SOLOPOS.COM - Di era digital pemasaran online bisa menjadi pilihan UMKM. (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO – Ekspor produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Soloraya harus menghadapi masalah biaya yang mahal dan waktu tempuh yang cukup panjang. Mereka harus merogoh kocek hingga ratusan ribu bahkan puluhan juta hanya untuk biaya ekspedisi dengan jangka waktu tempuh hingga beberapa bulan.

Salah satunya adalah Nur Handayani Solopos.com Jumat (10/3/2023), pengrajin tas anyaman asal Dukuh Pucuk, Desa Sepat, Kecamatan Masran, harus merogoh kocek hingga Rp200.000 per kilogram. Ia memilih menggunakan Pos Indonesia, karena menurutnya yang paling mudah adalah menggunakan Pos.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

“Untuk mengirim ada yang saya sendiri, ada yang lewat reseller, saya memilih menggunakan pos karena enggak ribet dan murah, perkilogram Rp200.000 maksimal 20 kilogram. Untuk waktunya bisa 45 sampai 60 hari,” ulas Nur.

Sedangkan kisah berbeda dinyakan oleh Satria, pengusaha mebel berbahan rotan ini harus melalui jalur ekspedisi darat terlebih dulu baru melakukan ekspor melalui Jakarta atau Pelabuhan Tanjung Mas. Hal ini dilakukan karena menekan ongkos kirim ekspedisi yang mahal.

“Kalau langsung berangkat dengan ekspedisi dari Solo itu bisa lebih mahal dan malah bisa lebih lama sampai ke negara tujuan karena di sortir dulu. Kalau langsung, misalkan berangkatnya dikirim lewat jalur darat ke Jakarta atau Tanjung Mas dulu bisa lebih murah 30 sampai 40 persen. Ada jalan tol juga cukup membantu,” ucapnya.

Dalam memilih perusahaan ekspedisi, Satria menyebut juga perlu ada beberapa pertimbangan yang harus diperhitungkan. Salah satunya adalah keamanan dan jarak tempuh yang paling singkat.

“Ada yang kami kirim lewat DHL kadang Pos Indonesia, tergantung negara tujuan, karena mengejar waktu tempuh ekspedisi yang paling singkat, karena mengirimnya bisa makan waktu bulanan bahkan sampai satu tahun. Selain itu karena keamanan juga karena kan ini barang mebel yang cukup riskan dan dimensinya juga besar, bisa habis puluhan juta hanya untuk biaya kirim,” jelas Satria.

Kepala Seksi Kepabeanan dan Cukai V, Agung Setijono, kepada Solopos.com Rabu (8/3/2023) menyadari masalah jarak tempuh dan ongkos ekspedisi yang mahal bisa diatasi apabila Bandara Adi Soemarmo bisa dibuka untuk perjalanan luar negeri.

“Potensi besar itu untuk mendorong ekspor UMKM itu di Bandara Adi Soemarmo, Soloraya ini entitas produknya sudah well prepared, tinggal bagaimana mengirimnya. Pengalaman kami dari Bea Cukai Solo dalam mendampingi pengiriman ekspor itu bisa sampai berbulan-bulan bagkan sampai satu tahun,” jelas Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya