SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak muda. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO —Kalangan pengusaha menilai pekerja pada generasi zenial (Gen Z) dan milenial mempunyai daya juang yang lemah di dunia kerja.

Wakil Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Solo, Sri Saptono Basuki, menyebut turnover rate pekerja muda memang tinggi. Menurut dia hal ini disebabkan budaya instan yang dominan. Basuki juga menyebut beberapa risiko turnover rate yang tinggi.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Mungkin di sekolah pelajaran [berproses] tidak tuntas diajarkan, mereka penginnya jadi bos. Tidak mau capai tapi gaji tinggi. Bahwa jenjang karir itu ada. Penginnya semua serba cepat instan. Turnover tinggi, akibatnya mengurangi kualitas, mengurangi produktivitas, harus training ulang pekerja baru, biaya SDM tambah, kapasitas produksi turun, dan daya saing rendah,” terang Basuki saat dihubungi Solopos.com, pada Rabu (24/1/2024).

Basuki menyebut pekerja Gen Z dan milenial bisa menjadi keuntungan, misalnya adaptif teknologi. Namun tantangannya, menurutnya adalah daya juang dan fokus sangat lemah.

Secara umum, tidak ada perbedaan dalam proses rekrutmen antargenerasi, namun proses pada induction training berbeda.

Menanggapi hal tersebut, Psikolog Klinis Solo, Kurniasih Ayu Archentari menilai hal ini tidak bisa digeneralisasi bahwa Gen Z dan milenial mempunyai daya juang kerja yang lemah.

“Tidak semuanya seperti itu. Individu yang memiliki daya juang kerja lemah juga dipengaruhi banyak faktor yang saling berkaitan seperti faktor biologis, pola asuh orang tua, pengalaman-pengalaman selama ini, dan pengaruh lingkungan. Individu yang memiliki daya juang kerja rendah kurang memiliki resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan untuk segera mengatasi permasalahan, bertahan dalam kondisi tekanan, dan beradaptasi dengan situasi yang sulit,” ujar Ayu.

Ayu menyebut ada perbedaan cara pandang dan menurutnya hal ini hal yang wajar. Karena di setiap orang yang berbeda generasi bakal membawa pengaruh.

Jadi, lanjutnya, pengaruh lingkungan menjadi salah satu faktor yang membentuk kepribadian tertentu.

Menurut Ayu ada beberapa perbedaan pola rekrutmen di antargenerasi pekerja, bisa dari secara teknis. Misalnya konteks wawancara, konteks analisis kasus jika ada disesuaikan dengan generasi pelamar kerja.

Dalam survei Populix bertajuk Working Trend Februari 2023 menguraikan bagi milenial, bekerja lebih dari 5 tahun adalah waktu yang cukup untuk mempertimbangkan pekerjaan baru, sedangkan Gen Z menilai 1-2 tahun adalah waktu yang ideal.

Ada beberapa pertimbangan untuk berpindah ke pekerjaan baru. Misalnya, gaji lebih besar, bonus, posisi lebih baik, jarak kantor dengan rumah, dan reputasi perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya