SOLOPOS.COM - Wakil Presiden Ma'ruf Amin (Istimewa/Satwapres).

Solopos.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menilai fenomena pasar konvensional seperti Tanah Abang yang tergerus oleh perkembangan teknologi digital menjadi fakta menyedihkan. Dia pun mendorong agar industri keuangan syariah adaptif terhadap disrupsi itu.

Menurutnya, disrupsi teknologi digital menjadi tantangan bagi semua sektor ekonomi di Indonesia. Pelaku ekonomi yang tak mampu menyesuaikan diri akan terkena dampak, karena disrupsi tak terelakan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Belum lama ini kita disuguhi fakta menyedihkan bahwa pasar konvensional seperti Tanah Abang tergerus pasar digital,” ujar Ma’ruf dalam pembukaan Ijtima Sanawi Dewan Pengawas Syariah pada Jumat (13/10/2023). Sebagai informasi, akhir-akhir ini ramai pedagang di Pasar Tanah Abang yang mengeluhkan dagangannya sepi pembeli karena tergerus platform digital seperti TikTok Shop.

TikTok pun menutup TikTok Shop Indonesia per 4 Oktober 2023 lalu. Adapun penutupan TikTok ini sejalan dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.31/ 2023 yang mengatur terkait e-commerce dan social commerce. Salah satu ketentuan dalam aturan itu yakni terkait model bisnis social commerce yang hanya boleh mempromosikan produk layaknya iklan televisi dan bukan untuk transaksi.

Ma’ruf pun menilai tegerusnya pasar konvensional oleh pasar di platform digital menjadi pembelajaran bagi sektor lainnya, termasuk industri keuangan syariah. “Ini juga menerjang sektor ekonomi dan keuangan syariah, para pelaku harus siap mitigasi dan antisipasinya,” katanya.

Disrupsi menurutnya menuntut ragam produk keuangan syariah yang familier dengan digital. Hal ini pun patut direspons oleh regulator hingga pelaku terkait, seperti Dewan Pengawas Syariah. Adapun, dengan adaptasi terhadap perkembangan teknologi digital, lembaga jasa keuangan syariah pun bisa mendongkrak pangsa pasarnya.

Saat ini, pangsa pasar syariah di Indonesia masih kecil. Lembaga jasa keuangan syariah di Indonesia telah memiliki aset Rp2.450 triliun per Juni 2023, tumbuh 13,3% secara tahunan (year on year/yoy). Namun, pangsa pasarnya masih mencapai 10,94% terhadap total keuangan nasional. Khusus perbankan syariah, pangsa pasarnya mencapai 7,3% terhadap keseluruhan aset.

Dari sektor pasar modal syariah, per akhir Agustus 2023, pangsa pasar sukuk korporasi, sukuk negara, dan reksadana syariah mencapai 17,7%. Lalu, pangsa pasar saham syariah mencapai 56% terhadap seluruh emiten tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ma’ruf sendiri menginginkan agar pangsa pasar syariah di Indonesia mencapai 50%.

“Pangsa pasarnya [keuangan syariah] mungkin harus meningkat, paling tidak 50%. Sekarang baru 10%. Ini harus kita genjot sampai 50%,” tutur Ma’ruf.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Pelajaran dari Tanah Abang, Wapres Ma’ruf: Keuangan Syariah Harus Adaptif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya