SOLOPOS.COM - Petani mengoperasikan mesin pemotong padi saat panen raya petani milenial di areal persawahan Desa Gembongan, Banyusari, Karawang, Jawa Barat, Senin (15/11/2021). (Antara/M. Ibnu Chazar)

Solopos.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik atau BPS memperkirakan produksi padi pada Januari-April 2022 naik 7,7 persen atau setara 14,63 juta ton bila dibandingkan periode yang sama pada 2021 lalu sebesar 13,58 juta ton.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan perhitungan tersebut dilakukan melalui metode kerangka sample area (KSA) yang pengamatannya memakai teknologi sistem informasi geografi (SIG).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Kenaikan produksi padi tidak bisa dilepaskan dari kenaikan potensi luas panen. Pada Januari-April 2022, luas panen berpotensi mencapai 4,81 juta hektare.

Baca Juga: Padi Gogo Jadi Andalan Jaga Ketahanan Pangan, Ini Alasannya

“Angka tersebut kami hitung berdasarkan metode KSA. Hasilnya potensi luas panen kita mencapai 4,81 juta hektare atau naik 0,38 juta hektare dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara persentase ini kenaikannya mencapai 8,58 persen,” ujar Setianto, Selasa (1/3/2022).

BPS turut mencatat produksi beras pada Indonesia pada 2021 mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dari produksi di tahun sebelumnya yang mencapai 31,5 juta ton. Menurut Setianto, penurunan tersebut disebabkan beberapa faktor, di antaranya bencana alam dan kekeringan yang cukup panjang.

“Antara lain terjadi kemarau yang lebih tinggi pada bulan Agustus dan September 2021, juga karena bencana atau musibah banjir di awal tahun serta adanya erupsi gunung Semeru dan serangan hama di beberapa tempat,” katanya.

Baca Juga: Bisa Panen Padi 4 Kali Setahun, Ini Serba-Serbi Pertanian IP 400

Setianto mengatakan penurunan selama 2021 juga disebabkan peralihan tanaman padi ke tanaman lain yang terjadi selama Agustus dan September 2021. Banyak petani memanfaatkan lahan kering sebagai tempat berkebun.

“Karena kemarau mereka lalu beralih karena terjadi kekurangan air. Kekeringan memang berdampak luas terhadap panen padi yang jauh lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya,” katanya.

Selain itu, curah hujan yang cukup tinggi juga menyebabkan banyak tanaman padi rusak, sehingga berdampak pada luas panen di sepanjang Oktober hingga Desember 2021.

“Penyebab lainya intensitas curah hujan yang cukup tinggi di akhir 2021 sehingga berdampak pada luas panen di sepanjang Oktober Desember 2021,” katanya.

Baca Juga: Penasaran Pembibitan Padi Gulung? Pria Asal Klaten Ini Bagikan Caranya

Di sisi lain, beberapa provinsi tetap mengalami kenaikan panen seperti yang terjadi pada Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Papua. Di Sulsel produksinya mencapai 382.170 ton gabah kering giling atau meningkat 8,12 persen.

Sedangkan di Jawa Tengah produksinya mencapai 129.490 ton atau 1,36 persen. “Dan Papua sebesar 120,28 ribu ton atau 72,46 persen,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya