SOLOPOS.COM - Sejumlah karyawan di Arief Media, Karanganyar, tengah mengerjakan pesanan dari customer di bengkelnya, Senin (18/9/2023). (Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, KARANGANYAR — Jika hampir semua sektor usaha mengalami kendala di tengah pandemi Covid-19 lalu, tampaknya tidak demikian dengan satu bisnis ini. Bisnis advertising disebut masih tetap bertahan selama pandemi lalu, bahkan hingga saat ini.

Data dari Nielsen Ad Intel, layanan pemantauan belanja iklan komprehensif terkemuka di kawasan Asia Tenggara, menunjukkan investasi di bidang periklanan di Thailand, Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Taiwan melonjak hampir US$55 miliar pada 2022, atau secara keseluruhan meningkat 12%.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Kenaikan ini dipelopori oleh iklan digital, yang tumbuh sebesar 64% dari tahun 2021, diikuti oleh iklan luar ruang sebesar 19% dan TV sebesar 6%. Seiring dengan kembalinya penonton ke bioskop, iklan bioskop juga pulih, tumbuh sebesar 131%, sementara radio turun 8%.

Belanja online dan game memimpin belanja iklan di Indonesia, yang mencapai $19,2 miliar untuk tahun ini – meningkat 5,02% dari tahun 2021, dengan TV, internet, dan media cetak yang memimpin. Unilever, Mayora, dan Valorant adalah tiga pembelanja teratas.

Perbandingan belanja iklan Indonesia dengan sejumlah negara pada 2022 (Istimewa/Nielsen.com)
Perbandingan belanja iklan Indonesia dengan sejumlah negara pada 2022 (Istimewa/Nielsen.com)

Lalu seperti apa cerita dari para pelaku bisnis tersebut dalam menjalankan bisnis terutama di tingkat lokal seperti Soloraya?

Pada Senin (18/9/2023) lalu, Solopos.com berkunjung ke salah satu kantor sekaligus bengkel advertising, Arief Media, di Karanganyar. Beberapa kali, Arifin, pemilik Arief Media tersebut, serta beberapa karyawan yang ada di ruang depan, menyapa tamu yang datang. Tamu-tamu tersebut ingin mengambil pesanan produk advertising yang telah jadi.

Sementara di sisi belakang, ada tiga karyawan lagi yang tengah sibuk menyelesaikan pesanan berupa tulisan timbul. Dua orang sibuk memotong bahan serupa busa padat yang selah dimal huruf. Sedangkan satu lagi sibuk membuat huruf timbul dari plat logam.

Arifin menceritakan, untuk saat ini produk huruf timbul untuk dipasang di perkantoran, taman, hotel dan sebagainya telah menjadi produk andalannya dan cukup ramai dipesan. Meski begitu untuk produk-produk advertising lain juga masih banyak pesanan.

Dia mengatakan secara umum, bisnis advertising sejauh ini masih berjalan cukup baik. Bahkan bisnis tersebut terbukti mampu bertahan di tengah tantangan perkembangan zaman dan pandemi Covid-19. Arifin mengatakan bisnis advertising selalu mengikuti perkembangan zaman. Meski begitu tetap harus kuat dalam inovasi dan kreativitas.

Inovasi dan kreativitas penting untuk menghasilkan produk yang berbeda dan diminati pasar. Dia menyebut produk advertising yang dia buat, bukan sekedar produk digital yang dapat dibuat dengan perangkat khusus. Namun produk tersebut merupakan sebuah karya yang di dalamnya ada kreativitas. Dengan begitu, meski di era saat ini muncul berbagai alat canggih, bisnisnya masih tetap berjalan.

“Kami bergerak di jasa. Bolehlah semua orang punya modal. Tapi tidak semua orang punya karya. Sebab yang dibutuhkan dalam bisnis ini bukan hanya hard skill, namun termasuk soft skill,” tuturnya.

Terkait dengan perkembangan teknologi percetakan, menurutnya hal itu juga akan dikembalikan lagi pada SDM dan segmen pasar. Dia mencontohkan, meski saat ini tengah tren sablon DTF atau Direct Transfer Film, namun dalam segmen tertentu, penggunaan sablon manual bisa jadi lebih diminati. Sebab bisa diproduksi dengan jumlah banyak dan harga yang lebih murah, namun secara kualitas juga awet.

“Bukan berarti kami menolak untuk yang sifatnya modern, tapi kami membawa karya-karya yang dulu kami pelajari. Selian itu tidak semua orang bisa membeli, dalam artian modal. Tapi setiap orang bisa belajar dengan modal sederhana untuk hasil yang berkualitas,” lanjut dia.

Arifin mengatakan, sudah berkecimpung di dunia percetakan dan advertising sejak 2010 lalu. Menurutnya di tengah era digital ini, produk-produk advertising masih tetap diminati. Bahkan permintaannya tetap meningkat ketika ada event-event tertentu baik di lingkup daerah maupun pusat.

Menurutnya munculnya program-program dari pemerintah baik secara pusat atau daerah, secara langsung maupun tidak juga akan berdampak pada peningkatan pesanan produk advertising yang dia kelola. Terlebih sejauh ini dia juga memiliki banyak customer dari kalangan pemerintah.

“Misalnya saat ada gerakan cegah stunting, maka secara pusat hingga daerah tentu membutuhkan papan iklan untuk program tersebut,” lanjutnya.

Hal itu juga terjadi saat masa pandemi Covid-19 lalu. Dia tidak mengira jika di masa itu, ketika semua sektor usaha terdampak, ternyata pandemi Covid-19 tidak berpengaruh besar pada bisnisnya.

Dia menceritakan, saat awal-awal terjadi pandemi, dia mencoba berinovasi dengan menawarkan inovasi produk berupa masker branding. Ternyata produk itu mendapat sambutan positif dari customer. Bahkan instansi setingkat kelurahan pun memesan dengan jumlah yang cukup banyak, bisa 10.000-12.000 masker.

Selain itu produk-produk seperti MMT, spanduk, baliho dan sebagainya, juga banyak dipesan untuk kebutuhan pencegahan penularan Covid-19. Misalnya untuk papan imbauan penerapan protokol kesehatan dan sebagainya.

Di sisi lain, dia mengatakan program pembangunan di berbagai daerah juga memberikan dampak positif. Sebab dengan munculnya gedung-gedung baru atau renovasi kantor atau kawasan, biasanya juga membutuhkan papan nama baru.
Bahkan saat ini dia tidak hanya melayani customer dari wilayah Karanganyar atau Soloraya. Pelanggannya telah menyebar hingga luar Jawa.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan geliat bisnis advertising di Karanganyar juga sangat didukung dengan kekompakan dari para pelaku usaha advertising. Saat ini ada sekitar 40 pelaku usaha yang tergabung dalam komunitas SKACK (Sablon Konveksi Advertising Cetak Karanganyar). Dimana dari komunitas tersebut juga telah terjalin komunikasi untuk sama-sama mengangkat dunia percetakan atau advertising di Karanganyar.

“Komunitas ini menjadi wadah, antara satu dan lainnya yang saling membutuhkan. Ketika satu tempat dapat order yang tidak dapat dikerjakan, bisa diarahkan ke lainnya. Tapi tetap bertanggung jawab dengan kualitasnya,” kata dia.

Menurutnya itu menjadi ekosistem bisnis yang baik untuk sama-sama menggeliatkan bisnis percetakan dan advertising di Karanganyar. Disebutkan jika Karanganyar memiliki cukup banyak pelaku usaha periklanan dengan beragam produk unggulannya.  Ada yang khusus bermain di stiker, ada yang khusus MMT dan sebagainya.

Sedangkan di Arief Media, lebih menonjolkan pada produk advertising seperti huruf timbul. Ketika dari setiap anggota SKACK bisa berkolaborasi, diharapkan setiap order yang masuk bisa diselesaikan di Karanganyar, meski tidak hanya di satu pelaku usaha.



Menurutnya selain bisa menjadi upaya untuk saling mendukung antara pelaku usaha yang satu dengan yang lain, konsep tersebut juga memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan tanpa repot berpindah-pindah lokasi.

Kreativitas Jadi Kunci

Sementara itu, pelaku usaha advertising di Solo, Bambang Nugroho, juga mengatakan jika kreativitas menjadi salah satu yang penting dipertahankan dalam menjalankan bisnis advertising.

“Untuk bertahan, tetap harus menguatkan di konten dan jejaring. Kalau konten dan jejaring tidak kuat, ya berat,” kata Pemilik Gage Design tersebut, Sabtu (23/9/2023).

Munculnya perkembangan teknologi informasi seperti saat ini jika dimanfaatkan dengan baik juga akan memberikan manfaat. Sebab menurutnya dengan media sosial, akan memperluas jangkauan jejaring. Menurutnya setiap orang yang berminat untuk memesan produk advertising, tentunya akan mencari informasi atau petunjuk, siapa yang dapat mewujudkan pesanannya itu. Salah satunya bisa mencari informasi itu di media sosial.

Dia pun optimistis bisnis advertising akan terus berkembang mengikuti zaman. Mengenai tren produk, dia mengatakan hal itu akan sangat dipengaruhi oleh momentum yang ada. Misalnya pada tahun ini, bersamaan menjelang tahun politik, maka pesanan untuk alat peraga kampanye sudah mulai muncul.

“Jadi, terus terang, memang beda waktu beda kebutuhan. Tergantung momentum,” kata dia.

Koordinator Paguyuban Advertising (ADV) Soloraya, M. Qoyim, mengatakan, sebagai paguyuban ADV juga terus berupaya untuk menggerakkan menggerakkan bisnis advertising yang dijalankan oleh para biro periklanan atau advertising yang ada di Soloraya.

“Sejak awal dibentuk, paguyuban ini difokuskan untuk komunitas di bidang periklanan dan jadi mitra pemerintah daerah se-Soloraya. Kemudian untuk menggagas, membuat ide-ide iklan yang estetik, indah dan kreatif. Disamping juga mengedukasi teman-teman supaya taat terhadap regulasi, estetika dan etika periklanan,” kata dia, Sabtu.

ADV juga berupaya menjadi jembatan atau mengadvokasi pelaku usaha advertising yang merasa dirugikan oleh adanya kebijakan-kebijakan di daerah, misalnya masalah penempatan dan sebagainya. Dengan begitu usaha advertising di wilayah Soloraya dapat berkembang bersama dengan tetap mematuhi aturan yang berlaku.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya