SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang kuliah. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO–Biaya pendidikan yang terus meroket menjadi momok bagi orang tua. Banyak opsi bagi orang tua dalam menyiapkan dana pendidikan anak, salah satunya melalui investasi dan asuransi pendidikan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo menyebut rata-rata biaya pendidikan naik 10% per tahun. Kepala OJK Solo, Eko Yunianto, menilai seringkali seseorang cenderung nggampangke atau menganggap enteng dalam mempersiapkan biaya kuliah anak.

Promosi Telkom Dukung Startup untuk Berkontribusi dalam Pengembangan IKN

Dia menambahkan banyak orang tua yang biasanya belum memikirkan biaya kuliah karena waktu dirasa masih lama. Padahal, sambung Eko, inflasi cenderung naik dan kebutuhan seseorang terus meningkat. Di sisi lain, belum tentu kemampuan seseorang juga ikut meningkat.

Menurut Eko, yang perlu disiapkan untuk menghadapi kenaikan biaya kuliah adalah dengan mempersiapkannya sedini mungkin, bahkan sejak anak lahir.

“Jadi sistem nyicil bisa dipakai disini. Semakin lama waktunya akan semakin kecil juga cicilan yang disisihkan. Bahkan apabila dimasukkan di keranjang investasi yang tepat, bisa jadi pertumbuhannya akan bisa dipakai juga untuk biaya masuk TK, SD, SMP, bahkan SMA jadi tidak cuma kuliah saja,” kata Eko saat dihubungi Solopos.com, Selasa (28/5/2024).

Oleh sebab itu, lanjut Eko, seseorang perlu berinvestasi di satu instrumen yang cenderung aman terhadap inflasi.

Eko menerangkan rata-rata inflasi di angka 5% setahun. Maka, seseorang sebaiknya disiplin dalam menyisihkan untuk berinvestasi. Jadi orang tua tidak akan khawatir bagaimana nantinya dalam menyikapi biaya kuliah yang semakin meningkat.

“Biaya pendidikan di Indonesia rata-rata naik 10% dalam setahun. Sedangkan inflasi rata-rata naik 5% setahun. Sehingga perlu mencari intrumen investasi yang bisa mengalahkan dua hal itu. Tapi yang wajib dikalahkan adalah inflasi,” ujar Eko.

Lebih lanjut, Eko menjelaskan biaya pendidikan anak termasuk dalam dana jangka panjang. Oleh sebab itu, menurutnya cocok jika dimasukkan dalam instrumen investasi di pasar modal. Namun, pilihan instrumen investasi perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.

Menurut Eko, bagi pasangan muda yang baru menikah, biaya pendidikan juga menjadi salah satu hal yang harus disiapkan. Namun, dia mengakui ada kebutuhan yang perlu dipenuhi terlebih dahulu, misalnya rumah.

Selain kebutuhan primer tersebut, perlu juga untuk menyiapkan dana darurat, dan bahkan dana pensiun pribadi.

“Prinsipnya adalah disiplin dalam menyisihkan. Menyisihkan artinya di depan ya, bukan di belakang, kalau di belakang berarti uang sisa, di mana biasanya tidak sisa. Displin juga dalam menentukan angka minimal yang akan disisihkan,” tambah Eko.

Perlu juga melakukan diversifikasi produk investasi untuk menyiapkan beragam kebutuhan finansial. Misalnya untuk dana pendidikan anak, bisa masuk ke dalam obligasi negara atau reksa dana pendapatan tetap.

Untuk dana darurat, bisa masuk ke dalam tabungan atau reksa dana pasar uang. Sementara, lanjut Eko, untuk dana pensiun bisa dimasukkan ke reksa dana saham atau saham. Dengan catatan, seseorang harus memilih instrumen investasi dengan profil risikonya.

Dengan instrumen investasi yang berbeda, maka akan membuat prinsip investasi bisa berjalan sesuai dengan tujuan investasi. Salah satu cara untuk menyiapkan dana pendidikan adalah dengan asuransi pendidikan.

Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menjelaskan khusus untuk asuransi pendidikan, pihaknya bekerja sama dengan mitra guna memberikan produk asuransi pendidikan.

Misalnya melalui asuransi Proteksi Edukasi Maksima (EduPlan) dari AIA. Hera menyebut selama tiga tahun terakhir, minat masyarakat terhadap asuransi pendidikan cukup tinggi.

Dalam menjalankan bisnis bancassurance, pihaknya bersama partner asuransi berupaya untuk memenuhi kebutuhan proteksi yang sesuai dengan nasabah.

“Benefit dari produk ini antara lain manfaat dana kuliah hingga 200% uang pertanggungan dibayarkan bertahap pada usia anak 18-21 tahun, manfaat pembebasan premi jika pemegang polis menderita cacat tetap total atau meninggal dunia, hingga perlindungan jiwa bagi anak yang menjadi tertanggung,” ujar dia, Selasa.

Adapun besaran premi bervariasi tergantung usia masuk dan jenis kelamin dari yertanggung dan pemegang polis. Hera menjelaskan nasabah dapat memilih pembayaran secara bulanan maupun tahunan dengan masa bayar premi 5 tahun, 10 tahun, atau 15 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya