Bisnis
Senin, 13 Februari 2023 - 16:54 WIB

Berkah Pasar Klewer bagi Para Pedagang Mengalir hingga Lintas Generasi

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengurus bidang Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Solo, Yuni Wulandari menunjukkan produk miliknya di Pasar Klewer pada Minggu (12/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Saat ini ada 2.500 pedagang yang mengais rezeki di Pasar Klewer Solo. Sebagai sentra pedagangan tekstil, regenerasi pedagang menjadi salah satu poin utama Pasar Klewer tetap eksis hingga sekarang.

Pengurus Bidang Humas, Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Solo, Yuni Wulandari, menjelaskan saat ini hampir semua pedagang di Pasar Klewer sudah mengalami regenerasi pemilik. “Hampir semua sudah regenerasi, 99%, digantikan oleh anaknya seperti saya, atau bahkan cucu juga,” terang Yuni, saat ditemui Solopos.com di Pasar Klewer pada Senin (13/2/2023).

Advertisement

Sebagai pusat pedagangan tekstil di Kota Solo, Pasar Klewer masih menjadi jujukan warga dari berbagai daerah untuk mencari produk tekstil yang dijual di sana. Yuni mengaku memang meneruskan kios milik ibunya di Pasar Klewer, lepas ibu Yuni meninggal dunia, tepatnya pada 1985. Tradisi ini hampir dilakukan oleh semua pedagang di Pasar Klewer, kecuali ada yang terpaksa tutup karena tidak ada yang melanjutkan. Namun, menurut Yuni, jumlah kios yang tutup karena tidak regenerasi pedagang tak mencapai sepuluh kios.

Yuni memperoleh kemampuan berdagang dari ibunya, saat membantu ibunya dulu. Yuni saat ini memilih mengelola kiosnya, Kios Batik Wulandari tanpa melibatkan karyawan, ia lebih memilih bekerja sama dengan kakaknya. Alasan dia tidak memperkerjakan orang lain untuk menekan biaya. Yuni mengaku senang berdagang tanpa dibantu orang lain di Pasar Klewer.

Advertisement

Yuni memperoleh kemampuan berdagang dari ibunya, saat membantu ibunya dulu. Yuni saat ini memilih mengelola kiosnya, Kios Batik Wulandari tanpa melibatkan karyawan, ia lebih memilih bekerja sama dengan kakaknya. Alasan dia tidak memperkerjakan orang lain untuk menekan biaya. Yuni mengaku senang berdagang tanpa dibantu orang lain di Pasar Klewer.

Perempuan yang sudah 37 tahun berjualan di Pasar Klewer ini menjelaskan bahwa ia bisa mengandalkan penghasilan dari berjualan pakaian untuk kebutuhan sehari-hari dan menguliahkan anaknya. Saat ditanya apakah kiosnya akan dilanjutkan kelak oleh anaknya, Yuni mengaku saat ini anaknya telah bekerja sebagai pekerja kantor, dan mungkin belum meminati untuk berjualan di Pasar Klewer.

Pandemi Covid-19 juga membuat para pedagang sempat terpukul. Pada saat pandemi, dalam sehari barang dagangannya sama sekali tidak laku. Apalagi, Pasar Klewer juga sempat ditutup hingga membuat omzetnya menurun. Namun beberapa pedagang, kata Yuni, lebih melirik potensi berjualan online melalui Whatsapp dan Instagram.

Advertisement

Kebakaran di Pasar Klewer pada 2014 silam sempat membuatnya harus berjualan di areal parkir. Kala itu, hampir seluruh dagangan miliknya dan milik pedagang lain hangus terbakar sehingga mengalami kerugian yang besar. “Ini semua pedagang mengalami, hampir seluruh produk milik pedagang enggak bisa diselamatkan,” ujar Yuni.

Mayoritas pedagang Pasar Klewer adalah kaum hawa dan sudah berteman lama. Hubungan antarpedagang relatif seperti saudara. Mereka turut membantu memberitahu pelanggan tentang letak kios yang dituju. “Tidak ada persaingan yang tidak sehat, seperti monopoli harga, para pedagang juga tidak ada yang menjatuhkan harga,” terang Yuni.

Dalam sehari, Yuni paling tidak mendapatkan omzet Rp500.000 hingga Rp1 juta. Yuni sendiri berjualan mulai pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB. Jelang puasa dan Lebaran tahun ini juga diprediksi Yuni berdampak pada kenaikan omzet hingga dua tingga tiga kali lipat. Barang yang paling dicari saat puasa dan Lebaran adalah perlengkapan salat seperti mukena, sajadah, sarung, dan perlengkapan Lebaran lainnya. Biasanya pembeli mencari untuk tunjangan hari raya (THR).

Advertisement

“Kalau ke Solo belum afdol kalau belum ke Pasar Klewer. Semoga di Solo sering ada event-event dan bisa mendorong pembeli datang juga ke Pasar Klewer,” ujar Yuni.

Pedagang Pasar Klewer lainnya, Dewi Aminah, mengaku sudah berjualan dari 1992. Ia meneruskan usaha orang tuanya. Dari hasil berjualan di Pasar Klewer, ia bisa membiayai pendidikan anaknya hingga jadi sarjana.

Pemilik Griya Izzaty ini mulai bergelut dengan promosi produknya di media sosial, khususnya Facebook untuk menggaet target pasar baru. Banyak dari pelanggannya yang membeli grosir dan dijual kembali.

Advertisement

Kebakaran Pasar Klewer sempat harus membuatnya banting setir ke usaha kuliner, karena kerugian yang ia alami. Namun saat ini pesanan produk miliknya mulai normal berdatangan apalagi setelah pandemi. Dewi mengaku pesanan mukena mulai meningkat jelang puasa dan Lebaran, namun belum terlalu signifikan, sehingga ia tidak menyiapkan dalam jumlah stok yang banyak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif