SOLOPOS.COM - Ilustrasi kreator konten di media sosial TikTok. (Istimewa/Freepik).

Solopos.com, SOLO — Pada zaman sekarang, kreator konten atau content creator di media sosial menjadi peluang menjanjikan untuk pengembangan diri hingga menambah penghasilan.

Laporan Populix yang bernama Sosial Media Habit dan Internet Safety menyebut  hampir sembilan dari sepuluh (87 persen ) pengguna Internet Indonesia aktif mengakses media sosial.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Mayoritas responden memilih YouTube untuk diakses (94 persen) setelah itu diikuti oleh Instagram (93 persen).

Setelah itu, diikuti oleh media sosial asal China Tiktok (63 persen) dan media sosial milik Mark Zuckerberg yakni Facebook (59 persen) maupun Twitter (54 persen) yang saat ini sedang proses akuisisi oleh orang terkaya dunia Elon Musk.

Melihat hal itu, tak ayal banyak orang memanfaatkan media sosial untuk berbagai tujuan, mulai dari mencari uang, menghidupi passion, ataupun sekadar menjaga komunikasi dengan relasi.

Menariknya, di era borderless atau tanpa batas seperti sekarang ini, hal tersebut tak hanya dilakukan masyarakat urban di kota-kota besar. Namun juga bisa jadi kesempatan bagi mereka yang tinggal di wilayah perdesaan.

Seperti yang dilakukan mahasiswa asal Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Damarratri Chandra Wijaya. Pria yang berusia 22 tahun ini menjadi salah satu kreator resmi TikTok Shop.

Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana ini menguraikan pada 2019 lalu ia hanya iseng membuat konten TikTok dengan menjajal fitur-fitur lucu yang disediakan oleh TikTok.

Kemudian pada 2020, pandemi Covid-19 memaksa pembatasan mobilitas hingga membuatnya intens untuk mulai membuat konten, yaitu mempromosikan produk kecantikan yang dijual di salah satu marketplace.

“Pada 2021 itu akhirnya muncul fitur TikTok Shop, di situ saya mulai menggunakan platform TikTok untuk jual-beli, konten-konten beauty yang dibuat juga untuk mempromosikan produk skincare dan kosmetik,” terang Chandra, sapaan akrabnya pada Selasa (17/1/2023).

Berkat konsistensi yang ia pegang dalam membuat konten video ataupun live streaming. Ia kemudian dihubungi oleh pihak TikTok Shop kategori beauty dan ditawari menjadi kreator resmi TikTok Shop, Chandra mengiyakan tawaran tersebut.

“Jadi kreator bebas memilih kapan waktu untuk upload video dan live,” tambah Chandra.

Ia mengatakan semua orang berpeluang menjadi kreator konten resmi TikTok, asalkan cukup konsisten untuk menggungah video dan melakukan live streaming.

Sebagai mahasiswa yang belum pernah bekerja sebelumnya, Chandra menguraikan bahwa komisi yang ia dapatk cukup menguntungkan. Sistem komisi tersebut dilihat dari penjualan produk yang sudah ia review atau dibawa dalam konten live streaming.

“Sebulan bisa mendapatkan upah Rp2 juta, belum lagi ketika event, saya pernah dapat Rp5 juta karena berhasil dapat ranking V atau VI dalam event tersebut. Kalau ranking I bisa dapat Rp25 juta,” ujar Chandra.

Dalam sehari ia biasanya menyisihkan waktu selama dua jam khusus untuk membuat dua hingga tiga konten video. Selain itu ia juga rutin live streaming tiap malam dengan durasi dua hingga tiga jam.

Seorang ibu rumah tangga, Sinta Kurniawati, 24, juga memanfaatkan aplikasi TikTok untuk mencari tambahan penghasilan.
Sinta sebelumnya sempat melirik potensi monetisasi pada aplikasi Youtube karena menyukai proses pembuatan video utamanya tentang masalah kecantikan.

“Tapi Youtube ini monetisasinya lama, jadi aku enggak berharap sama Youtube lagi,” terang Sinta.

Ia sempat vakum sejak menikah dan melahirkan. “Setelah lahiran, kalau nganggur kegiatannya cuma scroll TikTok. Lalu di-support oleh suami untuk jadi content creator aja, jadi dibeliin handphone baru karena handphone lama LCD-nya sudah pecah,” terang Sinta.

Kemudian pada 2021 ia mendapatkan TikTok Affiliate sebagai kreator program afiliasi.

“Waktu awal-awal itu aku belum berani live streaming, jadi cuma buat-buat video dengan tema produk kecantikan saja, atau beauty enthusiast. Kemudian aku belajar lewat kreator lain, jadi aku ikut-ikutan gimana caranya mereka live,” ujar Sinta.

Saat ini, akun TikTok-nya memiliki pengikut sekitar 50.800 followers dengan total likes sebanyak 427.900.

“Walaupun skalanya aku enggak terlalu besar, aku bisa dapat komisi Rp2 juta hingga Rp 3 juta tiap bulan. Belum lagi ketika dapat endorse video. Dari situ aku bisa membantu perekonomian keluarga, memberikan uang ke orang tua, beli kebutuhan anak, dan meringankan beban suami,” terang Sinta.

Pekerja Kantoran

Kalau menjadi kreator konten media sosial diidentikan bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan, hal itu tak berlaku bagi Chandra Kharisma Margatama, 29.

Pegawai BUMN bagian Communication Transformation di Divisi Transformasi dan CEO Offlice PLN Pusat ini tetap menggeluti dunia konten kreatif meskipun telah memiliki pekerjaan tetap.

Pemuda asal Gondang Sragen ini menggarap konten di kanal YouTube, kemudian merambah TikTok dan Instagram. Temanya yakni sepak bola, sesuai dengan bidang yang dia sukai.

Membuat audio ataupun video visual diakuinya sebagai hobi. “Mulai dari kecil sampai dewasa ini, tapi waktu kecil, belum sebagai komersial, hanya menjadi sebuah hobi,” terang Lulusan Sarjana Teknik Industri Universitas Pattimura tersebut kepada Solopos.com, Selasa (16/1/2023).

Sementara, sepak bola merupakan olahraga yang sangat dia sukai sejak masih kecil. “Bahkan dari kecil, orang tua saya selalu mengajak saya ke stadion, meskipun saya enggak jago main sepak bola. Tapi kemudian [saya] mendapatkan networking untuk masuk ke dunia bola dan hingga sekarang bisa mengenal insan-insan di sepak bola, mulai dari pemain hingga pelatih,” kata dia.

Chandra kerap membuat konten berbincang dengan bintang tamu atlet, pelatih, hingga CEO sepak bola. Kendati demikian, ia menilai kontennya masih belum matang sehingga masih butuh banyak belajar.

“Saya adalah orang yang enggak bisa fokus di banyak bidang. Sedangkan saya fokusnya jelas di kerjaan, juga ke konten, meskipun akhirnya belum bisa maksimal. Tapi gapapa, penting bisa jalan,” ujarnya.

Chandra menikmati posisinya sebagai karyawan sekaligus content creator.  Ia mengaku mendapatkan banyak hal dengan membuat konten sepak bola, mulai dari bertemu orang baru hingga membangun jaringan.

Tahun lalu menurutnya tahun yang sangat membanggakan. Melalui networking yang dibangun, ia terus bertumbuh hingga akhirnya  sampai ke televisi.

Salah satu keuntungan menjadi content creator menurutnya bertemu para public figur, dilanjutkan dengan membuat karya bersama, kemudian jadi satu ekosistem pertemanan baru.

Mengenai ide konten, ia mengaku kadang muncul dengan sendirinya atau usulan dari tim. Setelah Youtube, ia merambah ke TikTok. Pada aplikasi berbasis video vertikal ini, ia mendapatkan privilege dari TikTok sebagai creator program.

Mengenai keuntungan atau pundi-pundi rupiah, Chandra tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Baginya yang terpenting yakni bisa menutup biaya opersional.

“Jadi hobi yang dibiayai sih, tanpa mengurangi uang gaji, aku nyebutnya gitu. Makin ke sini semua bisa didapat, sebagai penghilang penat juga, karena buat aku tempat ternyaman buat healing adalah stadion,” kata dia.

Saat ini, Chandra masih berupaya agar dua aktivitas yang dijalaninya seimbang. Pekerjaannya sebagai insan BUMN lancar, kemudian hobinya sebagai kreator konten juga sustain atau berkelanjutan.

“Jadi pinter-pinter bagi waktu saja, antara konten dan bekerja, untuk konten sendiri saya sudah punya tim editor, walaupun belum maksimal, cukup membantu,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya