SOLOPOS.COM - Anggota Molis Soloraya, Mirna, menaiki motor listrik miliknya dalam acara Festival Motor Listrik di Loji Gandrung Solo, pada Minggu (3/12/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO — Program konversi sepeda motor dari bahan bakar minyak (BBM) berganti listrik masih perlu disosialisasikan secara ekstra. Hal ini sebagai upaya percepatan mewujudkan net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060.

Pemilik RWIN Development Solo, Rubiyanto Hadi Purnomo mengaku telah mengonversi tujuh unit sepeda motor konvensional menjadi motor listrik sepanjang 2023 ini. Ia juga melakukan konversi motor listrik yang dimodifikasi menjadi roda tiga untuk penyandang disabilitas.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Sejauh ini, Rubiyanto tidak kesulitan membeli bahan baku untuk konversi motor listrik. Bahkan, harga komponen untuk konversi mudah didapat dengan harga yang jauh lebih murah.

Biaya yang dikeluarkan untuk konversi motor listrik mulai Rp11 juta di luar harga baterai, dengan subsidi konversi motor listrik senilai Rp7 juta.

Hal itu membuat harga yang dibayarkan menjadi jauh lebih terjangkau.

“Harga baterai mulai Rp6 juta hingga Rp18 juta, tergantung kapasitas. Biasanya baterai tahan hingga 1.000 charge,” ujar Rubiyanto saat ditemui Solopos.com dalam acara Festival Motor Listrik di Loji Gandrung Solo, pada Minggu (3/12/2023).

Setiap satu kali charge biasanya memerlukan waktu hingga tiga jam dengan jarak tempuh sejauh 40 kilometer (km).

Rubiyanto menyebut perlu ada sosialiasi agar masyakarat mengetahui program. Program ini, menurut Rubiyanto mampu mendukung sumber daya alam (SDA) menuju dunia yang lebih hijau melalui pelayanan jasa konversi motor listrik.

Sebelumnya, Rubiyanto mengembangkan konversi motor listrik mulai Agustus 2020. Semua sepeda motor bisa dikonversikan menjadi sepeda motor listrik, namun menurut anjuran pemerintah, hanya untuk sepeda motor yang berusia paling lama sepuluh tahun.

Cara pengisian daya motor listrik pun disebut cukup mudah, yakni  bisa menggunakan listrik rumah tangga sebesar 450 watt.

Spesifikasinya yakni menggunakan dinamo HUB DRIVE BLDC 72 Volt 2.000 watt, baterai Lithium Ion 72 Volt 20 AH, kontroler Votol EM 100, pengisi daya atau charger 72 Volt 2 Ampere.

Sales Engineer PT Batex Energi Mandiri, Vernanda Sitorini Zul H., menjelaskan permintaan baterai untuk motor listrik cukup besar.

Vernanda menguraikan unit usaha dirintis berawal dari Pusat Unggulan Iptek (PUI) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada 2020. Fokus utama yang ia gagas adalah penelitian material baterai.

Vernanda menyasar perusahaan dalam menyuplai kendaraan listrik ataupun bengkel konversi motor listrik. Ia membuat baterai berdasarkan permintaan konsumen, dengan harga mulai Rp1 juta.

Khusus untuk baterai motor listrik biasanya ia menyesuaikan dengan dimensi ruang yang tersisa dari bagian motor. Dia juga menyediakan baterai pengganti aki motor dengan harga Rp500.000 yang dia klaim awet hingga delapan tahun.

“Jadi memang nilai plus di lithium di waktu penggunaan yang lama,” ujar dia.

Lebih lanjut, Vernanda menjelaskan penggunaan energi berbasis baterai bisa mengurangi global warming. Hal in, menurutnya, juga mendukung teknologi hijau.

Dilansir dari indonesia.go.id, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menjalankan program dengan sasaran personal.

Misalnya, tiap pembelian motor listrik akan mendapat subsidi mencapai Rp7 juta per unit. Tujuannya, insentif tersebut bisa meringankan biaya konversi BBM ke motor listrik yang mencapai sekitar Rp14 juta per unit.

Kementerian ESDM menunjukkan setidaknya terdapat 5.628 peminat konversi motor listrik. Namun dalam perkembangannya terdapat 2.069 peminat yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Padahal, target konversi yang akan dicapai adalah 50.000 unit hingga akhir 2023.

Salah satu hambatan adalah rata-rata harga motor listrik berkisar Rp11 juta hingga Rp20 juta dinilai masih mahal bagi sebagian besar masyarakat, walaupun sudah digelontorkan bantuan berupa subsidi dari pemerintah.

Direktur Konservasi Energi EBTKE, Kementerian ESDM Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan, konversi motor listrik bisa menekan penggunaan BBM, yang sering dituding menjadi penyebab pencemaran udara.

Oleh sebab itu, subsidi dari APBN yang digunakan pada BBM, bisa dialihkan untuk mendukung penyebaran kendaraan listrik. Salah satunya, dengan memberikan insentif untuk konversi motor listrik tadi.

Maka, Kementerian ESDM dalam hal ini berperan sebagai katalisator dengan melakukan konversi. Berdasarkan kalkulasi Dewi, jumlah sepeda motor pada 2020 mencapai 115 juta unit. Dari jumlah tersebut, pilot project Kementerian ESDM mengonversi 1.000 unit motor listrik pada 2022.



Kemudian angka ini terus ditingkatkan pada 2023 menjadi 10.000 unit.

Maka pada 2024 mendatang targetnya ditambah lagi menjadi 100.000 unit, dan mencapai 1 juta unit pada 2025.

Sebab itu, lepas dari target 50.000 unit tersebut, Kementerian ESDM masih melihat opsi program konversi sepeda motor BBM menjadi listrik sebagai bagian upaya percepatan mewujudkan NZE Indonesia di 2060 adalah pilihan yang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya