Bisnis
Selasa, 18 Januari 2022 - 21:11 WIB

Bio Farma Belum akan Impor Booster, Pemerintah Masih Pakai Vaksin Hibah

I Nyoman Ary Wahyudi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi vaksinasi Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) belum mendapat penugasan untuk melakukan impor vaksin Covid-19 pada tahun ini.

Pemerintah disebutkan bakal mengoptimalkan ketersediaan vaksin yang dinilai cukup untuk program vaksinasi reguler dan booster.

Advertisement

Juru Bicara Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan perseroannya belum mendapat penugasan dari Kementerian Kesehatan ihwal impor vaksin untuk tahun anggaran 2022. Biasanya, Kemenkes bakal memberikan rincian kebutuhan vaksin yang mesti diadakan Holding BUMN Farmasi itu.

“Saat ini kita belum dapat penugasan tersebut. Kita tidak bisa hitung berapa kebutuhan pemerintah, kalau saya lihat yang akan digunakan masih banyak yang hibah ya, yang booster ini kan skemanya gratis,” kata Bambang melalui sambungan telepon, Selasa (18/1/2022) seperti dilansir Bisnis.

Advertisement

“Saat ini kita belum dapat penugasan tersebut. Kita tidak bisa hitung berapa kebutuhan pemerintah, kalau saya lihat yang akan digunakan masih banyak yang hibah ya, yang booster ini kan skemanya gratis,” kata Bambang melalui sambungan telepon, Selasa (18/1/2022) seperti dilansir Bisnis.

Baca Juga: Hari Perdana Vaksin Booster di Sragen, Pensiunan ASN Jadi Sasaran

Kendati demikian, Bambang mengatakan, perseroannya bakal bersiap untuk melakukan impor apabila dibutuhkan oleh Kemenkes. Bio Farma bakal melakukan pinjaman ke bank untuk melakukan impor jika kebutuhan vaksin nanti relatif besar.

Advertisement

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan ketersediaan vaksin untuk program reguler dan booster relatif cukup untuk memenuhi target vaksinasi kepada 234 juta penduduk di Tanah Air. Adapun ketersediaan vaksin itu lebih banyak ditopang oleh vaksin hibah yang masih berlanjut hingga tahun ini.

Baca Juga: Vaksin Merah Putih Jadi Prioritas Badan Riset Negara

Budi mengatakan ketersediaan vaksin itu bakal mengurangi kegiatan impor pemerintah untuk memenuhi program vaksinasi dalam negeri ke depan. Kendati demikian, Budi mengatakan, kementeriannya masih perlu mengimpor vaksin Sinovac dalam jumlah yang relatif kecil untuk program vaksinasi anak yang menyasar 26 juta jiwa tahun ini.

Advertisement

Budi mengatakan kebutuhan vaksin untuk mencapai cakupan sebanyak 70 persen dari keseluruhan populasi mencapai 656 juta dosis. Perinciannya, 468 dosis untuk program vaksin primer yang menyasar 234 juta penduduk. Sisanya, 208 juta dosis untuk program booster yang menyasar pada populasi remaja.

Baca Juga: Pemkab Karanganyar Adakan Vaksinasi Berhadiah Motor, Ini Caranya

“Kondisi sekarang dengan adanya kebijakan half dosis untuk AstraZeneca, Pfizer dan Moderna kita hitung cukup. Kita hanya mungkin beli sedikit tambahan Sinovac untuk memenuhi vaksin anak kita,” kata Budi saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa.

Advertisement

Berdasarkan data milik Kementerian Kesehatan per 17 Januari 2022, ketersediaan vaksin Covid-19 berada di angka 457.490.580 dosis. Dari pencatatan itu, Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) sudah mendistribusikan vaksin itu mencapai 81 persen atau sebanyak 347.013.338 dosis ke setiap daerah.

Adapun, ketersediaan vaksin AstraZeneca tercatat paling besar mencapai 47.431.500 dosis disusul Moderna dan Pfizer yang masing-masing sebesar 10.999.080 dan 9.012.348.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif