SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang rupiah. (Freepik)

Solopos.com, SOLO —  Mengacu pada data Survei Biaya Hidup (SBH) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Kota Solo menjadi Kota atau Kabupaten kelima dengan pengeluaran rumah tangga terendah di Indonesia.

Keluarga di Solo berdasarkan statistik rata-rata mengeluarkan Rp7,3 juta per bulan untuk biaya rumah tangga.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Data tersebut menempatkan Kota Solo sebagai Kota atau Kabupaten dengan pengeluaran rumah tangga terendah nomor lima di Indonesia.

Peringkat terendag pertama yakni Kabupaten Singaraja, Bali, dengan pengeluaran keluarga rata-rata Rp6,7 juta/bulan. Kemudian Kotabaru, Kalsel sebesar Rp6,9 juta/bulan, disusul Tegal dan Probolinggo dengan pengeluaran Rp7,05 juta hingga Rp7,3 juta/bulan.

Baru setelah itu Kota Solo dengan angka Rp7,3juta per bulan. Setelah Solo, peringkat keenam dan tujuh diisi Jember dan Cilacap.

Berdasarkan data BPS, pengeluaran rumah tangga di Solo melebihi Bali. Di sisi lain, warga menilai pengeluaran untuk kebutuhan bulanan di Solo hampir mirip dengan Kota Bekasi dan Bandung.

Mereka menyebut, bertahan hidup dengan pendapatan di bawah Rp7 juta sangat sulit di Solo. Hal itu salah satunya disampaikan warga Laweyan, Solo, Taufan, 33, yang menjadi pengusaha dengan penghasilan Rp8 juta per bulan.

Taufan  menyebut saat ini pengeluarannya per bulan mencapai Rp4 juta.

“Per bulan itu saya habis buat belanja bulanan, SPP anak-anak sama pengeluaran listrik dan air itu sampai Rp4 juta. Cicilan mobil saya Rp1,5 juta, jadi masih ada sisa Rp1,5 juta buat menabung per bulan,” jelasnya kepada Solopos.com, Selasa (4/7/2023).

Taufan mengatakan, penghasilan Rp7 juta masih belum cukup untuk hidup di Solo. Ia menyebut, kebutuhan untuk gaya hidup di Solo menghabiskan uang yang cukup banyak bahkan seperti biaya hidup di Bekasi atau Bandung.

“Bisa dibilang ngepas, karena biaya hidup di Solo sudah tinggi. Bayangkan kalau per bulan butuh wisata atau jalan-jalan ke mal itu sudah menghabiskan uang, belum lagi kalau belanja di mal paling tidak butuh sekitar Rp1,5 juta. Sekolah anak juga mahal, SPP dua anak saya kalau ditotal sudah mencapai Rp1,5 juta, itu belum uang saku, sudah seperti di Bekasi,” ujarnya.

Cerita serupa juga dirasakan oleh Eko, 54, yang merupakan kontraktor asal Banjarsari dengan pendapatan mencapai Rp10 juta per bulan. Ia menyebut biaya hidup di Solo semakin tinggi setiap tahunnya.

“Saya punya satu anak yang sedang berkuliah, pengeluaran saya per bulan itu Rp6 juta, mayoritas itu untuk biaya hidup seperti belanja dan uang kuliah anak. Sekarang hidup di Solo semakin mahal, mungkin karena kotanya juga berkembang sebagai destinasi wisata,” ucapnya.

Ia menilai sulit untuk bisa hidup di Solo dengan pendapatan di bawah Rp7 juta. Eko menyebut, biaya hidup di Solo semakin besar terlebih jika sudah berkeluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya