Bisnis
Sabtu, 29 Juli 2023 - 12:13 WIB

BI Sebut Industri Pengolahan Jadi Ujung Tombak Daya Dukung Perindustrian Jateng

Bayu Jatmiko Adi  /  R Bony Eko Wicaksono  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Gunawan Wicaksono (dua dari kanan) Focus group discussion (FGD) Industry Trends bertajuk Membaca Arah Ekonomi Lewat Catatan Konsumsi Listrik di Griya Solopos, Sabtu (29/7/2023). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Tidak bisa dimungkiri, pertumbuhan ekonomi, terutama di Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh konsumsi domestik dan investasi. Sedangkan dari sisi industri, daya dukung yang menjadi ujung tombak di Jawa Tengah adalah industri pengolahan.

FGD Industry Trends yang mengusung tema Membaca Arah Ekonomi lewat Catatan Konsumsi Listrik, digelar di Griya Solopos, Sabtu (29/7/2023) juga mengupas secara umum terkait kondisi perkembangan ekonomi di Jawa Tengah.

Advertisement

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Gunawan Wicaksono, memberikan gambaran bagaimana kondisi ekonomi Jawa Tengah secara umum.

Menurutnya pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah secara umum masih lebih tinggi dibandingkan secara nasional, yakni sudah di atas 5%. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi.

Advertisement

Menurutnya pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah secara umum masih lebih tinggi dibandingkan secara nasional, yakni sudah di atas 5%. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi.

“Banyak investasi mengalir di Jawa Tengah,” kata dia.

Terkait daya dukung industri, pihaknya mengatakan jika industri pengolahan masih menjadi ujung tombaknya. Sektor garmen, kayu olahan termasuk tekstil masih menjadi sektor yang cukup unggul di Jawa Tengah. Meski begitu tidak menutup kemungkinan ke depan peta di Jawa Tengah tersebut akan mengalami perubahan. Seiring sektor investasi yang terus bergeliat.

Advertisement

Di sisi lain, pemerintah didorong untuk melakukan terobosan sekaligus memperkuat kerja sama ekonomi di jalur perdagangan global. Langkah itu dilakukan untuk mendongkrak kinerja sektor manufaktur sebagai penyumbang utama perekonomian.

Komisaris PLN, Eko Sulistyo dalam diskusi tersebut juga mengatakan listrik menjadi alat ukur atau instrumen pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. “Pemerintah harus melakukan terobosan baru untuk mendongkrak kinerja industri manufaktur. Bisa melakukan kerjasama ekonomi di jalur perdagangan global,” ujar dia.

Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat kerja sama ekonomi bilateral yang berimplikasi positif terhadap tingkat perekonomian nasional. Hal ini menjadi daya ungkit industri tekstil dengan sebagian besar share market di luar negeri.

Advertisement

Lebih jauh, Eko menyampaikan Industri tekstil punya kontribusi besar di ceruk ekonomi. Memang pertumbuhan industri tekstil terdampak perang Ukraina-Rusia yang tak kunjung rampung. Namun, sekarang pembatasan logistik sudah melonggar.

“Ada juga pembatasan karbon yang mulai diberlakukan di Eropa pada Juni. Seluruh barang akan dilacak jika tidak sesuai standar,” ujar dia.

FGD Industry Trends yang mengusung tema Membaca Arah Ekonomi lewat Catatan Konsumsi Listrik digelar atas kerja sama PLN dan Solopos. Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber yakni Komisaris PLN, Eko Sulistyo; Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Gunawan Wicaksono; Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Dewanto Kusuma Wibowo; Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Ratna Kawuri dan Pakar Ekonomi UNS, Lukman Hakim.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif