SOLOPOS.COM - Suasana foodcourt di Solo Grand Mall, Kota Solo, pada Jumat (2/6/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO – Konsep bisnis food court atau pujasera menjamur di wilayah Solo. Satu tempat yang menyediakan berbagai booth makanan ini selalu ramai pengunjung apalagi di akhir pekan.

Area makan food court biasanya dibuat secara terbuka dan tertutup. Pelanggan bisa bebas dalam memilih menu makanan dan menentukan tempat duduknya.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Bisnis food court biasanya terdapat dalam pusat perbelanjaan, area perkantoran, atau sekolah dan kampus. Oleh karena itu, tempat seperti ini selalu ramai dikunjungi.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, pada Jumat (2/5/2023) siang, food court Solo Grand Mall, penuh pengunjung. Beberapa pengunjung tampak kesulitan mencari kursi kosong. Outlet paling ramai diserbu pembeli adalah Steak Moen-Moen, Teh Gardoe, Tong Tji, McDonald’s, dan lain-lain.

Salah satu outlet di food court Solo Grand Mall adalah Kulit Loversss. Pemilik Kulit Loversss, Amik Sumiyati menguraikan rata-rata jumlah pengunjung di outlet miliknya mencapai 500 orang pada akhir pekan. Menu favorit yang sering dipesan adalah nasi kulit dan ayam seharga Rp25.000 per porsi.

Namun, di antara beberapa cabang miliknya, stan foodcourt ini cukup sepi sehingga untungnya pun tipis. Sebab biaya sewa tempat dan operasional tempat cukup menguras kantong. Apalagi, pada hari-hari biasa jumlah pengunjung tidak terlalu ramai.

Ia mengaku ada sedikit peningkatan penjualan ketika momen akhir pekan ditambah cuti bersama hari ini. Outlet miliknya di food court Solo Grand Mall relatif kecil, bagian untuk melayani pembeli tidak termasuk dapur kurang lebih hanya 4×3 meter persegi.

Dalam setahun ia harus membayar biaya sewa sebesar Rp59 juta. Selain itu, ia harus membayar biaya operasional sebanyak sebanyak Rp3 juta per bulan, biaya listrik Rp550.000 per bulan, dan  biaya air Rp50.000 per bulan. Dibandingkan dengan outlet miliknya yang lain misalnya di Jl. Slamet Riyadi, harga menu miliknya lebih mahal Rp3.000 hingga Rp5.000 per menu.

Keuntungan yang ia dapat selama sebulan cukup tipis jika hanya mengandalkan dari penjualan di food court tersebut. Apalagi ia menilai food court di Solo Grand Mall hanya ramai saat akhir pekan.

“Ya kalau dihitung-hitung tipis banget. Untungnya outlet yang di luar SGM [Solo Grand Mall] ramai terus jadi ya bisa untuk bergeliat gitu,” ujar Amik.

Salah satu pengunjung, Novia, mengaku sekali berkunjung ke food court bisa menghabiskan Rp50.000 hingga Rp65.000. Menurutnya, banyak jenis kuliner yang ditawarkan di food court.

Untuk makan besar biasanya ia merogoh kocek Rp30.000 hingga Rp45.000, camilan Rp15.000 hingga Rp25.000, dan minuman Rp10.000 hingga Rp15.000. Dalam sepekan ia paling tidak mengunjungi pusat perbelanjaan sebanyak tiga kali.

Selter Manahan juga menjadi pusat kuliner berkonsep food court yang dibangun Pemkot Solo. Pedagang kaki lima (PKL) di sana mengaku omzet dan pengunjung selalu naik saat akhir pekan. Pembeli biasanya ramai menjelang sore hingga malam. Stadion Manahan yang saat ini dibuka hingga malam juga menjadi salah satu faktor pendukung. Kawasan kuliner Selter Manahan tepatnya berada di Jl. K.S. Tubun, Kecamatan Banjarsari, Solo atau sisi barat Stadion Manahan.

Pada hari biasa, rata-rata omzet pedagang jika dipukul rata sebesar Rp500.000-an hingga Rp1 juta per hari. Ketika momen-momen tertentu seperti Lebaran, ataupun akhir pekan omzet pedagang bisa naik hingga tiga kali lipat. Saat ini terdapat 120 PKL yang berjualan di sana. Setiap PKL berjualan di selter berukuran 3 meter x 3 meter dengan fasilitas listrik dan wastafel untuk mencuci peralatan memasak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya