SOLOPOS.COM - Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III 2023, melalui Zoom Meeting pada Selasa (31/10/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Bank BNI berupaya memperkuat biaya bunga dana atau cost of fund imbas kenaikan suku bunga acuan  Bank Indonesia (BI) menjadi 6 persen pada Oktober 2023.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini dalam konferensi pers paparan kinerja BNI kuartal III 2023 yang diakses Solopos.com, melalui Zoon Meeting, Selasa (31/10/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Novita menilai langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6% dapat dipahami sebagai langkah preventif untuk memperkuat stabilitas rupiah dalam menghadapi volatilitas perekonomian global.

Sebagai langkah antisipasi, lanjut Novita, pihaknya di sektor perbankan juga melakukan sejumlah upaya untuk memperkuat cost of fund secara efisien.

Di tengah kondisi tersebut, Novita mengaku biaya bunga dana hingga kuartal III 2023 masih berkisar 2%. Angka tersebut secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang berada di atas 3%.

“Hal ini didukung solusi digital yang semakin membaik sehingga kami mampu meningkatkan CASA yang berbasis transaksi dari nasabah dan ini kami lakukan secara berkelanjutan,” ujar Widya.

Lebih lanjut, Widya menguraikan dari sisi likuiditas BNI dapat terjaga dengan sehat untuk memenuhi kebutuhan ekspansi kredit. Sementara itu, dari sisi suku bunga kredit, BNI akan melakukan penyesuaian dengan beberapa pertimbangan.

“Kemudian dari sisi suku bunga kredit adjustment [penyesuaian] memang akan dilakukan. Tapi dapat kami pastikan hal ini akan dijalankan secara selektif dengan memperhatikan kondisi dari masing-masing nasabah, loyalitas nasabah yang tercermin dari volume transaksi di BNI serta memperhatikan kondisi pasar,” tambah dia.

Widya mengaku, BNI juga proaktif membantu pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan kredit dan ekonomi. Pihaknya juga masih optimistis mendapatkan net interest margin sesuai target pada tingkat margin yang optimal bagi shareholder.

Dalam kesempatan yang sama, Novita menguraikan penyaluran kredit terus mengalami akselerasi pada kuartal III. Pada saat itu, kredit pada kuartal III tumbuh 3,2% dari posisi Juni atau quarter on quarter (qoq), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,6% qoq.

Akselerasi kredit ini dilakukan dengan tetap mengedepankan asas kehati-hatian ketika sumber pertumbuhan kredit datang dari segmen berisiko rendah yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, dan kredit konsumer, serta dua perusahaan anak yaitu hibank dan BNI Finance.

Di sisi lain, hal tersebut membuat BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi hingga September tahun ini sebesar 7,8% year on year (yoy).

Kredit segmen korporasi swasta blue chip tumbuh 19,2% yoy menjadi Rp251,6 triliun, diikuti segmen enterprise, yang merupakan direct value chain dari nasabah korporasi tersebut, tumbuh 10,2% yoy menjadi Rp57,4 triliun.

Lebih lanjut, Novita menguraikan segmen konsumen tumbuh 12,7% yoy menjadi Rp119,5 triliun, yang dikontribusikan terutama dari pertumbuhan personal loan dan kredit pemilikan rumah (mortgage).

Sementara itu, secara gabungan, perusahaan anak mencatatkan pertumbuhan kredit 94,3% yoy, sebagai dampak transformasi bisnis yang mulai berjalan.

“Penyaluran kredit yang tinggi oleh Perusahaan Anak dihasilkan dari hibank yang fokus pada pembiayaan UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah], berbasis cluster dan BNI Finance yang fokus pada pembiayaan kepemilikan mobil di segmen konsumer,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya