Bisnis
Senin, 6 Maret 2023 - 00:24 WIB

BI Wacanakan Integrasi Sistem Pembayaran di ASEAN, Bisnis Money Changer Waswas

Gigih Windar Pratama  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi penukaran mata uang asing. (Dok/JIBI/Bisnis).

Solopos.com, SOLO — Wacana dari Bank Indonesia (BI) untuk mengintegrasikan sistem pembayaran di kawasan Negara Asia Tenggara (ASEAN), disebut akan mengancam bisnis penukaran mata uang asing atau money changer dari rupiah ke mata uang Negara ASEAN.

Meskipun di sisi lain, turut mendukung pertumbuhan ekonomi pariwisata

Advertisement

 Wacana tersebut disampaikan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Seminar Nasional Bangkit Bersama dan Semakin Berdaya: Strategi UMKM Mencari Pembiayaan Untuk Bertumbuh di Ballroom Hotel Alila Solo, pada Jumat (3/3/2023).

BI saat ini sedang melakukan integrasi pembayaran untuk mata uang di ASEAN. Nantinya, transaksi di Negara ASEAN bisa dilakukan secara digital dalam konektivitas sistem pembayaran.

Sehingga wisatawan tidak perlu menukar uang miliknya ke mata uang lokal, karena akan secara otomatis akan berubah ke mata uang yang dituju saat melakukan pembayaran.

Advertisement

“Jadi misalkan ada yang berwisata ke Negara ASEAN tidak perlu lagi menukar uang secara manual karena otomatis begitu mereka melakukan pembayaran digital baik melalui QR ataupun kartu debit dan kredit, akan terkonversi ke mata uang yang dituju. Ini kami sedang kerjakan dengan Negara ASEAN dan juga India,” jelas Perry.

Zainuddin yang merupakan penyedia jasa penukaran uang di Boyolali ini mengaku kebijakan tersebut bisa mengancam bisnisnya. Mengingat, mereka yang berwisata tidak lagi perlu menukarkan uangnya dari Rupiah secara manual.

“Kalau megancam jelas iya, karena orang sudah enggak perlu lagi menukarkan uangnya secara manual dan bisa langsung ke mata uang asing yang ada di ASEAN. Sedangkan untuk investasi mata uang ASEAN juga enggak sekuat Dolar Amerika Serikat atau Euro,” jelas Zainuddin.

Advertisement

Pernyataan serupa juga diungkapkan penyedia jasa penukaran mata uang asing lainnya, Maesaroh.

Menurutnya program tersebut bisa mengancam bisnis penukaran mata uang. Meskipun, ia juga meyakini, adanya program tersebut bisa membantu menumbuhkan kunjungan wisata.

“Pengaruhnya jelas terasa, karena sekarang saja yang menukar mata uang ke ringgit Malaysia, dolar Singapura atau bath Thailand masih cukup sepi. Tapi adanya kebijakan ini juga bisa punya potensi yang besar untuk sektor wisata, karena selama ini bariernya untuk wisatawan ya mata uang dan bahasa,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif