SOLOPOS.COM - Bus BST Solo terparkir di garasi wilayah Palur, Jaten, Karanganyar, Senin (31/10/2022). (Solopos.com/Lukman Fatwa).

Solopos.com, SOLO — Pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno menilai transportasi umum dengan sistem buy the service seperti Batik Solo Trans (BST) masih belum memenuhi permintaan masyarakat.

Skema Buy The Service atau BTS melalui program Teman Bus yang diperuntukan bagi angkutan massal perkotaan adalah mekanisme pembelian layanan angkutan massal oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak 2022.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Selain BST di Solo,  ada 9 kota lain yang mengikuti program ini, yakni Medan (Trans Metro Deli), Palembang (Trans Musi Jaya), Jogjakarta (Trans Jogja), Denpasar (Trans Metro Dewata), Bandung (Trans Metro Pasundan), Purwokerto (Trans Banyumas), Banjarmasin (Trans Banjarbakula), Makassar (Trans Mamminasata) dan Surabaya (Trans Semanggi Surabaya).

Adanya rute yang belum menjangkau permintaan masyarakat menurut Djoko menimbulkan konflik dengan angkutan umum atau angkutan online.

“Rute yang dipilih masih belum sesuai permintaan. Masih ada trayek BTS Teman Bus berhimpitan dengan trayek angkutan umum eksisting dan konflik dengan operator eksisting di beberapa kota atau provinsi yang dilayani BTS masih terjadi. Sehingga saat kondisi peak hour sebagian besar rencana headway dan on time performance tidak terpenuhi akibat kemacetan lalu lintas atau kendaraan yang parkir di badan jalan,” jelasnya dalam rilis yang diterima Solopos.com, Sabtu (10/6/2023).

Djoko menjelaskan, infrastruktur juga harus diperhatikan terutama desain halte dan rambu penanda yang sangat penting bagi pengguna transportasi umum.

“Kehadiran insfrastruktur utama dan pendukung, Infrastruktur pendukung kendaraan dengan sistem buy the service (BTS) di daerah masih belum memadai, seperti akses trotoar dan halte. Desain halte belum memberikan kemudahan untuk akses dan rambu bus stop atau penanda pemberhentian bus tidak terlihat,” jelasnya.

Djoko juga menyebut perlu ada perbaikan standar minimal agar masyarakat lebih tertarik dengan transportasi umum. Hal ini menurut Djoko juga harus diimbangi dengan komitmen operator melakukan perbaikan kinerja.

“Perbaikan standar pelayanan minimal (SPM) juga diperlukan untuk memastikan tercapainya peningkatan kualitas layanan. Selain itu, operator juga mampu melakukan perbaikan kinerja  operasional dan layanan secara proporsional,” tambahnya.

Di sisi lain, bagi penggunanya, fasilitas yang perlu ditingkatkan oleh pengelola BST yakni keberadaan halte. Pengguna BST asal Mojosongo, Jebres, Putri, 24, menilai beberapa halte  sudah usang dan tidak nyaman terutama saat musim hujan.

“Halte BST beberapa masih belum ada kanopi atau penutup bagian atasnya, jadi semisal hujan tetap basah, kalaupun ada, rata-rata penutupnya sudah bolong,” keluhnya.

BST saat ini menjadi salah satu alternatif sarana transportasi umum bagi warga Solo dengan enam koridor. Jadwal operasional bus BST mulai pukul 05.00 WIB – pukul 21.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya