SOLOPOS.COM - Gerai Transmart Pabelan Sukoharjo saat dikunjungi Solopos.com, Jumat (3/2/2023) siang. (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO —  Korporasi Transmart melalui keterangan resminya menyatakan telah menutup gerainya, Jumat (13/10/2023), yang berlokasi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, setelah 22 tahun beroperasi.

Meski kemudian ada kemungkinan mereka akan hadir kembali di lokasi tersebut dengan menjadi salah satu tenan yang mengisi gedung pusat perbelanjaan yang tengah dikembangkan PT Metropolitan Kentjana Tbk.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Di sisi lain, gerai PT Trans Retail Indonesia yang ada di sejumlah daerah terus berkembang dan melakukan sejumlah inovasi hingga makin diterima masyarakat.

Salah satunya gerai yang ada di Kota Solo. Pihak korporasi yang diwakili Vice President Corporate Communications Transmart, Satria Hamid, awal tahun 2023 pernah mengungkapkan gerai Transmart di Solo tetap buka seperti biasa untuk menyediakan warga Solo produk-produk mereka.

Salah satu yang mereka terapkan yakni mengembangkan strategi bisnis di tengah ekonomi digital. Misalnya mengembangkan marketplace bernama AlloFresh bersama BukaLapak. Juga menggandeng Grab dalam lini bisnis digital tersebut.

Mereka juga rajin menggeber diskon dengan menggandeng sejumlah bank maupun.kartu debit seperti Allo Bank. Transmart awal tahun lalu juga sedang rajin mem-branding perusahaan menjadi trendsetter produk ramah lingkungan, hemat energi, dan back to basic.

Transmart memiliki 3 gerai di Soloraya, antara lain gerai fisik di Pabelan, Sukoharjo, Solo Baru, dan gerai di Solo Paragon Lifestyle Mall.

Kali Pertama Berdiri

Berdasarkan dokumentasi wawancara yang dilansir Bisnis.com pada 12 tahun silam, 40% saham Carrefour (cikal bakal Transmart) mulai diambilalih Chairul Tanjung, putra wartawan, pemilik usaha Grup Para yang kini bermetamorfosa menjadi CT Corporation, Agustus 2011.

Sehari setelah bertemu Bisnis.com, CT, begitu ia biasa disapa, menggelar konferensi pers dengan nuansa merah putih, mengumumkan pengambilalihan Carrefour, salah satu raksasa ritel asal Prancis.

Ia mengambilalih 40% saham, yang berarti menjadi single majority di perusahaan itu. Pengambilalihan Carrefour dengan proses negosiasi yang hanya tiga bulan–dan dilakukan setelah ia mendirikan Trans Studio, pusat hiburan keluarga di Makassar–menambah perbendaharaan bisnisnya, yang mengukuhkan CT Corp sebagai pemain yang disegani di Indonesia.

Cita-citanya kala itu sangat mulia. CT ingin melebarkan sayap bisnis ritel itu hingga ke Singapura dan Malaysia. Karena itu, pengambilalihan tersebut diyakini bermakna strategis.

Semua orang terhenyak dengan langkah CT itu. Mengingat, Carrefour tengah menghadapi banyak masalah kala itu.

Tetapi ia tak gentar, dan akan menyelesaikan masalah-masalah itu dengan caranya, termasuk mengembangkan social responsibility, dan pendekatan baru dalam bisnis perusahaan itu. Ia akan “mengubah” Carrefour.

“Akan survive bangsa kita, kalau kita kuasai jaringan distribusi di Asia. Karena pasar kita dari 200 juta [Rp200 juta] langsung jadi 600 juta [Rp600 juta], tak ada hambatan tarif, gak ada macam-macam. Kalau jaringan distribusi kita yang punya, semua yang bagus dari Indonesia kan bisa kita jual,” tuturnya.

CT, kala itu tak hanya membeli Carrefour, tapi membeli jaringan bisnis dan jaringan distribusi.

Bisnis dan Idelisme

Ada satu statement menariknya saat diwawancara Bisnis.com kala itu, yakni selalu menyandingkan bisnis dengan idealisme. Menurutnya, jika keduanya berjalan dengan baik, maka suatu bisnis bakal lebih sustain dan berkembang.

“Semua orang bilang ke saya, gak bisa idealisme sama bisnis jadi satu. Saya bilang, no way. Kenapa? Kalau you bisnis dengan idealisme, maka akan sustain. Kalau you cuma bisnis doang tanpa idealisme, dia nggak akan sustain. Ini bener, demi Allah, saya ambil Carrefour niatnya baik, yang pasti untuk bangsa ini. I will do everythings untuk make sure bahwa [Carrefour] ini bisa jadi alat saya untuk membuat bangsa ini lebih baik,” kata CT.

Pandangan sebelah mata bisnisnya tak akan jalan karena net profit ritel hanya sekitar 2% – 3% juga dihiraukan. CT tetap optimistis karena bisnis ritel bisa jadi bisnis yang terintegrasi yang menghubungkan banyak hal, atau dia menyebutnya powerhouse atau powerhouse company.

Hal itu memang dibuktikan pengusaha Indonesia terkaya nomor 9 versi Forbes 2020 ini dengan kian berkembangnya Carrefour hingga  berganti konsep jadi Transmart.

Jaringan Carrefour kemudian diramu jadi tempat tak hanya untuk berbelanja, tetapi juga gaya hidup seperti bermain, kulineran, hingga menonton.

Berdasarkan catatan Bisnis, Kamis (14/1/2021), Vice President Corporate Communication Trans Retail Indonesia Satria Hamid mengklaim konsep tersebut telah diterima banyak dari kalangan masyarakat.

Apalagi, imbuhnya, lewat kepemilikan Chairul Tanjung, Carrefour Indonesia secara entitas sudah berbeda dengan Carrefour yang berlokasi di Prancis. Sebab secara konsep, kehadiran Transmart dapat dikatakan sebagai paradigma baru bagi Carrefour Indonesia yang sebelumnya hanya sebatas toko ritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya