Bisnis
Selasa, 9 November 2021 - 22:52 WIB

Blak-Blakan Bos Garuda Indonesia Cerita Sulitnya Nego dengan Lessor

Newswire  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra (suara.com)

Solopos.com, JAKARTA — Manajemen Garuda Indonesia masih terus berupaya menyelesaikan persoalan yang menimpa perusahaan pelat merah tersebut. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan proses restrukturisasi Garuda akan memerlukan waktu yang panjang.

Dia menjelaskan ada 800 kreditur yang dihadapi, dengan lessor yang paling sulit dihadapi. “Bahwa memang proses restrukturisasi dari awal bakal panjang, bukan berarti ribet karena ada 800 kreditur yang akan kita hadapi, yang paling sulit adalah lessor, kami sebenarnya sudah lakukan investigasi, proses lessor ini adalah membeli pesawat, ada sale and leaseback, beli pesawat lalu jual ke leasing company,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Advertisement

Irfan membeberkan sejak awal pandemi pihaknya telah melakukan berbagai upaya negosiasi dengan pihak lessor. Telah ada kesepakatan saat itu dengan penurunan biaya sewa pesawat.

Baca juga: Wamen BUMN Sebut Garuda Indonesia Sudah Technically Bankrupt

“Kita nego tahun lalu dengan asumsi pandemi langsung cepat selesai, penurunan biaya dari seluruh lessor lebih dari 200 juta pertahun, cuma tak bisa eksekusi karena jumlah trafik enggak nyampe,” kata seperti dilansir liputan6.com.

Advertisement

Video Conference

Menurut Irfan, hal itu membuat proses berjalan panjang. Maka pada kesempatan sebelumnya ia mengatakan opsi yang diambil untuk menyelamatkan Garuda Indonesia adalah lewat jalan restrukturisasi.

Lebih lanjut, Irfan menegaskan dari negosiasi yang masih dijalankan saat ini ada perkembangan yang dicapai. Contohnya, ia mengatakan dalam satu minggu melakukan 2-3 kali video conference dengan lessor di Amerika Serikat.

Baca juga: Hanya 60 Pesawat Beroperasi, Penerbangan Garuda Indonesia Kian Langka

Advertisement

Pada upaya itu, ia mengatakan ada berbagai macam respons, mulai dari yang meminta kembalikan pesawat, hingga melupakan utang Garuda Indonesia.

“Kita diperkenankan tak usah bayar sewa, bukan disebut ngemplang lagi, tapi memang tak usah bayar sewa, tapi kita perlu bayar yang disebut dengan maintenance reserve, jadi kaya ongkos yang menjamin kalau ada kerusakan,” beber dia.

“Akibat dari itu ada beberapa lessor yang minta pesawatnya keluar dari Indonesia dan sekarang minta itu determined. Ada juga lessor yang mengatakan bahwa ‘udah deh pesawatnya kembalikan, dan utang kamu ke saya, saya lupakan’, ini ada, tapi gak banyak yang begitu, intinya kita lakukan tiap hari berulang kali mengalami readjustment,” tambah Irfan.

Baca juga: Pecahkan Rekor Jiwasraya, Ekuitas Negatif Garuda Capai Rp40 Triliun

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif