.

Hingga Maret 2023 sejalan dengan stance kebijakan likuiditas BI, indikator rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yaitu 28,91%. Likuiditas perekonomian juga memadai tecermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang masing-masing tumbuh sebesar 4,8% yoy dan 6,2% yoy.

Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus melanjutkan tren positif. Pada Maret 2023 pertumbuhan kredit perbankan tetap tinggi sebesar 9,93% yoy. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, yaitu mencapai 8,63% yoy, didukung realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp30,31 triliun hingga 31 Maret 2023. BI mencatat kredit perbankan tumbuh sebesar 8,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada April 2023.

“Bank Indonesia akan terus mendorong intermediasi perbankan guna menjaga momentum pemulihan ekonomi,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat Pengumuman Hasil RDG Mei 2023 di Jakarta belum lama ini.



Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi sebesar 10,12 persen yoy. Kemudian, pertumbuhan tertinggi berikutnya berasal dari kredit konsumsi sebesar 8,68 persen yoy dan kredit modal kerja sebesar 6,55 persen yoy.
Pertumbuhan kredit pada segmen UMKM tercatat sebesar 6,83 persen yoy pada April 2023. Capaian itu didukung oleh realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp53,93 triliun hingga 30 April 2023.

Sedangkan dari sisi pembiayaan syariah, pertumbuhan kredit pada April 2023 tercatat sebesar 18,68 persen yoy.
Gubernur BI mengatakan pertumbuhan kredit juga didorong oleh peningkatan permintaan korporasi serta penawaran perbankan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit yang tinggi tercatat pada korporasi di sektor pertambangan, industri, dan jasa.

Sementara dari sisi penawaran, Perry mengatakan bank optimistis mampu mencapai target penyaluran kredit 2023. Hal itu sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi serta tetap longgarnya likuiditas dan lending standard.

Terkait hal tersebut, BI melihat likuiditas perbankan dan perekonomian yang tetap longgar memengaruhi perkembangan suku bunga kondusif. Dengan demikian, longgarnya likuiditas perbankan berkontribusi positif dalam mendorong kredit atau pembiayaan.

Perry menyampaikan Bank Indonesia terus memastikan kecukupan likuiditas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan serta mendorong berlanjutnya peningkatan kredit atau pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.

BI lantas yakin mempertahankan prediksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen untuk 2023, lantaran melihat tren naiknya permintaan domestik dan kinerja ekspor yang positif pada triwulan I-2023.

“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap dalam kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2023 di Jakarta belum lama ini seperti dilansir Antara.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan I-2023 tercatat sebesar 5,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Perkembangan positif tersebut didorong oleh tingginya ekspor dan meningkatnya permintaan domestik yang juga sejalan dengan peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah serta investasi nonbangunan yang baik.

BI juga melihat pertumbuhan ekonomi nasional turut didukung oleh kinerja seluruh lapangan usaha yang baik, terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan.

Sementara untuk triwulan II-2023 menurut Perry menunjukkan kegiatan ekonomi tetap membaik.

Ke depan kebijakan-kebijakan yang diambil BI terus bisa semakin memperkencang perputaran ekonomi Tanah Air sekaligus payung peneduh bagi tumbuh kembangnya bisnis dan usaha yang penduduk negeri ini di segala lini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya