SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar baju bekas alias thrifting. (Freepik).

Solopos.com, SOLO  Sejarah budaya thrifting dimulai pada masa revolusi industri sekitar abad ke-19.

Bisnis thrifting saat ini sedang ramai dibicarakan. Terutama setelah Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa keberadaan bisnis thrifting yang menjualbelikan produk pakaian bekas impor dari luar ini menganggu industri lokal.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Bisnis thrifting merujuk pada barang bekas atau second yang diimpor. Biasanya, produk thrift bisa berupa barang cacat produksi sampai barang bekas pakai. Harga dari barang thrift ini tentu jauh lebih murah daripada harga barang baru.

Dilansir dari laman Radio Telekomunikasi Cipta (RCT) UI, Rabu (15/3/2023), thrifting adalah kegiatan berburu barang-barang thrift. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan berjalan-jalan ke pasar atau bisa juga dibeli di e-commerce yang menyediakan barang thrift.

Sejarah thrifting dimulai pada masa revolusi industri sekitar abad ke-19. Saat itu harga pakaian sangat murah sehingga membuat masyarakat kala itu berpikiran bahwa pakaian adalah barang sekali pakai buang atau disposable.

Hal ini membuat masyarakat menjadi konsumtif sehingga mereka membuang barang-barang bekas. Hal itu membuat barang-barang bekas menjadi menumpuk. Selanjutnya, barang-barang bekas ini dipakai oleh imigran.

Pada 1920-an, terjadi depresi besar dan kebangkitan toko barang bekas. Saat itu terjadi krisis besar di Amerika dan jatuhnya bursa saham New York. Ini membuat masyarakat banyak yang menganggur dan tidak mampu membeli pakaian baru. Sehingga mereka memilih untuk berbelanja di thrift shop yang menjual barang-barang bekas. Sedangkan untuk orang yang berkecukupan, thrift shop sebagai ladang donasi untuk menyalurkan barang bekas pakainya.

Kemudian, Curt Cobain yang merupakan seorang penyanyi dari Amerika dengan group band grunge pada 1990-an, menjadi panutan remaja pada saat itu. Kurt secara tidak langsung mempromosikan dan mengenalkan thrifting style, dengan gaya identiknya menggunakan ripped jeans dan kemeja flannel. Kurt juga tak jarang menggunakan kaos bolong-bolong saat manggung.

Hingga pada tahun 2000-an, mulai banyak bermunculan bisnis thrifting sampai ke Indonesia. Sampai saat ini telah banyak e-commerce yang juga menjual barang thrift. Saat ini kata bekas pakai bukanlah hal yang jelek lagi, karena thrifting juga telah menjadi budaya seperti pop culture yang ada di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya