SOLOPOS.COM - Andrew Soeherman (paling kiri) bersama para petani mitra Eratani. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Co-Founder sekaligus CEO Eratani, Andrew Soeherman, mengaku enggan menjadikan perusahaannya sebagai ajang memperkaya diri. Dia ingin Eratani yang berisi banyak anak muda mampu berbuat lebih untuk Indonesia yang lebih baik.

“Bukan gaji lagi, tetapi what’s next [apa selanjutnya]?” kata Andrew saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (5/2/2024) pagi.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Andrew tak ingin Eratani menjadi agri-tech yang berorientasi pada capaian-capaian terukur. Dengan semangat muda dan pengalaman lapangan, Andrew ingin Eratani juga peduli dengan nilai-nilai sosial di masyarakat. Khususnya nilai kebermanfaatan bagi masyarakat petani.

Membangun perusahaan teknologi di sektor pertanian atau agri-tech di tengah penurunan minat masyarakat bercocok tanam bukan perkara mudah. Butuh akurasi data, pemetaan masalah, dan komitmen tim.

Pada awal pendirian Eratani, Andrew melakukan riset. Ia menyempatkan diri tinggal di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, selama dua pekan. Di sana, dia belajar tentang rutinitas petani dan masalah yang dihadapinya.

Andre memaparkan ada beberapa masalah utama petani. Pertama, usia petani Indonesia yang sudah tua. Kedua, petani kebanyakan belum memenuhi syarat mengajukan kredit dari bank. Ketiga, petani tidak bisa mengelola uang dengan baik saat mendapatkan modal.

Hal ini karena petani belum memiliki pengetahuan manajerial yang baik. Keempat, belum adanya kepastian nasib setelah panen.

Temuan itu pula yang memperkuat pilihan bahwa membangun bisnis pertanian tidak boleh mengesampingkan nilai sosial dan kebermanfaatan bagi masyarakat petani.

andrew soeherman
Infografis sosok Co-Founder dan CEO Eratani Andrew Soeherman. (Solopos)

Dari masalah-masalah itu, Andrew berupaya menemukan model bisnis yang tepat bagi Eratani untuk mewujudkan ekosistem pertanian yang kuat dan berkelanjutan.

“Semua harus punya hati yang sama,” katanya.

Bisnis itu tak lepas dari peran anak-anak muda yang dinamakan Eraforce. Eraforce yang bermakna kuat, tempur dan bertenaga, diharapkan mampu menjadi garda depan dalam memajukan ekosistem pertanian Indonesia.

Andrew berharap semangat anak muda bisa memantik semangat masyarakat Indonesia terjun menggarap lahan pertanian. Ini mengingat data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan jumlah petani generasi milenial (yang lahir pada 1980-1996) pada 2023 hanya 21,93% dari jumlah total petani.

Dalam menjalankan tugas itu, Eratani sering dihadapkan dengan berbagai persoalan dialami petani. Selain masalah utama seperti belum terbukanya aksesibilitas modal, pengelolaan modal, dan pascaproduksi, masalah sederhana juga turut diselesaikan Eratani.

Andrew mencontohkan ada keluarga petani yang tidak mempunyai akta perkawinan. Padahal, akta perkawinan menjadi salah satu syarat administratif untuk mendapatkan akses pemodalan petani. Eratani membantu mereka mengurus persoalan administrasi itu.

Terkadang, kata dia, hal yang dikerjakan tidak kelihatan dan mendatangkan profit bagi perusahaan. Namun, hal-hal sederhana itu bisa dirasakan manfaatnya oleh para petani.

“Asal yang dilakukan baik, itu akan membawa keberuntungan. Semangat saya ora et labora [berdoa dan bekerja],” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya