SOLOPOS.COM - Pemilik kerajinan rajut Crafty Zahsy, Gadis Kusuma, 41, menunjukkan karyanya di Colomadu, Karanganyar, pada Rabu (22/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Merajut bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Berbekal kreativitas, kegiatan ini bisa menghasilkan berbagai produk unik untuk menghasilkan cuan.

Potensi ini salah satunya dibuktikan oleh Pemilik Cratfy Zahsy, Gadis Kusuma, 41. Warga Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar ini menekuni hal tersebut sejak sepuluh tahun lalu.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Dalam sebulan paling tidak ia bisa mendapatkan omzet Rp1 juta hingga Rp1,5 juta dari hasil rajutannya. Produknya laku hingga Bandung, Jakarta, dan Papua dengan mengandalkan Instagram dan Shopee serta promosi melalui mulut ke mulut.

Gadis memulai merajut ketika ia tengah hamil anak ketiga dan memutuskan untuk resign sebagai karyawan Bank Bukopin, ia memilih untuk fokus akan kehamilannya dan di rumah.

“Waktu itu 2012 pas hamil, sebelumnya hamil ini saya pernah jalan-jalan ke Bali, sama suami saya dan anak-anak. Melihat ada orang pakai sepatu rajut, kok bagus banget. Kemudian saya berkunjung ke Kuta Mall, di depan pantai kuta, persis yang dipakai orang itu dan harganya Rp900.000 satu sepatu,” ujar Gadis saat ditemui Solopos.com di rumahnya pada Rabu (22/2/2023).

Melihat hal tersebut, ia kemudian tertarik dengan rajut merajut dan memutuskan untuk belajar secara otodidak dari Youtube, produk yang ia buat pertama kalo adalah sepatu rajut, berbekal sepatu karet yang ia sulap dengan rajutan. Waktu itu satu sepatu rajut ia hargai Rp125.000 per buah, saat ini ia menjual sepatu rajut dengan harga Rp250.000 per buah.

Selain membuat sepatu rajut ukuran dewasa ia juga membuat sepatu rajut untuk ukuran bayi. Ibu tiga anak ini juga membuat tas rajut dengan berbagai motif, paling banyak ia melayani permintaan customer yang ingin membeli dengan motif tertentu.

Untuk tas rajut yang ia buat, bisa dibanderol mulai harga Rp250.000 per buah hingga tas rajut termahal yang pernah ia jual seharga Rp750.000 yaitu tas rajut dengan motif binatang. Harga tersebut dipengaruhi oleh tingkat kerumitan motif dan ukuran tas.

“Ada satu customer langganan yang repeat order tas rajut, pertama kali pesan 13 tas terus pesan 24 tas dan terakhir delapan tas,” ujar Gadis.

Gadis menghitung harga jual produknya dengan cara tiga kali dari harga pokok penjualan (HPP) produknya, misalnya satu tas membutuhkan tiga benang, satu benang seharga Rp20.000, kemudian ditambah kain furing dan lain-lain.

Ia juga membuat cardigan namun belum dijualbelikan, untuk membuat satu cardigan membutuhkan sepuluh benang.

Teknik merajut bisa diaplikasikan dalam produk fesyen seperti tas, topi, baju, sepatu, dan juga produk dekorasi rumah, seperti taplak meja, tempat tisu, boneka rajut, dan lain-lain.

Semua produk rajut yang ia buat sebenarnya memiliki teknik yang sama yaitu dengan granny atau pola rajut kemudian digabungkan.

Namun untuk jenis benang yang digunakan berbeda-beda untuk setiap produk, misalnya untuk tas ia menggunakan benang nilon atau polyster karena lebih kaku, sedangkan untuk produk yang wearable seperti cardigan dan topi ia menggunakan benang katun yang lebih halus.

Untuk merajut hanya membutuhkan alat berupa hakpen dan benang, serta korek untuk memutuskan benang. Kemudian untuk perajut pemula, hanya membutuhkan kesabaran dan ketelaten untuk belajar.

“Asumsi saya sendiri, karena konsumen suka produk etnic dibandingkan dengan tas branded yang imitasi karena enggak awet. Kalau rajut jauh lebih awet dan bisa customize, sedangkan di toko enggak bisa. Motif dan warna lebih unik dan berbeda-beda, limited,” papar Gadis.

Untuk merawat produk rajutan, Gadis menyarankan untuk tidak dicuci dengan mesin cuci dan lebih baik menggunakan detergen cair di bagian yang kotor.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya