Bisnis
Senin, 13 Februari 2023 - 16:39 WIB

Bisnis UMKM Melaju dengan Tangguh di Tengah Kekhawatiran Resesi Global

Bc  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bisnis UMKM tetap melaju dan tangguh di tengah kekhawatiran resesi global. (Istimewa/BRI)

Solopos.com, JAKARTA – Kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik pascapandemi membuat pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terus bergeliat. Dampaknya, bisnis UMKM tetap melaju dan tangguh di tengah kekhawatiran resesi global.

Hal tersebut tercermin dari aktivitas bisnis UMKM pada kuartal IV-2022 yang semakin meningkat, di mana Indeks Bisnis UMKM yang naik dari 103,2 (Q3-2022) menjadi 105,9 (Q4-2022). Peningkatan ini ditopang oleh beberapa faktor, di antaranya peningkatan aktivitas masyarakat di luar rumah sejalan dengan mulai berubahnya pandemi Covid-19 menuju endemi.

Advertisement

Hal itu menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa juga meningkat. Kemudian pemberlakuan kembali pembelajaran tatap muka (PTM) dan work from office (WFO) mendorong permintaan terhadap produk/jasa sejumlah kegiatan usaha meningkat. Dibolehkannya perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN) berupa Natal dan liburan akhir tahun maupun menyongsong perayaan tahun baru juga membawa berkah bagi bisnis UMKM.

Selain itu, pada Q4-2022 banyak proyek pemerintah yang perlu selesai sebelum tutup buku di akhir tahun. Hal itu memberikan peluang usaha bagi pelaku UMKM di sektor konstruksi, di mana kenaikan permintaan tersebut direspons oleh pelaku UMKM dengan menaikkan produksi dan harga jual barang/jasanya. Dengan begitu, omset usaha pada Q4-2022 pun membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Kenaikan indeks bisnis UMKM terjadi di semua sektor usaha, kecuali sektor pertanian. Penurunan sektor pertanian ini terutama disebabkan oleh musim tanam untuk tanaman bahan makanan yang setiap tahunnya jatuh pada Q4 (sehingga panen sedikit), musim hujan menyebabkan panen hortikultura sebagian busuk dan sulit melaut bagi nelayan, harga barang input terutama pupuk mahal dan langka di beberapa daerah.

Advertisement

Sejalan dengan kenaikan indeks bisnisnya, sentimen pebisnis UMKM juga membaik signifikan. Hal ini berkaitan dengan kehidupan yang semakin normal pascapandemi, aktivitas perekonomian yang semakin meningkat serta diikuti dengan daya beli masyarakat yang semakin pulih. Sementara itu penghapusan PPKM, adanya event menjelang bulan puasa serta prospek ekonomi yang tetap baik dinilai akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja usaha debitur.

Tren omset usaha terus meningkat, bahkan semakin banyak di atas rata-rata sebelum pandemi. Hal ini tercermin dari 27,9% (Q4-2022) pelaku UMKM yang menyatakan bahwa omset usahanya sudah di atas rata-rata sebelum pandemi, naik dibandingkan pada survei periode sebelumnya yang hanya sebanyak 16,2%.

Sebagian besar pelaku UMKM meyakini kondisi usaha 2023 lebih baik dibandingkan 2022. Namun, ada beberapa faktor yang dikhawatirkan pelaku UMKM di 2023 yang bisa menghambat usahanya yaitu kenaikan suku bunga, resesi ekonomi dunia, kenaikan harga dan kelangkaan barang input, kenaikan harga barang dan jasa, dan serta pandemi Covid-19.

Advertisement

Temuan hasil riset Indeks Bisnis UMKM Q4 2022 ini semakin memperkuat optimisme Direktur Utama BRI Sunarso menghadapi tantangan pada 2023. Ia menyampaikan bahwa peluang resesi di Indonesia hanya sebesar 3%.

Menurut Sunarso, ada dua faktor yang membuat Indonesia bisa tahan akan resesi di 2023, di antaranya terkait konsumsi dalam negeri dan optimisme akan kondisi UMKM. “Dua faktor inilah yang membuat kita memiliki ketahanan akan kondisi di 2023,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif