SOLOPOS.COM - Ilustrasi bermain HP. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Beberapa pedagang barang elektronik di Solo menyadari adanya modus penjualan handphone yang masih dalam cicilan namun dijual sebagai piranti bekas. Mereka mengatakan, modus ini sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu.

Mereka juga menjelaskan, modus ini tidak hanya berlaku untuk handphone, namun juga barang elektronik lain seperti kulkas, televisi hingga mesin cuci.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Modusnya juga serupa, barang kredit yang dijual di bawah harga pasaran sebagai barang bekas.

Salah satu pedagang handphone, Rudi, 34, yang berjualan di kawasan Pajang, Laweyan, menjelaskan kepada Solopos.com, modus penjualan barang kredit yang dijual sebagai barang second bukanlah hal baru. Mereka menyebut, cara tersebut sudah jamak dipraktikkan sejak 2015.

“Cara jualan seperti itu sudah sangat sering, terutama handphone karena lakunya cepat dan memang banyak yang menyediakan kredit. Jadi mereka beli handphone secara mencicil di toko, terus selang beberapa hari dijual lagi sebagai handphone bekas dengan harga murah ke penjual handphone bekas,” ulasnya, Senin (24/7/2023).

Rudi melanjutkan, modus tersebut tidak hanya merugikan pembeli perorangan, namun juga pedagang handphone bekas. Ia mengatakan, banyak yang terjebak karena harga yang diberikan sangat murah di bawah harga pasaran.

“Sudah banyak yang komplain, tapi banyak juga yang terjebak karena harganya murah sekali. Misalkan harga handphone bekasnya pasarannya Rp4 jutaan, nanti ditawarkan dengan harga Rp1,8 atau Rp2,5 juta,” jelasnya.

Ia mengatakan, nantinya para penjual handphone bekas ini akan didatangi oleh pihak yang memberikan kredit.

“Nanti yang penjual handphone bekas ini didatangi oleh kolektor buat ditagih cicilannya. Tapi sebenarnya modus ini akhirnya menurun karena penjual handphone bekas sudah lebih waspada, kalaupun masih ada biasanya oknum yang menjual handphone dalam masa cicilan ini jualannya di e-commerce,” lanjutnya.

Rudi mengatakan, modus penjualan handphone bekas dalam masa cicilan ini juga berlaku di barang elektronik lain.

“Tapi enggak hanya handphone, ada juga yang seperti itu tapi jualannya kulkas, televisi sampai sepatu juga ada. Rata-rata jualannya di e-commerce,” lanjutnya.

Pengalaman pernah menjual handphone bekas namun dalam masa cicilan pernah dialami oleh Khistian, 29. Ia mengatakan perah tertipu dan akhirnya harus berhadapan dengan decbt collector (dc) yang datang ke kiosnya di kawasan Matahari Singosaren.

“Dulu pernah didatangi DC karena saya jual handphone yang kreditnya ternyata macet dua bulan, padahal handphone sudah laku. Akhirnya saya negosiasi dan bayar uang tambahan Rp1 juta supaya selesai urusannya,” ujarnya.

Ia melanjutkan, saat ini para pedagang handphone bekas memilih untuk waspada dan berhati-hati untuk membeli barang. Khistian mengatakan, ada beberapa langkah yang dilakukan seperi mengecek garansi, menanyakan ke pihak kreditur hingga mencari supplier terpercaya.

“Sekarang sudah jarang yang berani jual ke penjual handphone bekas, kami mengecek langsung kalau ada handphone yang dijual ke kami. Mengeceknya mulai dari garansi, kondisi sampai nota pembelian, kami juga ada kenalan di pihak pemberi kredit supaya aman dan memilih mencari supplier yang memang sudah jelas,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya