SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Yayus Yuswoprihanto)

Solopos.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan suku bunga kredit perbankan merangkak naik sejak pertengahan tahun lalu. Kenaikan tertinggi pada bank badan usaha milik negara (BUMN).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sejak Juli 2022 hingga Januari 2023, suku bunga perbankan terkerek. Suku bunga kredit pada Januari 2023 mencapai 9,25 persen naik 31 basis poin (bps) dibandingkan Juli 2022.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Namun, suku bunga perbankan masih kondusif,” katanya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan peningkatan suku bunga perbankan ini sejalan dengan likuiditas yang masih memadai. Kemudian, peningkatan suku bunga acuan BI juga tetap kondusif seiring dengan kebijakan makroprudensial BI seperti pengurangan giro wajib minimum (GWM) kepada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas.

Sementara itu, berdasarkan laporan asesmen BI, suku bunga kredit baru pada Januari 2023 menunjukkan peningkatan 146 bps menjadi 10,65 persen dibandingkan Desember 2022.

Peningkatan suku bunga kredit baru itu terjadi di seluruh kelompok bank. Kenaikan tertinggi dialami oleh bank BUMN, yakni 278 bps atau dari level 7,74 pada akhir 2022 menjadi 10,52 pada Januari 2023.

Bank pembangunan daerah (BPD) pun mencatatkan peningkatan suku bunga kredit baru yang tinggi, yakni 103 bps pada Januari 2023, terparkir di level 9,96 persen.

Kemudian, bank umum swasta nasional (BUSN) mencatatkan peningkatan suku bunga kredit baru 46 bps menjadi 11,07 persen. Kantor cabang bank asing juga mencatatkan peningkatan suku bunga kredit barunya 31 bps menjadi 6,96 persen.

Peningkatan suku bunga kredit ini merupakan imbas dari tren kenaikan suku bunga acuan BI berturut-turut sejak Agustus 2022. Pada bulan lalu, BI meningkatkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75 persen. Sementara, dalam RDG bulan ini BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 5,75 persen.

“Keputusan ini tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk memastikan berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan,” kata Perry.

Perry Warjiyo juga mengatakan dengan kenaikan suku bunga acuan hingga 5,75 persen, maka tidak diperlukan lagi kenaikan suku bunga lanjutan. Perry Warjiyo memandang tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) saat ini memadai untuk menurunkan tingkat inflasi ke depan.

“Kita memandang dan meyakini bahwa suku bunga BI rate itu memadai, memadai dalam arti ya tidak diperlukan suatu kenaikan lagi, itulah stance dari kebijakan moneter,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).

sebelumnya Rapat Dewan Gubernur BI pada 15 dan 16 Februari memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen.

BI menilai tingkat suku bunga tersebut memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 2–4 persen pada semester I/2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke pada sasaran 2–4 persen pada semester II/2023.

Menurutnya, laju inflasi di dalam negeri menurun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Inflasi IHK pada Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34 persen secara bulanan.

Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut tercatat sebesar 5,28 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,51 persen. Penurunan inflasi ini kata Perry didorong oleh penurunan inflasi inti dan inflasi komponen harga yang diatur pemerintah, serta inflasi pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga.

“Perkembangan ini sebagai dampak positif kebijakan moneter BI yang front loaded, preemptive, dan forward looking dalam mengendalikan inflasi dengan didukung pengendalian inflasi volatile food melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan [GNPIP],” jelasnya.

Selain itu, BI juga memandang prospek perekonomian Indonesia akan terus membaik, dengan pertumbuhan yang diperkirakan cenderung bias ke atas pada kisaran 4,5-5,3 persen pada 2023.

Di samping konsumsi rumah tangga dan ekspor yang menguat, Perry mengatakan investasi juga diperkirakan membaik, yang didorong oleh perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.

Respons Perbankan

Sebelumnya, sejumlah bank BUMN memang mempertimbangkan untuk menaikan suku bunga kreditnya sejak akhir tahun lalu. Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rudi As Aturridha mengatakan dengan kenaikan suku bunga acuan dari BI, diproyeksikan bank-bank akan secara bertahap menyesuaikan tingkat suku bunga kredit.

“Kami akan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, kondisi pasar serta dampak terhadap peningkatan suku bunga kredit,” ujar Rudi.

Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Aestika Oryza Gunarto juga mengatakan penyesuaian suku bunga kredit di bank akan memperhatikan faktor-faktor seperti biaya dana, kondisi perekonomian serta kondisi pasar atau persaingan.

“Namun, BRI tentu terus berupaya untuk menawarkan suku bunga simpanan dan pinjaman yang atraktif kepada masyarakat,” kata Aestika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya