SOLOPOS.COM - Etik Suyati, 42, pelaku UMKM asal Pablengan, Krikilan, Kalijambe, Sragen, menunjukkan produk keripik pisang bikinannya belum lama ini. (Istimewa/Dok. Etik Suyati).

Solopos.com, SRAGEN – Ketidakmampuan orang tua untuk membiayai pendidikan hingga ke jenjang SMA membuat Etik Suyati dengan berat hati harus mengubur cita-cita menjadi seorang guru. Walau gagal menjadi seorang guru, Etik yang hanya lulusan SMP belakangan bisa merasakan sensasi mengajar di dalam kelas. Pengalaman sebagai pelaku UMKM membawanya kerap diundang mengisi pelatihan kewirausahaan yang diikuti kalangan siswa SMA/SMK.

Ibu rumah tangga yang kini telah menapaki usia 42 tahun itu belakangan sibuk mondar-mandir ke sejumlah sekolah. Walau hanya lulusan SMP, ia dipercaya untuk mengisi pelatihan kewirausahaan bagi siswa sesuai amanat dari Kurikulum Merdeka. Berbekal pengalaman selama 13 tahun menjadi pemilik usaha aneka keripik, banyak pihak ingin belajar langsung dari Etik. Termasuk dari kalangan siswa, mahasiswa hingga akademisi kampus.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Rumahnya yang berlokasi di Dukuh Pablengan, RT 13, Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen, dijadikan tempat produksi aneka keripik. Rumah ini pula menjadi tempat banyak siswa SMA/SMK serta mahasiswa dari berbagai kampus negeri maupun swasta untuk belajar berwirausaha kepada Etik.

Siapa sangka, apa yang diraih Etik Suyati pada saat ini berawal dari ketidaksengajaan. Ketidaksengajaan itu kemudian berkembang menjadi jalan rezekinya. Cerita bermula ketika Etik berjualan aneka gorengan pada 2010 silam. Kala itu, salah satu makanan yang jual adalah pisang goreng. Bahan baku berupa pisang mentah biasa dia dapat dari para tetangganya. Mereka biasa menanam pisang di pekarangan rumah atau lahan tegalan.

“Para tetangga sudah pada tahu kalau saya jualan pisang goreng. Maka ketika panen tiba, mereka biasa menyerahkan pisang yang masih mentah ke rumah saya. Suatu ketika, setoran pisang dari para tetangga ini menumpuk di rumah. Jika matang bersamaan, tentu saya yang repot,” kata Etik kala berbincang dengan Solopos.com, Jumat (5/5/2023).

Dari situasi itu, akhirnya Etik punya ide untuk menjadikan pisang sebagai bahan baku keripik. Tantangannya, ia belum pernah membuat keripik pisang. Bahkan, ia harus gagal membuat keripik pisang selama enam kali. Produk keripik pisang hasil uji coba selama enam kali itu belum sesuai harapan. “Karena belum punya pengalaman, pas awal-awal ya gagal terus sampai enam kali uji coba. Biasanya masih terasa mentah atau malah terlalu gosong,” ujar Etik seraya terkekeh.

Pada uji coba ke tujuh, ia baru bisa menemukan cara membuat keripik pisang yang sesuai harapan. Hingga akhirnya, ia berani berinovasi dengan membuat varian gurih dan manis. “Pada 2010 itu belum ada HP Android. Saat itu saya belum tahu ilmunya [membuat keripik pisang] sehingga saya belajar otodidak karena tidak ada yang ngajarin,” ujar ibu dengan tiga anak itu.

Sebelum menjual produk keripik pisang, Etik memanfaatkan para tetangganya sebagai tester terkait cita rasanya. Ternyata, para tetangganya menyukai produk keripik pisang buatan Etik. Hingga akhirnya, mereka berani memesan keripik pisang untuk mencukupi kebutuhan Lebaran. “Mendekati Ramadan ada beberapa yang pesan hingga 10 bungkus buat dibagi-bagikan. Akhirnya saya bisa menikmati prosesnya hingga sekarang,” papar Etik.

Untuk mendukung tumbuh kembang usahanya, Etik memberanikan mengakses modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp10 juta melalui BRI Unit Kalijambe delapan tahun lalu. Dana itu ia pakai untuk modal usaha. Berkat suntikan modal itu, usahanya terus berkembang. Hingga akhirnya, dia tak hanya menjual produk keripik pisang, tetapi juga keripik singkong, keripik ketela rambat, sale pisang dan stik pisang. Pada 2016, Etik kemudian mengurus perizinan usaha ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen. Produk keripik bukinan Etik dikemas secara menarik seperti dengan memanfaatkan aluminium foil. Ia juga menggunakan mesin nitrogen sealer untuk menjaga produk keripik itu tetap gurih.

Untuk memasarkan produknya, Etik awalnya hanya memanfaatkan story WhatsApp (WA). Etik menyadari transformasi digital memegang peranan penting untuk mendukung tumbuh kembang usahanya. Oleh karenanya, sejak enam tahun lalu, ia mulai merambah ke marketplace. Dia mulai menjual produk aneka keripik itu di Shopee maupun Tokopedia. Namun, akun marketplace itu dikelola oleh Tarangtaruna desa setempat dan sejumlah mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) yang pernah magang atau menggelar penelitian di rumahnya.

Datangnya Pandemi Covid-19 membuat usahanya sedikit goyah. Pasalnya, terdapat 14 pedagang yang biasa menjual produk keripiknya berhenti berjualan akibat ditutupnya Museum Sangiran untuk mencegah penularan Covid-19. “Pandemi sudah tentu berpengaruh karena pariwisata juga mandek. Museum ditutup. Tapi, alhamdulillah saya tidak pernah berhenti produksi. Sebab, selalu ada setoran pisang dari para tetangga. Kadang ada yang setor 2-3 tundun dalam sepekan,” kata dia.

Saat Ramadan adalah waktu yang tepat bagi Etik untuk meningkatkan jumlah produksi. Saat Ramadan, ia biasa menambah tenaga 5-6 orang. Mereka adalah saudara atau tetangga. “Karena ada peningkatan pesanan jadi harus tambah 5-6 tenaga saat Ramadan. Setelah Lebaran, biasanya pesanan mulai normal sehingga bisa dikelola sendiri sama keluarga,” jelasnya.

Sekretaris Desa Krikilan, Aries Rustioko, mengakui ada puluhan UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 di wilayahnya. Sekitar 30 UMKM merupakan PKL yang biasa berjualan di pintu keluar Museum Sangiran. Tutupnya objek wisata yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco itu berdampak hampir ke semua UMKM. Pasalnya, Museum Sangiran ditutup selama lebih dari satu tahun.

“Setelah museum buka, UMKM mulai bangkit lagi. Sebagian besar sudah memanfaatkan layanan digital. Mereka tidak gagap teknologi karena rata-rata masih berusia 35 tahun,” ujar Aries.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya