SOLOPOS.COM - Ilustrasi pinjaman online (pinjol). (Istimewa/Freepik).

Solopos.com, SOLO —  Sejumlah gen Z terutama mahasiswa di Solo masih banyak yang bisa mengelola keuangan tanpa harus menggunakan paylater atau pinjaman online (pinjol).

Mereka mengatakan, cara untuk menghindari jeratan pinjol tersebut adalah dengan tidak terpengaruh gaya hidup mewah atau belanja barang-barang yang tidak perlu.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Bagi para mahasiswa tersebut, lingkungan pertemanan sangat berpengaruh untuk tidak terjebak pinjol.

Apalagi saat ini, dengan berkembangnya teknologi dan mudahnya mendapatkan barang impian. Rata-rata mahasiswa yang tidak terjebak pinjol tersebut mengatakan, mengeluarkan Rp1,5 juta per bulan di luar biaya kos untuk bisa memenuhi kebutuhan.

Salah satu mahasiswa asal Banjarsai, Talida Dewi, 20, yang tidak memiliki pinjol ataupun paylater.

Menurutnya, saat ini sangat banyak mahasiswa yang memanfaatkan paylater dan pinjol untuk memenuhi belanja di ecommerce ataupun secara offline. Menurut Talida, sudah banyak teman-temannya yang mempengaruhinya untuk memiliki pinjol atau paylater.

“Sekarang banyak sekali yang punya pinjol atau paylater. Teman saya punya limit paylater di e-commerce itu sampai Rp40 juta karena saking seringnya belanja menggunakan paylater. Yang menggunakan pinjol juga enggak kalah banyak, bahkan terakhir ada yang pinjam ke saya Rp2 juta karena tagihan pinjolnya sudah jatuh tempo,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Selasa (12/9/2023).

Talida mengatakan per bulannya mendapatkan uang saku Rp750.000 hingga Rp900.000. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan kuliah dan biaya operasional sehari-hari termasuk biaya liburan di akhir pekan.

“Karena perbulannya dapatnya juga enggak banyak, ya saya harus pintar-pintar menutup kebutuhan. Jadi misalkan minggu ini sudah boros yang sampai akhir pekan enggak belanja, atau misalkan ada kebutuhan di kampus ya mengatur keuangannya harus pintar. Kalaupun kurang, saya lebih memilih minta ke orang tua kalau sudah benar-benar urgent, pokoknya sebisa mungkin enggak bersetuhan dengan paylater atau pinjol,” ucapnya.

Sedangkan untuk kebutuhan berbelanja, Talida lebih sering menunggu momentum untuk berbelanja bersama keluarga.

Ia menyadari, kebutuhan membayar kuliah sudah cukup banyak, sehingga enggan merepotkan orang tua untuk barang-barang yang tidak diperlukan.

“Biaya kuliah sekarang sudah mahal, saya kadang ya ada rasa iri melihat teman-teman pakai baju branded. Kalau minta ke orang tua biasanya pas dapet momentum saja di hari raya atau ketika memang orang tua sudah mau membelikan barang. Saya juga enggak mau seperti teman-teman saya yang gagal bayar sampai orang tuanya harus membayar dan ketemu sama debt collector,” ulasnya.

Cara berbeda menghindari pinjol dan paylater dilakukan oleh mahasiswa asal Jebres, Zaky Nurhasyim, 19. Ia menyebut per bulannya mendapatkan uang kiriman dari orang tua sebanyak Rp2,5 juta per bulan sudah termasuk biaya indekos sebesar Rp1 juta.

“Saya pokoknya dapat Rp1,5 juta per bulan mau kurang atau enggak ya segitu. Supaya enggak kena pinjol dan paylater saya sangat menghindari ajakan kalau mau ke thrifting atau lokasi belanja pakaian seperti distro pakaian. Soalnya rata-rata teman saya pinjol untuk konsumsi barang-barang seperti itu,” ulasnya.

Zaky melanjutkan ketika uangnya habis dan enggan merepotkan orang tua, cara yang ditempuh adalah menjual aset yang dimiliki. Tapi langkah utama yang dilakukannya dengan mengatur keuangan sebaik mungkin.

“Orang tua saya enggak dari kalangan yang punya uang, kalau enggak pintar-pintar mengatur uang nanti susah. Jadi misalkan kepepet saya memilih jual barang-barang saya seperti vape, tas atau handphone saya. Toh barang-barang itu kan bisa terbeli lagi karena harganya pasti akan turun,” kata dia.

Data OJK

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kredit macet pinjaman online (pinjol) atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP 90) naik dari 3,29 persen di Juni 2023 menjadi 3,47 persen pada Juli 2023.

Dari data statistik P2P Lending OJK edisi Juli 2023 yang dirilis pada Jum’at (1/9/2023) juga menunjukkan kredit macet lebih dari 90 hari melonjak 59,42 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp1,22 triliun pada Juli 2022 menjadi Rp1,94 triliun pada Juli 2023.

Dengan demikian, dalam periode setahun kredit macet pinjol naik Rp720 miliar.

Menariknya, dari data tersebut, generasi Z dan milenial pada usia 19-34 tahun menjadi penyumbang utama kredit macet pinjol dengan nilai Rp782,16 miliar atau naik 2,23 persen secara yoy dari Rp756,11 miliar pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya