SOLOPOS.COM - Ilustrasi makanan lezat. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi kuliner (foodtech) diprediksi akan bertumbuh 26—35 persen lantaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan pemerintah pada 3 Juli—20 Juli 2021.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pada kuartal III/2021 volume transaksi bisnis foodtech akan terpacu oleh layanan pesan antar makanan yang tumbuh signifikan.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Menurutnya, kelas menengah yang sedang di rumah akan menggunakan aplikasi pesan antar makanan yang selaras dengan peningkatan bisnis dari pemain teknologi kuliner.

“Ini bisa meningkat lagi kalau ditambah promo dan diskon dari pihak aplikator. Proyeksinya tumbuh 26—35% tahun ini karena adanya PPKM darurat,” katanya, Minggu (4/7/2021) seperti dilansir Bisnis.com.

Baca Juga: Manfaat hingga Efek Samping Vaksin Bio Farma untuk Anak Menurut BPOM

Namun, Bhima mengatakan terdapat tantangan yang perlu untuk diantisipasi setiap pemain yang mana diharuskan adanya perubahan layout dari strategi yang diterapkan restoran selama ini.

Menurutnya, restoran yang masih mempertahankan skema makan di tempat (dine-in) harus merubah secara total menjadi layanan pesan antar makanan.

“Jadi, untuk ruang dine-in menjadi tempat antrian khusus kurir food delivery. Kemudian ada juga fasilitas cloud kitchen atau dapur berbagi bisa dicoba juga buat pemain baru yang mau manfaatkan penjualan makanan selama PPKM darurat,” katanya.

Baca Juga: Jadi Komisaris Utama Baru Pos Indonesia, Rhenald Kasali Ingin Lakukan Ini

Berkembang Pesat

Berdasarkan laporan Food for Thought: Evolution of Food Services Post-Covid-19 in Asia oleh Kearney, pada 2020, pasar layanan makanan di Asia menyusut sebanyak 25%—30% menjadi sekitar US$952 miliar. Indonesia, seperti halnya India dan Filipina, terkena dampak parah dengan penurunan sebanyak 35%—45%.

Namun, laporan tersebut mencatat pelaku industri yang justru berkembang pesat di tengah penurunan pasar adalah mereka yang dengan cepat beradaptasi dengan model bisnis berbasis teknologi yang inovatif.

Laporan tersebut melihat pengiriman makanan daring di Asia meningkat sebanyak 30% pada 2020, padahal pada 2019 bahkan tidak mencapai 20%.

Baca Juga: Pemerintah Berlakukan 4 Aturan Perjalanan PPKM Darurat

Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengamini adanya pembatasan mampu menjadi faktor positif bagi bisnis teknologi kuliner terutama di bidang layanan antar makanan dan online foodmarketing.

“Dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat, penggunaan kedua jenis layanan foodtech tersebut akan meningkat. Bahkan, bisa tumbuh hingga 25—30 persen. Sangat besar memang potensinya,” katanya.

Dia juga menambahkan, saat ini bisnis teknologi kuliner bisa terus bertumbuh hingga akhir tahun, lantaran peluangnya makin terbuka lebar dengan seringnya masyarakat menggunakan ponsel pintarnya untuk berkegiatan termasuk memesan makanan.

“Selain itu, penetrasi internet terus tumbuh. Ketiga perkembangan layanan penunjang seperti dompet digital dan sebagainya juga makin diadopsi oleh masyarakat,” kata Huda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya